53

1.3K 194 15
                                    

"Pada hari rabu, 7 Oktober 2020 pukul sebelas malam. Pasien atas nama Oh Jeong Won, usia sepuluh hari telah meninggal dunia. Maafkan kami."

Ujar dokter Bae dengan berat hati. Isak tangis kembali terdengar di ruangan yang semula sunyi. Kali ini tidak hanya Sooyoung, pria yang kini memeluk erat istrinya itu turut menumpahkan tangisnya. Menangis sejadinya, sekeras yang mereka bisa.

"Anakku.. Bagaimana ini.. Anakku yang malang."

Ujar Sooyoung di sela tangisnya dalam pelukan erat Sehun. Memukul pelan dadanya yang terasa sesak berulang kali. Sementara Jung Ran, Sang Hyun, Sunhwa, dan Jisung hanya bisa terdiam di sudut ruangan. Menatap sedih pada sosok kecil yang kini tak lagi bergerak.

Sooyoung perlahan melepas pelukannya. Berjalan menghampiri inkubator dimana peralatan medis tak lagi melekat di tubuh mungil anaknya. Dengan terisak, perlahan ia menggendong tubuh tak bernyawa itu. Terduduk di sofa, dan menyandarkan tubuh Jeong Won ke dadanya. Memejamkan mata untuk sejenak dan membiarkan buliran bening itu kembali mengalir begitu saja.

Sementara Sehun, pria itu hanya bisa duduk terdiam. Seakan tak memiliki tenaga untuk melakukan pergerakan apapun. Malam ini ia harus kembali mengalami sakitnya kehilangan.

-

"Bagaimana mereka?"

"Masih tetap sama."

Sahut Soojung menjawab pertanyaan Jung Ran melalui panggilan. Terdengar helaan nafas kasar wanita paruh baya itu.

"Aku akan berkunjung besok."

"Baik."

Sambunganpun terputus. Soojung berbalik dan menatap lantai dua dengan tatapan sendunya.

Sudah seminggu semenjak kepergian buah hati mereka. Dan semenjak saat itu pula suasana rumah megah itu sudah seperti rumah tua yang lama tak ditinggali. Tak lagi terdengar tawa ataupun perdebatan diantara dua orang berbeda kepribadian itu. Yang terdengar hanyalah suara isakan tangis Sooyoung yang sesekali menggema.

"Bibi Kim.."

"Ya?"

"Apakah mereka akan baik-baik saja? Terlebih nyonya Sooyoung.."

"Nyonya akan baik-baik saja seiring berjalannya waktu."

"Bagaimana bibi bisa yakin?"

"Orang yang paling banyak menghabiskan waktu dengan nyonya bukan tuan Sehun. Tetapi aku. Ia hanya butuh waktu lebih untuk menenangkan diri."

"Begitu.."

"Yang lebih kukhawatirkan adalah tuan besar."

"Tuan Sehun?"

"Beliau bahkan tak banyak berekspresi. Ini mengingatkanku pada kejadian itu."

"Bibi benar."

Sahut Soojung sembari menghela nafas pelan.

Dilain tempat, Sooyoung duduk terdiam di lantai kamarnya. Menatap hampa pada ranjang bayi yang Sehun beli beberapa minggu yang lalu. Ranjang berwarna putih yang sengaja pria itu pilih karena saat itu mereka belum mengetahui jenis kelamin sang buah hati.

Tatapan gadis itu begitu sendu, dengan mengeratkan pelukan pada kedua lututnya, ia kembali menangis terisak. Lingkaran hitam pada sekitar matanya menegaskan bahwa ia tak banyak beristirahat dan terlalu banyak menangis.

"Mengapa kau buru-buru membeli ranjang bayi?"

"Memangnya kenapa?"

"Waktu melahirkanku bahkan masih lama."

"Tidak apa-apa. Jadi saat bayi kita lahir, kita tak perlu mempersiapkannya lagi. Bagaimana? Ini cukup bagus kan?"

"Kali ini kau mengeluarkan berapa won untuk membelinya?"

Sehun berdehem pelan dan mengalihkan pandangannya. Berusaha menghindari pertanyaan sang istri yang kini menatapnya penuh selidik.

"Sehun.."

"Tidak mahal."

Sahut pria itu dan berlalu begitu saja.

Seulas senyum tipis terukir di bibir Sooyoung tat kala mengingat perdebatan mereka ketika pria itu membawa masuk keranjang untuk bayi mereka. Dengan menghela nafas pelan, ia bangkit dan berjalan menuju ranjang bayi. Meraba dan menyusuri tiap tekstur dan sudut ranjang yang tak berpenghuni itu.

Pandangannya beralih pada sebuah pakaian yang terlipat rapi diatasnya. Pakaian yang Sooyoung rajut sendiri dengan keterampilan tangannya.

"Mengapa harus merajut jika bisa membeli?"

"Mengapa harus membeli jika bisa merajut sendiri? Setidaknya ini lebih hemat."

"Memangnya kau menikah dengan orang biasa? Mengapa kau selalu memperhitungkan untung rugi?"

Tanya balik Sehun membuat Sooyoung berdecak pelan. Gadis itu kembali tersenyum bangga melihat pakaian yang sedang ia rajut hampir selesai.

"Aku..hanya ingin bayiku merasakan seberapa besar aku mencintainya. Sebentar lagi musim dingin dan aku akan menghangatkannya dengan pakaian ini."

Ujar Sooyoung dengan senyumnya yang kian merekah.

Lagi. Buliran bening itu kembali mengalir membasahi wajah Sooyoung. Ia merengkuh pakaian tersebut dan mendekapnya. Kembali menumpahkan tangisnya yang tak pernah habis. Entah sudah berapa kali ia menangis begitu histeris seperti saat ini.

~~~

Limitless [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang