Kediaman Na
Sepulangnya dari basecamp, Jaemin memilih pergi bersama keluarganya pulang ke kediaman Na, mengingat suaminya tak ingin didekati selama dua hari. Jaemin sedih sebenarnya, tapi dia menghargai permintaan suaminya.
"Eomma, Nana mau tidur sama eomma ya malam ini?" pinta si bungsu pada ibunya, Yuta mendelik mendengar permintaan si bungsu.
"Heh! Ngga bisa, Eomma tidur sama appa, kamu tidur sana sama Renjun" Jaemin merengut mendengarnya. Renjun geleng kepala melihat tingkah ayahnya.
"Ish! Appa! Nana mau tidur sama eomma!" Jaemin ngotot pada permintaannya, sedang Yuta tetap teguh pada jawabannya juga.
"Tidak! Eomma dengan appa!" balas Yuta ikut keras kepala.
"Apppaaaaaaaa!! Eomma appa nyebelin! Kenapa dulu eomma mau nikah sama appa sih?!" dumel Jaemin kesal, dia menatap sang ibu dan mengadu.
"Hhhh~ Yuta hyung tidur sendiri dulu ya, Winwin nemenin Nana tidur." Jaemin yang mendengr ucapan sang ibu yang memihaknya memekik ceria.
"Loh? Win!" Yuta menunjukkan muka memelas pada sang istri.
"Tidak, tidur sendiri malam ini." ujar Winwin lugas, Renjun terkekeh melihat wajah sang ayah.
"Renjun mau tidur sama appa?" Renjun langsung menggeleng.
"Renjun mau tidur sendiri" Jaemin tertawa melihat wajah ayahnya yang nampak lesu itu.
"Kau juga kenapa sih sama Jeno, hah?! Anak itu buat ulah apalagi sama kamu, hm? Sini bilang appa! Biar appa patahkan lehernya!" omel Yuta pada Jaemin.
"Ish! Appa! Ini tuh masalahnya Jeno sama Jaemin, kita bisa selesaiin kok, lagipula Jeno hanya ingin diberi space dua hari saja." ujar Jaemin tenang.
"Ada apa memangnya?" tanya Renjun.
"Dia sedang banyak pikiran, meski kami selalu bersama, tapi entah mengapa dia seperti memiliki beban yang lebih, dan aku hanya ingin menghargai permintaannya yang ingin diberi waktu sendiri selama dua hari." ujar Jaemin.
"Dia kepala rumah tangga, tapi mungkin juga pertanyaan eomma tadi membuatnya kepikiran juga" ujar Winwin, dia merasa bersalah pada putranya.
"Tidak apa eomma, mungkin Jeno memang sedang ingin waktu sendiri dulu." ujar Jaemin, Yuta sebenarnya kesal pada Jeno, tapi dia kagum pada putranya yang begitu sabar dan tenang menghadapi situasi, meski tadi sempat mewek juga.
"Baiklah, appa mengalah hari ini, appa izinkan kau tidur dengan eomma." Jaemin yang mendengarnya melompat girang lalu memeluk ayahnya, dia mencium pipi sang ayah.
"Saranghaeee apppaaaaaa~"
.
.
Winwin dan Jaemin sama-sama terbaring di kasur Jaemin malam ini. Jaemin bahkan begitu manja hari ini pada sang eomma.
"Eomma" panggil Jaemin yang kini memeluk ibunya erat, dia menyandarkan kepalanya di dada sang ibu.
"Apa?" jemari Winwin menyisir rambut putranya dengan begitu lembut.
"Eomma, Nana mau tanya, punya anak itu bagaimana sih rasanya?" tanya Jaemin sembari mendongak menatap wajah ibunya.
"Saat hamil memang agak melelahkan, karena harus membawa bayi 9 bulan di kandungan, mengalami morning sickness, mood yang mudah berubah, ngidam yang aneh-aneh, dan setiap perut bertambah besar rasa lelah selalu datang lebih cepat, kakimu juga bisa membengkak, tubuhmu berubah gendut. Tapi eomma menikmati semua itu, bahkan eomma rindu ingin mengandung lagi, tapi yaahh~ rahim eommakan sudah tidak kuat lagi. Terlebihkan kasus untuk malepregnant, tidak semua namja bisa melakukannya, ada beberapa prosedur, kecuali untuk Taeyong hyung yang memang dikarunai itu, sehingga dia bisa punya anak tiga, Mark, Jisung, dan si kecil David. Ada apa Nana tanya begitu?" tanya Winwin balik pada sang anak.
KAMU SEDANG MEMBACA
[NOMIN] Their Mask
FanfictionDua anak yang hidup sebatang kara bersama, hanya bisa bergantung satu sama lain. Tumbuh dari sepasang teman hidup, menjadi sahabat sehidup semati, lalu sepasang kekasih, hingga suami-'istri' di usia muda, 19 tahun. Kisah hidup mereka yang keras memb...