New York
SM Agency (Amerika)
Bryan atau Kibum menyambut mereka dengan tangan terbuka saat 'Grim Reaper' dan Stray Kids tiba di Amerika. Xander yang memimpin tim memberi perintah pada I.N, Han, dan Lino untuk segera mengikuti Tuan Darren ke garasi, dimana kendaraan yang akan mereka gunakan telah tersedia di sana. Jeno meminta Chris membawa Hyunjin dan Felix bersamanya untuk mengecek amunisi mereka. Seungmin dan Chanbgin diminta Xander untuk pergi duluan ke markas yang akan mereka gunakan selama misi ini berlangsung.
Bryan melihat bagaimana Xander memberi arahan pada Stray Kids, di lain sisi Lysander berdiri di samping Xander sembari mengamati atap markas cabang SM itu. Bryan akan memberikan hormatnya pada Xander jika dia berhasil dalam misi ini, misi yang tidak bisa dilakukan oleh para senior di sini.
"Rasanya memalukan bagiku sampai memanggil kalian kemari" ujar Bryan setelah semua Stray Kids pergi.
"Sebenarnya apa yang orang-orang di sini lakukan, huh?" tanya Lysander sarkas, Xander menepuk kepala Lysander pelan, memperingati 'partner'nya itu agar bersikap sopan dan tenang.
"Mereka sering kecolongan, ayo pindah ke ruanganku dulu agar kita lebih leluasa berbicara" Dua 'Grim Reaper' di hadapannya mengangguk.
Bryan pun membawa mereka turun ke bawah, menuju ruangannya di lantai tujuh markas.
"Masuklah" Bryan membuka pintu untuk kedua 'junior'nya dan mempersilakan mereka masuk. Xander dan Lysander masuk ke dalam dengan tenang, Bryan menghembuskan nafas pelan, ternyata ada yang lebih dingin dan cuek darinya.
"Duduklah" Bryan mempersilakan keduanya duduk di sofa, sedangkan dia mengambil map berisi data teroris yang akan mereka tangkap.
"Bryan, kau bisa lakukan jauh lebih baik dari sekedar mengumpulkan info, kenapa tidak kau lakukan saja?" tanya Xander sembari mengambil map berisi data teroris yang akan ia dan timnya ringkus.
"Tugasku hanya mengumpulkan info saja Xander, aku akan turun ke lapangan jika memang mendesak." Xander mengangguk kecil, Lysander menatap Bryan.
"Kalau kau sampai sekarang tidak turun ke lapangan, bukankah berarti keadaan tidak terlalu gawat?" tanya Lysander, Bryan tersenyum.
"Aku sedang dalam masa pemulihan, tiga bulan lalu aku turun ke lapangan untuk melakukan penangkapan pada komplotan mafia yang melakukan pembunuhan sekaligus menjual narkoba." Lysander ber'oh' ria mendengar jawaban Bryan.
"Lysie, orang ini adalah mantan anggota dari Inggris yang selamat dari kebakaran markas di Inggris" Lysander mendekat pada Xander dan menengok data yang dipegang 'partner'nya.
"Ingatanmu bagus juga, eh?"
"Ck, dia kan suka sekali menindas kita dulu" Lysander tertawa pelan mendengar jawaban Xander.
"Bryan, sudah sejak kapan dia beraksi dan apa saja yang sudah ia lakukan?" tanya Xander.
"Sebulan terakhir dia baru berulah, seminggu yang lalu dia meledakkan sebuah toko dekat kantor polisi, dua minggu yang lalu dia berhasil masuk ke dalam markas dan meledakkan gudang senjata, itulah kenapa saat aku mengirim pesan padamu aku memintamu untuk membawa persenjataanmu sendiri, karena di sini tidak banyak. Lalu baru lusa kemarin dia melakukan perencanaan pembunuhan pada pemilik Crystal Corp. saat hendak ditangkap dia sudah kabur, tapi aku yakin dia masih ada di sekitar sini karena wajahnya tersebar di seluruh penjuru negeri. Aku menyebarkan wajahnya dan wajahnya ketika ia menyamar, bukan hal yang sulit untukku mendapatkan itu" Xander dan Lysander mengangguk paham.
"Ada beberapa daftar hotel dan alamat beberapa gedung apartement yang bisa kau selidiki, aku hanya bisa mengumpulkannya dan tak bisa mengeceknya langsung." Lysander menerima kertas dari Bryan dan membacanya.
"Kenapa kau meminta kami saat kau sendiri sebenarnya punya tim kuat?" tanya Xander penasaran.
"Mereka sering kecolongan, sedangkan warga selalu mendesak kami agar segera bergerak, karena mereka merasa resah. Belum lagi kasus mafia yang aku tangani tiga bulan lalu, kasusnya beranak, ada anggota mereka yang lolos, yang datanya aku kirim pada kalian juga. Belum lagi tim bagus yang lain sedang mengusut kelompok yang kontra pada pemerintah." Xander melirik Lysander yang mendengus.
"Bryan, kami hanya bisa membantumu dalam kasus teroris ini dan mafia itu saja, masalah kelompok yang kontra kami tak bisa bantu karena kami tidak ada hak untuk itu." Bryan mengangguk kecil.
"Baiklah, tak apa." Xander dan Lysander hanya bisa memberi senyum tipis, sebelum akhirnya mereka kembali larut dalam hening. Xander dan Lysander membaca dengan teliti apa saja yang tertulis di sana, dan Lysander sempat menyalin itu semua untuk jaga-jaga jika dia lupa.
"Kita bergerak sekarang, agar kita bisa kembali lebih awal" Lysander terdiam mendengar perkataan Xander.
"Maksudmu?" tanya Bryan, tidak biasanya Grim Reaper seperti mereka terburu pulang. Xander tersenyum hangat, senyum yang membuat Bryan yakin ada sesuatu yang baik terjadi pada mereka.
"Ada yang menunggu kami kembali"
.
.
Korea
Winwin nampak murung, dia banyak diam di rumah, Yuta dan Renjun tidak berhasil mengembalikan mood Winwin. Mereka tidak tahu, kepergiaan Jaemin dan Jeno bertugas bisa membuat Winwin semurung ini, padahal baru beberapa jam yang lalu Jaemin dan Jeno pergi. Teman keluarga mereka juga tak bisa mengembalikan mood sang nyonya.
"Eommaaaa~" Renjun akhirnya merengek pada Winwin, dia mendusal pada sang ibu yang duduk menatap televisi dengan tatapan menerawang.
"Eomma waeee?" Winwin tidak menjawab dan memeluk Renjun dari samping.
"Eomma rindu Nana?" tanya Renjun yang diangguki Winwin, si mungil melihat kalung yang terpakai apik di leher sang ibu.
"Eomma, percaya pada Renjun, mereka pasti akan pulang" Winwin melirik Renjun dan mengeratkan pelukannya.
"Semoga saja"
"Eomma, ayolah~ jangan sedih, kami juga sama dengan eomma, tapi kami berusaha percaya kalau mereka akan pulang, mereka pasti akan kembali lagi. Mereka bukan orang lemah." Winwin melepaskan pelukannya dan tersenyum, dia mencium gemas pipi Renjun.
"Kau benar, eomma mungkin masih dalam masa tak ingin jauh dengan Nana jadi seperti ini, apalagi ini masih hari ulang tahun eomma, rasanya sedih saja" Renjun mengangguk paham.
"Sudah ya eomma jangan sedih, lihat Appa tersiksa itu karena eomma mengacuhkannya" Yuta yang mendengar penuturan putranya menatap kesal pada si mungil.
"Renjun" Renjun terkekeh.
"Appa kemari ayo pelukaannn~" Yuta mendekat dan memeluk kedua malaikatnya, dia bersyukur mendapat keluarga seperti Winwin, Renjun, dan Jaemin, meski saat ini satu malaikatnya sedang pergi bertugas ke negara orang.
'Padahal dia bukan tentara tapi kenapa tugasnya sudah seperti tentara' batin Yuta.
"Kita doakan saja Nana dan Jeno kembali segera dengan selamat."
"Kau benar sayang"
'Nana, Jeno, kami menunggu kalian selalu dan cepat kembali, semoga kalian selalu dilindungi dan bisa kembali pada kami dengan selamat.'
.
.
"Jangan sampai aku memukul kalian karena lalai tugas!"
"Di luar aku memang teman kalian dan bisa bersikap ramah, tapi dalam pekerjaan jangan harap mendapat belas kasihan dariku jika kalian membuat sebuah kesalahan mau sengaja atau tidak."
"Kami mengerti!"
.
.
.
-tbc-
*vote dan komennya yaw~

KAMU SEDANG MEMBACA
[NOMIN] Their Mask
FanfictionDua anak yang hidup sebatang kara bersama, hanya bisa bergantung satu sama lain. Tumbuh dari sepasang teman hidup, menjadi sahabat sehidup semati, lalu sepasang kekasih, hingga suami-'istri' di usia muda, 19 tahun. Kisah hidup mereka yang keras memb...