Suara pintu kamar terbuka membuat Sooyoung memejamkan matanya. Sehun menatap cukup lama punggung Sooyoung yang membelakanginya sebelum memutuskan untuk mendekat.
"Kau tidur?"
Tanyanya namun tak kunjung ada jawaban dari gadis itu.
"Ini aksesoris yang akan kau gunakan saat jamuan besok. Pakailah."
Ucap pria itu meletakkan sekotak perhiasan dengan merk Tasaki yang tertera pada salah satu sisinya. Terdiam cukup lama, menunggu Sooyoung bereaksi. Namun gadis itu masih saja membelakanginya.
"Kau akan terus seperti ini?"
Tanyanya lagi namun Sooyoung masih bungkam membuat pria itu kembali menghela nafas kasar.
"Baiklah, terserah kau saja."
Ucap pria itu berbalik dan mulai menjalankan kursi rodanya. Disaat yang bersamaan, Sooyoung mengubah posisinya menjadi duduk dan melemparkan bantal yang ia kenakan pada Sehun hingga mengenai kepala pria itu.
"Kau pikir dengan membelikanku perhiasan mahal ini akan membuatku merasa lebih baik?"
Pekik Sooyoung kembali melemparkan bantal disebelahnya hingga tepat mengenai wajah Sehun. Pria itu memejamkan matanya sejenak seraya menghela nafas kasar.
"Jangan memancing amarahku."
"Kenapa? Kau akan berubah menjadi lebih brengsek dari ini saat kau marah? Kau bisa melakukan apapun yang kau mau sedangkan aku tidak? Egois sekali!"
Sehun menatap Sooyoung sejenak dengan tatapannya yang begitu dingin sebelum akhirnya pria itu kembali memutar kursi rodanya dan keluar dari kamar.
"Mau kemana kau? Aku belum selesai!!"
Teriaknya dengan nafas yang bergemuruh. Terduduk cukup lama di posisinya sebelum pandangan Sooyoung teralihkan pada kotak perhiasan yang terletak diatas nakas. Dengan ragu, gadis itu meraih kotak tersebut dan mulai membukanya. Seketika raut wajah Sooyoung berubah dengan tatapan yang berbinar-binar.
(Cr : Pinterest)
"Wah.."
-
"Kau bilang jika aku memberi benda itu ia tak akan marah lagi. Mengapa aku justru mendapat pukulan darinya?"
"Apakah nyonya semakin marah? Biasanya wanita kebanyakan akan luluh jika pasangannya memberi hadiah. Apalagi Tasaki bukan perhiasan sembarangan yang mudah didapatkan."
Sahut seorang pria diseberang telfon.
"Apakah anda yakin sudah meminta maaf dengan benar?"
"Apa kau sedang menyalahkanku?"
"Ti..tidak. Bukan begitu. Ah bagaimana dengan bunga?"
"Bunga?"
"Istri saya akan berubah menjadi sangat manis jika saya membawakan bunga untuknya."
"Benarkah?"
"Iya. Cobalah anda memberikan bunga untuknya."
"Baiklah."
Sahut Sehun sebelum memutus sambungan. Pria itu kembali menekan layar ponselnya untuk melakukan panggilan.
"Antarkan karangan bunga untukku."
"...."
"Bunga mawar."
"...."
"Warna apapun itu yang ada di tokomu."
"...."
"Bawakan semua persediaan yang kau miliki. Buat tampilannya sebagus mungkin."
Ucap Sehun sebelum memutus panggilannya.
-
Sooyoung berjalan keluar dari kamar mandi dengan handuk yang menggantung di lehernya. Ia berjalan menuju meja rias dan terduduk sembari mengeringkan rambutnya yang basah disertai dengan bersenandung.
Setelah cukup lama, gadis itu menghetikan kegiatannya. Tampak mengendus sesuatu. Ia meletakkan hairdryer yang sedari tadi ia genggam di atas meja dan berbalik. Seketika gadis itu terbelalak begitu mendapati beberapa buket mawar merah yang tertata rapi diatas meja.
(Cr: Pinterest)
"Siapa.."
Disaat yang bersamaan pintu terbuka menampakkan sosok Sehun membuat Sooyoung mengalihkan pandangannya.
"Apa kau masih marah?"
"Kau.."
"Aku membelinya untukmu."
"Singkirkan.."
"Apa?"
"Aku bilang singkirkan."
Ucap Sooyoung dengan nafas yang tak teratur.
"Kau kenapa?"
Sehun mendekat begitu menyadari sikap Sooyoung yang tak biasa. Kulit gadis itu memerah dan ia mengalami kesulitan bernafas. Disaat yang bersamaan Soojung dan Jong In membuka pintu kamar dan hendak mengatakan sesuatu namun kalimat wanita itu menggantung.
"Nyonya, ada apa?"
Jong In bergegas mendekat begitu ia mengedarkan pandangannya.
"Nyonya alergi terhadap bunga."
Ucap Jong In sembari menggenggam pergelangan tangan Sooyoung.
"A..apa?"
"Panggil dokter Lee."
Titah Sehun sembari melepas kasar genggaman Jong In. Dengan bersusah payah, pria itu bangkit dari kursi rodanya. Membantu Sooyoung berdiri dan membawanya menuju ranjang dengan langkah pelan.
Sementara itu, Jong In memanggil beberapa pelayan untuk menyingkirkan buket kawar yang ada di kamar.
"Bakar semua mawar itu tanpa sisa."
Ucap Sehun sebelum kembali mengalihkan pandangannya pada sang istri yang tampak tak berdaya. Dengan ragu, ia menggenggam kedua tangan Sooyoung. Disela sisa kesadarannya, Sooyoung memperhatikan raut wajah Sehun yang tak biasa. Untuk pertama kalinya pria itu memberinya tatapan yang begitu hangat dan menenangkan.
~~~
KAMU SEDANG MEMBACA
Limitless [END]
Fanfiction{FANFICTION} Oh Sehun, pria 33 tahun yang hidup dengan masa lalu kelamnya. Menjalani kehidupan baru setelah pernikahannya dengan Park Sooyoung, gadis belia yang terpaut usia 10 tahun lebih muda darinya. Hubungan yang terjalin bukan atas dasar cinta...