59

1.4K 202 32
                                    

Derap langkah yang begitu anggun itu berjalan memasuki bandara dengan menggeret koper hitam besar miliknya. Mengenakan setelan pakaian semi formal milik merk ternama Gucci dan kacamata hitam yang ia pakai, Sooyoung melangkah menuju gerbang keberangkatan.

"Pergilah ke Chicago. Bukankah kau sangat ingin kembali kesana? Tinggallah di apartemenku. Kau bisa menggunakannya selama disana. Passwordnya adalah 4 digit terakhir nomor ponselku."

Begitulah saran yang Johnny usulkan. Dan dengan mudahnya Sooyoung setujui. Disinilah gadis itu berada kini. Terduduk di kursi kelas business. Meneguk orange juice miliknya dan membaca majalah fashion yang merupakan hobi barunya.

Senyum di bibir gadis itu terukir tat kala ia mendapat bunyi notifikasi pesan dan membacanya.

"Ingat. Kau hanya pergi untuk berlibur. Bukan menetap disana. Kembalilah, gadis kecilku."

Begitulah bunyi pesan yang Johnny kirimkan padanya. Tak berniat membalas pesan tersebut, ia meletakkan ponselnya kembali ke dalam tas setelah mengubah mode pesawat. Mengenakan earphone di telinga dan mulai memejamkan mata.

Dilain tempat, Sehun tampak begitu sibuk dengan berkas-berkas di atas mejanya. Raut wajahnya begitu serius dengan tatapannya yang dingin. Dihadapannya berdirilah beberapa karyawan yang berusaha menyembunyikan rasa gugup mereka.

"Jadi?"

Suara pria itu pada akhirnya membuat para karyawan yang sedari tadi tertunduk pun kembali mendongak dan berdiri tegap. Sehun mengangkat wajahnya dan menatap mereka dengan tatapan mengintimidasi.

"Hanya ini yang bisa kalian lakukan?"

"Kami mohon maaf. Tetapi waktu yang kami miliki-"

"Bukankah karna itulah aku memberi kalian gaji dua kali lipat? Agar kalian bisa memanfaatkan waktu dengan baik."

Ujar pria itu melempar berkas yang ia genggam diatas meja dan melonggarkan ikatan dasinya yang sedikit mencekik.

"Ketua tim Yoon, kemana kau disaat bawahanmu lembur hingga larut malam? Kau kencan buta lagi?"

Wanita yang mendapat pertanyaan tersebut hanya dapat terdiam dan sedikit membungkukkan badan.

"Asisten Jeon, bukankah aku dengan jelas mengatakan padamu untuk tak minum alkohol selama bekerja? Apa kau ingin mendapat sanksi?"

"Maafkan saya."

"Aku memberi kalian waktu tiga hari untuk memperbaiki ini semua. Gunakan waktu dengan baik. Kalian boleh pergi."

Titah pria itu dan membalik kursinya hingga menghadap kaca jendela ruangannya. Beberapa karyawan itu pun bergegas pergi dari ruangan atasan mereka. Sehun menghela nafas pelan sembari memijit kepalanya yang terasa sakit.

Sebuah notifikasi pesan yang masuk membuat sepasang mata terpejam itu kembali membuka. Sehun membalik kursinya dan meraih benda persegi tersebut. Melihat nama pengirim pesan.

Johnny Seo

Kau akan membiarkannya || 09:08
pergi? Sungguh? Kau akan
menyesalinya tuan Oh.

Sehun menghela nafas kasar sembari meletakkan kembali ponselnya ke atas meja.

-

Pintu kamar terbuka dan Sehun menggerakkan kursi rodanya memasuki kamar yang kini terasa sunyi itu. Ia terdiam, menatap hampa pada ranjang yang tampak rapi. Tak ada tanda-tanda seseorang yang baru saja duduk diatasnya. Semuanya masih terlihat sama seperti saat ia meninggalkan kamar ini.

Pandangannya teralihkan pada meja rias yang kini hanya terdapat beberapa benda disana. Tak ada lagi produk kecantikan wanita, peralatan make up, dan lain sebagainya. Yang tersisa hanya sekumpulan kotak perhiasan yang Sooyoung tinggalkan begitu saja. Gadis itu tak membawa satupun barang yang Sehun berikan untuknya. Ia pergi dalam keadaan yang sama saat ia datang.

Sehun kembali menghela nafas berat tat kala melihat keranjang bayi yang masih terletak di dekat ranjang kamar mereka. Pria itu mendekat, menatap hampa pada benda kotak itu. Tak ada. Tak ada suara tangisan ataupun tawa bayi. Hal yang dibayangkan olehnya beberapa saat yang lalu.

"Teddy bear? Mengapa kau membeli boneka? Kita bahkan tak tau apakah anak kita perempuan atau laki-laki."

Protes Sehun begitu melihat boneka teddy bear berukuran sedang berada di dalam ranjang bayi mereka. Sooyoung dengan senyum merekahnya, meraih boneka tersebut dan memeluknya.

"Memangnya hanya bayi perempuan yang boleh memeluk boneka? Itu namanya diskriminasi gender."

Sahut gadis itu mempererat pelukannya.

Senyum di bibir Sehun samar-samar terlukis tat kala ia mengingat percakapannya dengan sang mantan istri. Pria itu meraih boneka teddy bear dan memandangnya sendu.

"Kau juga kesepian rupanya.."

Ujar pria dengan surai matanya yang berkaca-kaca. Pandangannya terasa kabur karena buliran bening yang menggenang di kedua pelupuk matanya. Dengan menarik nafas panjang, Sehun memeluk boneka itu dan menumpahkan tangisnya. Menangis begitu pilu dengan rasa sesak yang menghujam dada. Satu hal yang Sehun sadari dan tak dapat ia pungkiri. Bahwa ia sudah sangat terbiasa dengan keberadaan gadis yang kini menyandang status sebagai mantan istrinya.

~~~

Limitless [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang