"Nyonya, biar kami bantu."
"Tidak usah. Aku bisa melakukannya sendiri."
"Tapi nyonya, tuan besar akan-"
"Jangan khawatir. Aku akan bertanggung jawab atas apa yang aku lakukan."
"Nyonya-"
"Kalian diam saja disana. Sebentar lagi aku akan menyelesaikannya."
"Apa yang terjadi?"
Sosok Sehun yang muncul di dapur membuat lima orang yang tengah sibuk bertukar pendapat itu sontak menoleh.
"Kau sudah datang?"
Sapa Sooyoung sembari mengelap kedua tangannya yang penuh dengan tepung pada celemek yang ia kenakan. Gadis itu pun berjalan menghampiri.
"Apa yang kau lakukan?"
"Aku sedang memasak."
Sahut Sooyoung dengan senyum yang mengembang. Namun beda halnya dengan Sehun yang mengerutkan keningnya dan menatap empat orang pelayan yang tak jauh darinya. Menuntut penjelasan dari mereka.
"Kalian membiarkannya memasak?"
"Kami sudah mencoba untuk menghalangi nyonya. Tapi.."
"Apa kalian sedang mencari alasan saat ini?"
"Mereka tidak salah. Aku sendiri yang ingin memasak. Mengapa kau jadi marah?"
"Memangnya kau bisa memasak?"
"Tentu saja bisa! Mungkin?"
Sehun menghela nafas pelan begitu mendengar jawaban Sooyoung. Beda halnya dengan gadis itu yang memasang tampang tak berdosa.
"Apa kau sudah selesai?"
"Belum. Aku bahkan belum memulai."
"Ganti pakaianmu."
"Hm?"
"Kita makan di luar."
"Tapi.. Bagaimana dengan masakanku?"
"Aku sudah lapar. Kau bisa memasak lain kali."
Ucapnya dan berlalu menuju lift yang terhubung langsung dengan kamarnya. Sooyoung mengalihkan pandangannya pada keempat pelayan yang mulai sibuk membereskan beberapa peralatan.
"Padahal aku sangat ingin memasak.."
Gumam gadis itu pelan.
-
"Dalam rangka apa kau mengajakku makan di luar?"
Tanya Sooyoung sembari memasukkan sepotong daging ke dalam mulutnya. Sehun meliriknya sekilas sebelum meneguk segelas wine digenggamannya.
"Hanya ingin."
"Kau bilang jika kau lapar. Tapi mengapa kau hanya makan sedikit?"
"Dagingnya.. aku tak suka teksturnya."
"Jujurlah padaku."
Ucap gadis itu meletakkan pisau dan garpu yang sedari tadi ia genggam kemudian sedikit mencondongkan tubuhnya. Membuat pria itu balas menatapnya, menunggu Sooyoung melanjutkan kalimatnya.
"Kau hanya ingin menghamburkan uangmu. Benar bukan?"
"Apa?"
"Alasan macam apa itu? Hanya karna kau tak menyukai teksturnya?"
"Cepat habiskan makananmu. Aku tak punya banyak waktu."
"Kau akan pergi lagi?"
"Ada janji dengan klien."
"Bukankah untuk bertemu klien kau tak perlu turun tangan?"
"Kali ini klien yang harus kutemui cukup istimewa."
"Memangnya siapa?"
Tanya Sooyoung yang kembali mengunyah makanannya. Meraih segelas air dan hendak meminumnya.
"Mantan ayah mertuaku."
Sooyoung menghentikan pergerakan tangannya dan kembali menatap Sehun yang tengah melirik arloji di tangan. Gadis itu tersenyum tipis sebelum melanjutkan meneguk minumannya.
"Aku sudah kenyang."
"Kau yakin?"
"Em. Ayo kita pulang. Bukankah kau harus bergegas?"
Sahut Sooyoung bangkit dari duduknya dan mulai menjalankan kursi roda Sehun.
Selama di perjalanan tak ada satupun dari keduanya yang memulai pembicaraan hingga mobil yang mereka naiki telah berhenti tepat di halaman utama.
"Apa kau akan pulang terlambat?"
"Aku tak akan lama."
"Baiklah."
Sahut Sooyoung dan membuka pintu mobil. Gadis itu kembali berbalik begitu Sehun menurunkan kaca mobilnya.
"Aku sudah mengosongkan jadwalmu besok."
"Hm?"
"Sebaiknya kau tidak kemana-mana."
"Kenapa?"
Bukannya menjawab, pria itu kembali menutup kacanya dan tak lama mobil pun kembali melaju.
"Cih."
Sooyoung pun berbalik dan melanjutkan langkahnya memasuki rumah mewahnya.
-
"Selamat atas pernikahanmu."
Ucap Kim Jae Wook, pria paruh baya yang kini terduduk dihadapan Sehun dengan begitu angkuh. Sementara pria itu hanya menjawabnya dengan anggukan pelan.
"Bagaimana rasanya menikahi putri sulung Park Coorporation?"
"Presdir, ini bukan saatnya untuk itu."
"Bahkan baru setahun setelah kepergian putriku. Entah apa yang ketua Kim pikirkan."
Sehun terdiam, masih dengan senyumnya. Berusaha untuk terlihat biasa saja.
"Jika tak ada lagi yang ingin anda sampaikan, saya pamit undur diri."
"Mengapa kau buru-buru sekali? Ini bahkan baru jam sembilan malam. Apakah istrimu tak bisa ditinggal lama?"
Ledek Jae Wook dengan seringaiannya membuat Sehun menghela nafas pelan sebelum kembali tersenyum. Pria itu pun sedikit membungkuk sebelum berlalu meninggalkan Jae Wook yang masih terduduk di posisinya. Tak lama, seorang wanita paruh baya datang menghampiri.
"Mengapa kau harus berkata seperti itu? Kau juga tau bagaimana menderitanya Sehun."
"Aku tau. Sangat tau. Karena itulah aku tak bisa memahami keputusannya untuk menikah kembali."
Sahutnya sembari menyeruput habis minumannya.
~~~
KAMU SEDANG MEMBACA
Limitless [END]
Fanfic{FANFICTION} Oh Sehun, pria 33 tahun yang hidup dengan masa lalu kelamnya. Menjalani kehidupan baru setelah pernikahannya dengan Park Sooyoung, gadis belia yang terpaut usia 10 tahun lebih muda darinya. Hubungan yang terjalin bukan atas dasar cinta...