Yuta dan Jaemin

10.4K 1.1K 63
                                        

Jeno dan Jaemin duduk kembali di depan ruang rawat pasangan Na. Mereka tidak ingin mengganggu moment di dalam sana. Keduanya duduk santai sembari tangan mereka terpaut satu sama lain.

"Jeno-ya"

"Hm?"

"Kok rasanya kita tenang-tenang saja ya?" Jeno menatap istrinya dengan pandangan mengantuk, karena demi apapun, siang ini tenaganya terkuras habis. Dia memang tak banyak menggunakan otot, kecuali perihal masalah berandal di lobby yang sudah jadi pasien rumah sakit, dia merasa lelah pikiran saja saat ini.

"Mau mencari tahu sesuatu?" Tanya Jeno yang dijawab gelengan oleh Jaemin.

"Na"

"Hm?"

"Aku mengantuk"

"Tidurlah" tak butuh waktu lama untuk membuat si tampan itu tertidur. Jaemin hanya mengusap-usap kepala suaminya sayang sembari melantunkan nada pengantar tidur.

Jeno tidur dan Jaemin dilanda bosan. Dia tak tahu harus melakukan apa, ingin menyusul tidur tapi nanti hukuman mereka makin menjadi, jadi dia tetap membuka matanya. Jaemin menunduk menatap wajah damai Jeno yang terlelap. Dia bisa melihat gurat risau di sana. Jemari lentiknya bermain di poni Jeno, senyum tipis terulas. Jenonya sudah bekerja dengan keras.

"Terimakasih atas kerja kerasnya, sayang" bisik Jaemin, setelahnya si manis kembali ke posisi semula. Kepalanya kini mendongak menatap langit-langit rumah sakit.

"Jaemin" si manis mendongak saat namanya dipanggil. Dia mendapati sosok Mark berdiri di depan pintu.

"Ada apa ya?" Tanya Jaemin berusaha sopan. Dia sedang malas, tapi kalau Mark mau mengajaknya bicara sih tak apa, asal tak cari ribut saja.

"Kenapa kau dan Jeno masih di sini?" Tanya Mark heran, dia duduk di kursi sebelah Jaemin, namun berjarak dua kursi.

"Hanya ingin, ada apa?" Mark menggeleng, dia penasaran, kenapa dua orang yang 'tidak memiliki' hubungan keluarga dengan mereka masih ada di sini?

"Hanya penasaran" setelah itu tidak ada pembicaraan lagi. Hingga-

"Mark-sshi"

"Panggil Mark saja, atau kalau kau seumuran Renjun, panggil hyung boleh" Jaemin mengangguk. Mark dari dulu ternyata masih sama hangatnya.

"Aku penasaran dengan sosok Na Jaemin. Menurutmu bagaimana? Saat itu kalian memanggil Na Jaemin padaku." Tanya Jaemin tenang, Mark diam untuk sesaat.

"Dia anak yang manis, ceria, dan aktif. Dia sangat baik dan hangat. Dia penuh cinta, tapi karena terlalu aktif keluarga besarnya menganggap dia sebuah ancaman." Tubuh Jaemin menegang sesaat, dan dia tersentak kaget saat genggaman tangan Jeno mengerat. Suaminya bangun.

"Ancaman?" Mark mengangguk.

"Jaemin punya rasa keingintahuan yang tinggi, dan tanpa sadar dia bertanya sesuatu yang sensitif pada Nenek dan Kakek Na juga paman dan bibinya." Jaemin mencoba mengingat masalah itu.

"Dia bertanya, kenapa uang untuk panti asuhan dan sekolah milik keluarga Na harus diurus oleh paman dan bibi, kenapa bukan otou-san? itu adalah pertanyaan sensitif. Karena kami semua tau paman dan bibinya melakukan penggelapan dana. Tapi sampai sekarang appa dan eomma juga lainnya tak tahu bagaimana cara membongkar itu semua." Jaemin terpekur, dia ingat kejadian itu, yang membuat paman dan bibinya kelabakan, dan hanya memasang senyum palsu.

"Tahu darimana hyung soal pertanyaan itu?" Tanya Jaemin.

"Aku ada disisinya saat itu, agak jauh sih, tapi aku dengar dengan jelas pertanyaan itu." Jawab Mark.

[NOMIN] Their MaskTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang