"Woori, kemarilah. Jangan ke ruang kerja Sehun. Ia akan memarahimu nanti."
Ujar Sooyoung yang kesulitan berjalan. Menyusul salah satu anjingnya yang berbulu putih. Memasuki ruang kerja sang suami dan mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan. Senyumnya terlukis begitu ia mendapati peliharaannya itu tengah duduk terdiam menghadap jendela ruangan.
Gadis itu mulai melangkah mendekat. Hendak menghampiri binatang berbulu kesayangannya itu. Namun langkahnya terhenti ketika ia merasakan nyeri yang teramat sangat pada bagian perut bawahnya.
Sooyoung berpegangan pada sofa di sebelahnya. Perlahan ia berlutut dan mengerang menahan sakit. Keringat dingin mulai membasahi kening gadis itu dan ia mulai menangis tat kala melihat darah segar mengaliri kakinya.
"Se..sehun.."
Rintih gadis itu. Satu-satunya yang ada di pikiran Sooyoung di saat ini hanyalah suaminya. Ia hanya membutuhkan sosok pria dingin itu untuk menemani dan mengatakan jika semuanya akan baik-baik saja.
Sooyoung meremas kuat ujung pakaiannya tat kala sakit yang ia rasa semakin menyiksa. Tak memiliki tenaga untuk berteriak meminta pertolongan. Menangis tanpa suara hingga suara pintu terbuka membuat gadis itu merasa sedikit lega.
"Ya ampun nyonya!"
-
Sehun memasuki lobi rumah sakit. Bersusah payah menggerakkan kursi rodanya menuju eskalator dan menekan lantai 3 tempat istrinya berada.
Sesampainya di lantai 3 ia mendapati Soojung yang berdiri tak jauh darinya.
"Tuan."
"Dimana Sooyoung?"
"Beliau masih belum sadarkan diri."
"Dimana? Dimana Sooyoung?"
Tanya pria itu tergesa-gesa.
"Beliau ada di ruangannya. Tapi sebelum itu.."
"Apa?"
"Ada yang ingin dibicarakan dokter Bae. Beliau menunggu anda di ruangan sebelah."
Dengan menghela nafas kasar, ia hanya bisa mengangguk pasrah dan mengikuti langkah sang sekertaris.
"Bagaimana kondisi istriku?"
Tanya Sehun yang kini terduduk menatap wanita berjas putih dihadapannya.
"Beliau mengalami pendarahan yang cukup parah dan kontraksi dini."
"Apa maksudmu? Usia kandungannya bahkan baru 31 minggu."
"Ini jarang terjadi. Tapi besar kemungkinan penyebabnya adalah karena nyonya Oh mengalami solusio plasenta."
"Apa?"
"Ini adalah situasi dimana plasenta terlepas dari dinding rahim sebelum adanya persalinan. Hal inilah yang menyebabkan nyonya Oh mengalami pendarahan yang cukup parah."
"Sooyoung.. bagaimana keadaannya?"
"Saya tidak bisa mengatakan jika beliau baik-baik saja. Proses pembedahan harus segera dilaksanakan."
"Maksudmu ia akan melahirkan bayi kami sekarang? Usia kandungannya bahkan masih belum cukup."
"Jika tidak segera dilakukan, hal ini akan beresiko bagi sang ibu dan juga bayi."
Sehun kembali menghela nafas dan mengusap wajahnya gusar. Berusaha meredam emosinya saat ini.
"Apa mereka akan baik-baik saja?"
"Kami akan berusaha semaksimal mungkin."
Pria itu kembali mengangguk begitu dokter Bae berusaha meyakinkan jika semuanya akan baik-baik saja.
"Tolong selamatkan mereka."
Ujar Sehun dengan tatapan memohon.
-
Sehun terdiam menatap sendu pada gadis yang kini terbaring lemah tak berdaya dengan selang infus yang terpasang di salah satu tangannya. Ia menggenggam lembut tangan sang istri dan memberi kecupan singkat pada punggung tangan Sooyoung.
"Semuanya akan baik-baik saja."
Bisiknya di telinga sang istri. Tak lama, pintu ruang operasi terbuka menampakkan beberapa orang berpakaian baju operasi. Bersiap membawa masuk sang istri.
"Tunggu sebentar."
Ucap pria itu membuat keempat orang yang hendak membawa masuk Sooyoung menghentikan langkahnya. Sehun bangkit dari kursi rodanya dan berjalan pelan. Membelai lembut puncak kepala sang istri dan mengecup cukup lama kening Sooyoung yang berkeringat.
Selepas itu ia menatap empat orang dihadapannya dan sedikit membungkuk.
"Tolong selamatkan istri dan anakku."
Ujarnya yang diangguki pelan oleh staf medis dihadapannya.
Selepas Sooyoung memasuki ruang operasi, yang pria itu lakukan sedari tadi hanya duduk terdiam dengan tatapannya yang kosong. Merapatkan kedua telapak tangannya dengan mata yang terpejam. Berdoa untuk keselamatan istri dan anaknya.
Terdengar derap langkah beberapa orang yang menghampirinya. Membuat pria itu membuka mata dan mendongak kemudian menoleh keasal suara.
"Bagaimana Sooyoung?"
Tanya Jung Ran yang kini terduduk disamping Sehun. Sementara itu, Sang Hyun, Sunhwa, dan juga Jisung berdiri dan menatap pintu ruang operasi dengan khawatir.
"Ia masih menjalani operasi."
Sahut pria itu pelan dan turut mengalihkan pandangannya menatap hampa pada pintu yang seolah enggan untuk terbuka.
Hening. Suasana begitu hening. Lima orang yang menunggu dengan gelisah itu begitu sibuk dengan pikiran mereka masing-masing hingga suara pintu terbuka mengalihkan atensi mereka.
"Wali dari nyonya Park Sooyoung?"
"Aku."
Ujar Sehun yang kini mendekat. Seorang wanita dihadapannya sedikit membungkuk memberi salam.
"Kondisi nyonya Park sudah stabil kini. Kami berhasil menangani pendarahan yang mengancam keselamatannya."
Terdengar helaan nafas lega dari mereka begitu juga dengan Sehun.
"Namun.."
Lanjutan kalimat yang wanita itu ucapkan membuat lima orang di ruangan kembali terdiam.
"Karena persalinan terjadi sebelum waktunya, bayi terlahir prematur."
"Bagaimana kondisi anakku?"
Tanya Sehun berhati-hati.
"Kondisi jantungnya lemah karena efek dari masalah pada plasenta. Sementara ini bayi anda akan berada dibawah pengawasan unit perawatan intensif."
Sehun memejamkan matanya sejenak. Berusaha menyembunyikan kesedihannya. Lain halnya dengan Sunhwa yang kini mulai terisak dalam pelukan sang suami.
"Bagaimana dengan jenis kelaminnya?"
"Bayi laki-laki."
Sahut wanita itu yang dibalas dengan senyum tipis.
~~~
KAMU SEDANG MEMBACA
Limitless [END]
Fanfiction{FANFICTION} Oh Sehun, pria 33 tahun yang hidup dengan masa lalu kelamnya. Menjalani kehidupan baru setelah pernikahannya dengan Park Sooyoung, gadis belia yang terpaut usia 10 tahun lebih muda darinya. Hubungan yang terjalin bukan atas dasar cinta...