54

1.3K 200 7
                                    

Sooyoung membuka perlahan pintu ruang kerja sang suami. Ia menatap sendu pada pria yang kini tengah terduduk di kursi kerjanya dan menghadap jendela. Gadis itu menghela nafasnya pelan.

Sudah sebulan semenjak kematian bayi mereka. Disaat Sooyoung sudah mulai menata hatinya walau duka yang ia rasa belum juga pulih, namun tidak dengan Sehun. Pria itu masih tetap sama sejak sebulan yang lalu. Memaksakan tenaganya untuk bekerja dan menghabiskan waktu hingga larut malam di ruang kerjanya dengan sebotol wine yang selalu menemani.

"Ini sudah malam. Kau tak akan tidur?"

Tanya Sooyoung pada akhirnya setelah ia berdiri cukup lama di ambang pintu. Tak ada respon apapun dari pria itu membuat Sooyoung kembali menghela nafas. Ia mengangguk mengerti dan menutup perlahan pintu ruangan. Berbalik dan mendapati sang sekertaris yang kini menatapnya iba. Sooyoung tersenyum tipis.

"Sepertinya ia butuh waktu lebih banyak dari aku."

"Nyonya.."

"Kehilangan anak untuk ketiga kalinya bukan hal yang mudah untuknya Soojung. Aku mengerti."

Ujar Sooyoung dan berlalu pergi.

Sesampainya di kamar, yang Sooyoung lakukan hanyalah terduduk diatas ranjang dengan bersandar pada bahu ranjang. Menatap hampa pada ruangan minim pencahayaan itu. Ia mengusap pelan perutnya yang kembali rata. Tersenyum kecut sembari menghela nafas kasar. Tidak. Ia tak akan menangis lagi. Ia berusaha begitu keras untuk tak menumpahkan tangisnya. Lagi. Gadis itu sudah terlalu lelah untuk menangis. Ia sudah tak memiliki cukup tenaga untuk itu.

Disaat Sooyoung begitu disibukkan dengan pikirannya, pintu kamar yang dibuka membuat gadis itu menoleh. Dilihatnya Sehun menatapnya sekilas sebelum pria itu masuk dan menutup kembali pintu kamar.

"Kau belum tidur?"

Tanya pria itu pada akhirnya. Sementara Sooyoung hanya menjawabnya dengan gelengan pelan.
Sehun tak lagi bergeming. Ia lebih memilih bergegas memasuki kamar mandi hingga indera pendengaran Sooyoung mulai menangkap suara air mengalir dari shower kamar mandi mereka.

Gadis itu memeluk erat kedua lututnya. Menopang dagunya diatas lutut sembari memejamkan mata. Berusaha untuk menetralkan perasaannya yang begitu campur aduk.

-

"Hai Hyun Joo."

Sapa Sooyoung sembari memberi kecupan singkat di pipi gembul bayi berusia dua bulan itu. Ia tersenyum sumringah menatap bayi yang berada dalam gendongan Joohyun.

"Bagaimana kabarmu?"

Tanya Joohyun membuat senyum di bibir Sooyoung perlahan memudar. Namun tak lama setelahnya gadis itu kembali tersenyum.

"Aku baik-baik saja."

Sahutnya sementara Joohyun hanya mengangguk mengerti. Perhatian mereka kembali mengarah pada bayi perempuan yang tampak mengantuk itu.

"Kak.."

"Hm?"

"Bolehkah aku menggendongnya?"

"Tentu."

Sahut Joohyun tersenyum dan menyerahkan buah hatinya itu. Sooyoung mengambil alih Hyun Joo dan menggendongnya. Memberi tepukan-tepukan lembut pada sang bayi. Berusaha membuatnya tertidur.

"Bagaimana dengan Sehun?"

Lagi-lagi pertanyaan Joohyun membuat Sooyoung kembali terdiam untuk beberapa saat. Gadis itu pun menggeleng pelan.

"Ia masih belum bisa menerima semuanya."

"Pasti berat bagimu."

"Ini tidak sebanding dengan apa yang ia rasakan kak. Aku akan memberinya waktu sedikit lebih lama."

Sahut Sooyoung tersenyum simpul.

-

Dan nyatanya, apa yang Sooyoung katakan pada Joohyun dua bulan lalu, tak bisa ia tahan lagi. Ini sudah tiga bulan berlalu dan pria itu masih tetap sama. Tak banyak bicara dan lebih memilih menghabiskan waktunya di ruang kerja.

Sooyoung membuka kasar pintu ruangan itu dan berjalan cepat menuju Sehun. Merampas kasar gelas berisi wine yang hendak pria itu teguk dan membantingnya. Menjadikan pecahan kaca yang berserakan di lantai.

"Sampai kapan kau akan seperti ini?"

Tanya Sooyoung dengan tatapannya yang begitu tajam. Sementara Sehun hanya memandangnya datar.

"Kau pikir hanya kau yang kehilangan? Kau pikir kau yang paling menderita? Tidak Oh Sehun, tidak! Aku yang paling menderita. Aku ibunya! Aku yang mengandung, aku yang kesusahan berjalan karena membawa dua bayi sekaligus dalam rahimku!"

Ucap gadis itu mengeluarkan segala pemikiran yang selama ini mengganggunya.

"Setiap malam aku tak bisa tidur dengan tenang. Khawatir jika aku akan kembali memimpikan hal yang sama. Mimpi dimana kita tertawa dan menimang bayi-bayi kita yang lucu. Aku tak ingin memimpikan hal itu lagi. Karena begitu terbangun, yang kudapati hanya ranjang bayiku yang kosong."

Ujar Sooyoung yang kini tak mampu membendung tangisnya. Terdengar helaan nafas pelan milik pria itu. Sehun memijit pangkal hidungnya dengan keningnya yang berkerut.

"Aku mohon jangan menambah lukaku. Jika kau seperti ini terus, lalu aku harus bagaimana?"

Tangis Sooyoung yang kini mulai berlutut dihadapan Sehun membuat pria itu sedikit terlonjak. Malam ini, Sooyoung kembali menangis tersedu-sedu. Membenamkan wajahnya pada sepasang lutut sang suami. Sementara Sehun, tak ada yang bisa pria itu lakukan selain menumpahkan tangisnya dalam diam.

~~~

Limitless [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang