Rumah Singgah Jeno
Jeno duduk di sofa tunggal yang ada di ruang tengah. Dia menghela nafas sebentar sebelum menatap para orang dewasa dan pemuda sebayanya yang berada di hadapannya.
"Mari kita hilangkan kecanggungan ini, aku ingin minta maaf sebelumnya karena tindakanku dan Jaemin yang sangat beringas tadi di mansion Na." Jeno berdiri dan membungkuk sopan, membuat yang lain jadi terkejut.
"Jeno-ya, tidak apa. Kami paham." ujar Kun menenangkan. Jeno menegakkan badannya lagi dan tersenyum kecil.
"Terima kasih." tuturnya.
"Jadi, bisa kau jelaskan sebenarnya apa yang terjadi tadi? Dan apa benar kau itu- Grim?" tanya Lucas. Nama "Grim Reaper" itu tidak hanya eksis di dunia para mafia, tapi juga di dunia para pembisnis dan para politikus juga. Nama itu sangat dihindari oleh mereka semua, karena grim bisa muncul kapan saja dan dimana saja. Jadi, rasanya sangat percuma menyimpan rahasia kelammu dari Grim.
"Akan saya jelaskan semuanya, tapi jangan disela, ne?" mereka mengangguk.
"Aku dan Jaemin adalah Grim Reaper itu benar, kamilah dua orang yang ditakuti oleh kalian semua dan para penjahat, kami tersembunyi, kami seharusnya tidak menunjukkan identitas kami. Tapi kami tadi terpaksa membongkarnya karena keadaan. Tadi adalah sekelompok pembunuh yang sengaja disewa untuk melenyapkan Tuan Na. Tapi kejadian tadi pun sebenarnya sangat menggangguku dan Jaemin. Jika memang ingin menghabisi Tuan Na, seharusnya mereka menghabisinya saat ada di rumah sakit. Karena aku yakin para lawan Tuan Na pasti selalu menyelidiki gerak geriknya. Tapi tadi tidak, mereka datang saat kalian semua ada di sana, dan berniat menghabisi kalian semua. Kemungkinan yang saat ini ada dipikiranku adalah kelompok tadi tidak dibayar hanya untuk menghabisi Tuan Na, tapi juga untuk kalian semua. Sekarang Jaemin sedang menyelidiki alasan penyerangan tadi." mereka semua diam mencerna informasi tadi.
"Apa itu pesaing bisnis paman Yuta?" tanya Hendery, Jeno mengangguk.
"Ya, tapi aku masih belum yakin apa benar itu pesaing bisnis Tuan Na atau bukan, atau hanya orang yang punya dendam masa lalu padanya." jawab Jeno.
"Kau pernah punya musuh dulu, Yuta hyung?" tanya Doyoung yang dijawab gelengan.
"Aku saja lupa aku pernah punya musuh atau tidak, aku sudah tak memikirkan masa lalu semenjak Nanaku tak ada disampingku lagi." jawab Yuta lesu. Dia masih berharap kehadiran putranya.
"Jeno" panggil Mark.
"Ya?"
"Apa kau tak bisa membantu kami mencari Na Jaemin?" tanya Mark, nadanya putus asa, karena Jaemin itu sudah seperti adiknya sendiri. Haechan selalu mendesaknya untuk ikut mencari Jaemin, tapi sampai sekarang tidak ada hasil, seolah Jaemin sudah tidak ada di dunia ini lagi.
Jeno diam mendengar permintaan Mark. Dia bimbang sekarang, perlukah dia memberi tahu semuanya? Tapi Jaemin belum memberi izin, dia tak ingin bertengkar dengan istrinya di saat seperti ini.
"Maaf Mark hyung, tapi tidak bisa. Itu bukan wewenangku." semua orang di sana menunduk, dari sini Jeno tahu jika Jaemin sebenarnya sangat disayang oleh semua orang.
"Jeno" panggilan Winwin membuat Jeno tersentak kecil dan melirik sang Nyonya Na.
"Iya?"
"Apa marga asli istrimu?" tanya Winwin tiba-tiba, membuat semua orang menatapnya Jeno menunggu jawaban.
"Marga istri saya?" Winwin mengangguk.
"Dia pasti punya marga asli kan?" tanya Ten, Jeno menelan ludahnya kelu, marga asli istrinya itu Na, tapi-? God! Dia butuh Jaemin!
KAMU SEDANG MEMBACA
[NOMIN] Their Mask
FanfictionDua anak yang hidup sebatang kara bersama, hanya bisa bergantung satu sama lain. Tumbuh dari sepasang teman hidup, menjadi sahabat sehidup semati, lalu sepasang kekasih, hingga suami-'istri' di usia muda, 19 tahun. Kisah hidup mereka yang keras memb...