"Apakah seperti ini rasanya menjadi Sehun?"
Sooyoung akhirnya membuka suara setelah ia dan Johnny cukup lama berada di taman. Pria yang sedari tadi sibuk dengan ponselnya itu pun menoleh sembari memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku jas.
Entah sudah semenjak kapan, Sooyoung selalu mencurahkan isi hatinya pada teman masa kecilnya itu. Johnny tau seluruh cerita mengenai kisah keduanya. Dan ia dapat menarik kesimpulan mengenai perasaan keduanya hanya dengan melihat bagaimana mereka bersikap satu sama lain. Ya, pria itu cukup dapat dipercaya untuk menjaga rahasianya.
"Mungkin dia lebih hancur dari ini.."
Sahut pria jangkung itu sembari menautkan sebelah kakinya diatas kakinya yang lain. Sooyoung menoleh dan menatap pria yang kini tengah memandang lurus ke depan.
"Kehilangan dua orang dalam satu waktu. Tanpa pertanda, hanya terjadi begitu saja."
"Kakak benar."
"Tapi dalam menghadapi kehilangan, bukan berarti itu membuat seluruh duniamu hancur."
Lanjutnya kembali menoleh dan tersenyum.
"Hidup harus terus berlanjut. Ada kehidupan lain yang harus kau pertahankan. Setidaknya kau masih memiliki suamimu yang akan selalu menguatkanmu."
Sooyoung menunduk dan menatap perut buncitnya cukup lama. Mengusapnya pelan, begitu berhati-hati seolah takut jika pergerakannya dapat menyakiti anak yang ia kandung.
"Sehun..tak mencintaiku."
"Mengapa kau begitu yakin akan hal itu?"
Menanggapi pertanyaan yang Johnny lontarkan, gadis itu hanya tersenyum tipis dan menghela nafas pelan.
"Bukankah aku sudah mengatakannya? Kami berencana untuk bercerai setelah setahun menikah. Tapi perceraian itu tak pernah terjadi padahal pernikahan kami sudah memasuki bulan ke 13. Dan satu-satunya alasan pernikahan kami tetap berlanjut adalah karena kehamilanku."
Ujarnya mengalihkan pandangan menatap langit yang begitu cerah. Memejamkan mata sejenak dan menghirup nafas panjang sebelum kembali membuka matanya.
"Kau sendiri? Apa kau mencintainya?"
"Apa ada alasan bagiku untuk tak mencintainya?"
"Lalu mengapa kau tak mengubah pikiranmu?"
"Hm?"
"Seperti.. Apa ada alasan baginya untuk tak mencintaimu?"
Sooyoung kembali mengalihkan pandangannya pada Johnny yang kini menatapnya serius. Gadis itu kembali menghela nafas dan menggeleng pelan.
"Sejak awal aku sudah kalah kak. Tak ada tempat untukku. Sehun begitu mencintai mendiang istrinya. Dan aku tak bisa bersaing untuk itu."
"Sooyoung.."
"Akan lebih baik jika sainganku adalah orang yang masih hidup. Aku bisa menemuinya dengan percaya diri dan mengatakan bahwa aku bisa memenangkan hati suamiku."
Sooyoung menjeda sejenak kalimatnya dan tertunduk. Kembali mengusap lembut perutnya.
"Tapi ia adalah orang yang sudah meninggal. Orang yang pergi dengan menyisakan kenangan yang begitu indah disaat Sehun masih sangat amat mencintainya. Dan aku tak bisa menang akan hal itu."
"Apa kau pernah bertanya bagaimana perasaannya? Kau bahkan tak pernah menanyakannya?"
Sooyoung menggeleng pelan, berusaha menepis keinginannya untuk menanyakan pertanyaan tersebut.
"Aku terlalu takut dengan kenyataan yang akan kuhadapi. Bagiku, sudah cukup Sehun dapat menerima kehadiran anak kami. Aku tak butuh apapun lagi."
"Hey little girl."
"Hm?"
"Kau sangat aneh dan kau tau itu kan?"
Sooyoung tersenyum tipis dan mengangguk setuju.
-
Sehun membuka pintunya dengan hati-hati. Khawatir jika ia akan membangunkan Sooyoung. Namun perkiraannya salah. Nyatanya istrinya itu saat ini tengah terduduk di depan meja rias. Menatapnya melalui pantulan cermin dan tersenyum.
"Kau sudah datang?"
"Kau belum tidur?"
Tanya pria itu dan dijawab dengan gelengan pelan. Ia kemudian bangkit dan berjalan menuju sang suami yang kini mendudukkan diri diatas sofa. Membantu Sehun membukakan dasi yang ia kenakan.
Entah angin apa yang merasuki gadis itu hingga kini ia memeluk erat Sehun yang hanya terdiam dengan raut bingungnya. Perlahan pria itu membalas pelukan Sooyoung dan mengusap lembut punggungnya.
"Kau kenapa?"
Tanya Sehun yang hanya dibalas gelengam kecil.
"Maafkan aku."
"Untuk?"
"Semuanya. Selama beberapa hari ini aku mengabaikanmu dan terlalu larut dalam kesedihanku. Tak memikirkan bagaimana perasaanmu."
Ujar gadis itu berusaha menahan tangisnya.
"Sooyoung.."
"Maafkan aku. Kau pasti sama hancurnya denganku kan? Bukan hanya aku yang kehilangan kan?"
Terdengar helaan nafas berat Sehun sebelum pria itu mempererat pelukannya dan menenggelamkan wajah lelahnya di ceruk leher sang istri. Tangis yang susah payah pria itu bendung selama beberapa hari ini akhirnya pecah juga. Terdengar seperti tangisan anak kecil yang kehilangan permennya.
Untuk pertama kalinya pria itu menangis tersedu-sedu di dalam pelukan hangat sang istri. Sama dengan Sehun, Sooyoung pun untuk kesekian kalinya kembali menumpahkan tangis yang seolah tak ada habisnya.
~~~
KAMU SEDANG MEMBACA
Limitless [END]
Fanfiction{FANFICTION} Oh Sehun, pria 33 tahun yang hidup dengan masa lalu kelamnya. Menjalani kehidupan baru setelah pernikahannya dengan Park Sooyoung, gadis belia yang terpaut usia 10 tahun lebih muda darinya. Hubungan yang terjalin bukan atas dasar cinta...