New York
Jeno, Jaemin, dan para Stray Kids sudah dibuat kerja keras tiga hari ini. Lelah jelas mereka rasakan, tapi entah apa yang merasuki Jaemin, dia merengek pada Jeno dan Stray Kids agar segera menyelesaikan semua tugas ini secepat yang mereka bisa, minimal dua minggu sudah harus selesai dan pulang ke Korea, dia tak mau harus menghabiskan waktu sebulan di Amerika. Jeno menurut saja, dia hanya berdoa semoga semuanya selesai dalam dua minggu.
Tiga hari ini Stray Kids sudah keluar masuk hotel yang kemungkinan besar didatangi oleh target mereka. Total hotel yang sudah mereka masuki ada sekitar tujuh, tapi dari ketujuhnya tidak ada informasi apapun yang bisa mereka dapatkan. Jeno dan Jaemin menyusuri gedung-gedung apartement yang alamatnya diberikan oleh Bryan lusa kemarin pada mereka.
"Jeno-yaa~" Jaemin mulai merengek karena lelah, tiga hari ini hasil yang mereka dapatkan adalah nihil, seolah target mereka tahu jika dia akan diburu jadi dia langsung menghilangkan jejak.
"Sabar Nana~ baru tiga hari" ujar Jeno, Jaemin mendengus pelan.
Saat ini mereka ada di sebuah cafe, beristirahat sejenak karena sudah sejak pagi mereka melakukan penyelidikan. Jaemin sudah merengut saja akhir-akhir ini karena semua kegiatan dilakukan pagi hari, dimana dia sendiri sangat malas bangun pagi. Mood istrinya selalu buruk jika diajak menyelidiki pagi-pagi. Jeno tahu istrinya paling malas beraktivitas di pagi hari, dia kalau sedang moodnya bagus saja akan bersemangat, tapi tiga hari ini si manis moodnya sedang turun, salah satu faktornya adalah dia rindu ibunya tapi dia tak bisa menghubungi karena masih dalam tugas.
"Nana sudah jangan merengut terus, manisnya hilang" Jeno mencubit gemas pipi sang istri yang makin merengut, Jeno menghembuskan nafas pelan.
"Baiklah, malam nanti kau bisa menghubungi eomma, sudah ya jangan cemberut lagi, hm?" Jaemin yang sudah dapat izin langsung nyengir lucu lalu pindah ke sebelah Jeno dan mencium pipi suaminya.
"Sayang Nono~" Jeno terkekeh geli.
"Jika kau sudah bahagia, ayo jalan lagi, kita belum dapat info apapun loh" Jaemin mengangguk semangat.
"Let's goooo~" Jaemin jalan keluar duluan dengan langkah ceria, Jeno di belakangnya hanya bisa tertawa melihat tingkah manis istrinya.
"Jeno, kita akan kema- eh?" Jaemin terkejut saat tiba-tiba Jeno menariknya mendekat dan merangkul pinggangnya erat.
"Ada apa?" tanya Jaemin pelan, Jeno hanya tersenyum dan menggeleng.
"Nanti" ujarnya yang membuat Jaemin menurut saja dan tidak memaksa suaminya untuk semakin bicara.
Saat mereka sudah ada di keramaian, Jeno melepas rangkulannya di pinggang Jaemin dan ganti menggenggam jemari lentik istrinya.
"Tadi, ada seseorang yang mengikuti kita sejak keluar dari cafe" Jaemin menatap kaget, dia tidak merasakan apapun. Apa sense merasakannya sudah tidak berfungsi dengan baik?
"Aku... tidak merasa apapun" Jeno tersenyum dan mencium pipi si manis.
"Tak apa, ayo jalan, kita ke alamat selanjutnya." Jaemin mengangguk. Hari ini mereka tidak membawa mobil karena semalam saat mereka sedang mengecek alamt-alamat itu, ternyata letaknya tidak jauh dari lokasi basecamp sementara mereka. Mobil dibawa para Stray Kids karena lokasi hotel yang memang jauh.
"Jeno, gedung ini" ujar Jaemin, Jeno menatap tak percaya pada gedung yang Jaemin tunjuk.
"Aku tidak tahu ada gedung apartement sekecil dan tidak terawat seperti ini di kota yang ramai seperti New York." baik Jaemin dan Jeno merasa tidak nyaman dengan gedung yang ada di hadapan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
[NOMIN] Their Mask
FanfictionDua anak yang hidup sebatang kara bersama, hanya bisa bergantung satu sama lain. Tumbuh dari sepasang teman hidup, menjadi sahabat sehidup semati, lalu sepasang kekasih, hingga suami-'istri' di usia muda, 19 tahun. Kisah hidup mereka yang keras memb...