Nih tripple niihhh...
Puas gak kalian 🙃
Mumpung aku libur dan lagi gak bisa tidur 🤣***
"Ayah..Ibu... Ada apa kalian datang kemari?"
Ujar Sooyoung sembari berlari diikuti Sehun menghampiri kedua orang tua dan adiknya yang tengah berada di ruang tengah.
"Anak ini benar-benar. Lama tidak bertemu dan hanya kata itu yang bisa kau lontatkan?"
Tegur Sunhwa membuat Sooyoung kembali tersenyum menampilkan deretan gigi putihnya.
"Hey bagaimana kabarmu bab-"
"Park Jisung, jaga bicaramu."
Titah Sang Hyung meninterupsi perkataan anak lelakinya itu membuat Jisung menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
"Apa kabar.."
Sapa Sehun membuat tiga orang dihadapannya itu tersenyum membalas sapaannya.
"Apa yang ibu bawa?"
"Ibu membawakan beberapa vitamin untuk kesehatan rahim dan juga obat penstabil ehem hormon."
Sahut wanita paruh baya itu sedikit melirik pada menantu tampannya.
"Ah ibu.."
"Dan juga ibu membawakan sup kepiting kesukaanmu."
"Ibu memang terbaik!"
Seru gadis itu menghampiri sang ibu dan membantu membawa beberapa bekal tersebut menuju dapur.
"Kakak ipar, apa kau memiliki playstation?"
"Park Jisung."
"Aku tak memiliki hal seperti itu. Tapi karena kakakmu sangat senang bermain, baru-baru ini aku membuatkan timezone untuknya agar ia tak perlu pergi ke mall."
Mendengar penuturan kakak iparnya itu membuat Jisung memandang takjub padanya.
"Jika kau penasaran, kau bisa jalan lurus dari sini, lalu belok di gang ketiga dan masuk ke ruangan paling ujung."
"Apa aku boleh kesana?"
"Tentu saja."
"Wah.. Kakak ipar memang terbaik!"
Ujarnya sembari mengacungkan kedua ibu jarinya sebelum berlalu pergi meninggalkan Sehun dan Sang Hyun yang hanya bisa menggeleng heran, tak habis pikir dengan pola pikir anak bungsunya itu.
Setelah kepergian Jisung, Sang Hyun kembali terduduk dan menyeruput segelas teh yang disediakan untuknya.
"Aku dengar kau berhasil menjalin kerja sama dengan A Culture."
"Ini belum disahkan, tetapi pihak mereka telah meninjau ajakan kami dengan positif. Ini juga berkat Sooyoung."
"Sooyoung?"
Kening pria paruh baya itu mengernyit begitu mendengar nama anak sulungnya disebut. Sehun tersenyum simpul dan mengangguk.
"Pendiri A Culture adalah teman Sooyoung saat ia bersekolah di Chicago."
"Teman?"
"Iya. Johnny Seo adalah teman dan juga tetangga Sooyoung. Apa ia belum pernah menceritakan tentang temannya ketika di Chicago kepada anda?"
"Ia menceritakannya. Tapi yang aku tau Sooyoung hanya memiliki satu teman. Maksudmu temannya itu adalah Seo Young Ho?"
"Benar."
"Wah anak itu telah tumbuh dengan baik."
Seru Sang Hyun tersenyum puas dan bertepuk tangan beberapa kali. Suasana hening menyelimuti keduanya untuk beberapa saat sebelum pria paruh baya itu kembali bersuara.
"Sooyoung, bagaimana?"
"Ya?"
"Apa ia merepotkanmu? Apa ia sering merengek? Apa anakku sering membuatmu kesal?"
Mendengar pertanyaan Sang Hyun, pria itu terdiam sejenak dan tersenyum tipis.
"Tidak. Ia tak sedikitpun menyulitkanku. Dibanding itu, sepertinya aku yang lebih sering menyulitkannya."
"Kau menyulitkannya?"
"Sebagai seorang kepala keluarga, aku memiliki banyak kekurangan. Tak bisa mengerti apa yang ia inginkan dan apa yang dapat membuatnya tersakiti. Aku, tidak cukup peka dan sering membuatnya sedih. Maafkan aku karena belum bisa membahagiakannya."
Mendengar jawaban Sehun yang terdengar begitu tulus membuat pria itu tersenyum tampan. Ia merasa lebih baik mendengar jawaban Sehun yang bisa dikatakan jujur. Tak menutupi kekurangan dan kesalahannya sebagai seorang suami.
"Sooyoung itu adalah anak yang ceria, kuat, dan selalu membawa kebahagiaan bagi siapapun. Walaupun ia manja, tetapi ia memiliki sifat mandiri. Sungguh dua hal yang sangat bertolak belakang."
"Ya, aku tau itu."
"Tetapi dibalik sifatnya yang seperti itu dan pandangan orang-orang terhadapnya, Sooyoung hanyalah gadis kecilku yang sebentar lagi akan berusia 24 tahun."
Ucapnya kembali menatap lekat sang menantu.
"Pada nyatanya ia begitu rapuh, lugu, mudah tersakiti dan menangis. Sooyoung hanya bersikap manja kepadaku karena aku selalu menuruti apa yang ia mau. Tetapi melihat bagaimana kau memperlakukannya, membangunkan taman tanpa bunga untuknya, membuat timezone agar ia tak bosan, dan perlakuan lainnya, setidaknya aku tak menyesali keputusanku untuk menyerahkan permata berhargaku padamu."
"Tuan Park.."
"Kau tak perlu terburu-buru untuk menjadi suami yang baik. Semuanya butuh proses. Proses bagimu untuk memulai perjalanan yang baru, serta proses bagi Sooyoungku untuk kembali mengenal cinta."
Lanjut pria itu dengan senyum hangat dan tatapan teduhnya. Mendengar ucapan Sang Hyun, entah mengapa membuat Sehun merasa lebih tenang kini.
~~~
KAMU SEDANG MEMBACA
Limitless [END]
Fanfiction{FANFICTION} Oh Sehun, pria 33 tahun yang hidup dengan masa lalu kelamnya. Menjalani kehidupan baru setelah pernikahannya dengan Park Sooyoung, gadis belia yang terpaut usia 10 tahun lebih muda darinya. Hubungan yang terjalin bukan atas dasar cinta...