"Kau kenapa?"
Tanya Sooyoung dengan raut wajah bingung karena sedari tadi Sehun menatapnya dengan tatapan mengintimidasi. Sudah 30 menit sejak kepulangan Jung Ran dan yang mereka lakukan sedari tadi hanya terduduk di ruang keluarga dengan keheningan yang terjadi diantara keduanya. Sehun menghela nafas pelan.
"Tidak."
Sahut pria itu sembari memutar kursi rodanya dan menjalankannya menuju lift yang terletak tak jauh dari ruang keluarga. Disaat yang bersamaan Soojung datang membuat gadis itu menoleh.
"Ada apa?"
"Pakaian yang akan anda kenakan untuk pertemuan jamuan makan malam dua hari lagi telah tiba. Tuan besar memilihkan gaun ini khusus untuk anda."
Sahut Soojung tersenyum sembari memperlihatkan gaun yang sedari tadi dibawa oleh salah seorang bawahannya.
"Letakkan di walk in closet."
Titah wanita itu dan menyusul Sehun ke kamar. Setibanya di kamar, senyum Sooyoung seolah enggan hilang begitu mendapati Sehun yang tengah berdiri membelakanginya.
"Kau ingin berganti pakaian?"
Tanya Sooyoung namun tak juga ada jawaban dari Sehun.
"Biar aku bantu memilihkan pakaian untukmu."
"Tidak usah."
Sahut Sehun sembari melepas jasnya namun Sooyoung tak menghiraukannya. Ia memilihkan pakaian santai untuk sang suami dan meletakkannya diatas ranjang.
"Ah aku sudah melihat gaun yang kau pilihkan untukku. Aku menyukainya, benar-benar seleraku."
Ucap Sooyoung dengan senyum yang kian mengembang namun tak juga mendapatkan reaksi dari pria dihadapannya membuat senyumnya perlahan memudar.
"Kau..kenapa?"
Tanya Sooyoung kembali mendekat.
"Apa?"
"Kau tak seperti biasanya."
"Memang biasanya aku seperti apa?"
Tanya Sehun menoleh dengan tatapan yang seolah siap menusuk mata gadis itu. Membuat nyali Sooyoung mendadak hilang.
"Tidak.. Kau memang selalu dingin. Tapi hari ini.. Tidak, lupakan."
Saat Sooyoung hendak berbalik, Sehun menahan pergelangan tangannya membuat gadis itu kembali berbalik.
"Ada apa denganmu?"
"Hm? Aku?"
"Mengapa kau harus bersikap seperti itu pada ketua?"
"Memangnya apa yang aku lakukan?"
"Kau bilang akan mencoba menggunakan benda itu. Apa yang kau harapkan dengan mencobanya?"
"Apa maksud-"
"Kau berharap aku akan menyentuhmu karena ketua mendesakmu untuk melahirkan seorang penerus? Begitu? Dan mengapa kau harus memanggilnya dengan sebutan nenek? Memangnya dia nenekmu?"
"Oh Sehun kau.."
Sooyoung menghentikan kalimatnya dan menghela nafas pelan. Tertawa begitu hambar dan menatap tajam pria dihadapannya.
"Kau benar-benar..brengsek."
Sehun terdiam, mendengar umpatan untuk pertama kalinya yang ditujukan padanya. Dilihatnya Sooyoung menatapnya dengan mata memerah dan nafas yang tidak teratur.
"Kau pikir aku mengatakan itu agar kau menyentuhku? Jangan salah paham! Aku juga tak sudi harus melakukannya dengan pria sepertimu! Menikah denganmu adalah sebuah kesialan beruntun dalam hidupku."
Ucapnya menghempaskan kasar genggaman Sehun dan berbalik kemudian melangkah pergi. Saat gadis itu membuka knop pintu, ia kembali berbalik.
"Ia adalah nenekmu. Jadi sudah sewajarnya aku memanggilnya dengan sebutan nenek. Kau saja yang tidak normal."
Lanjutnya sebelum menutup pintu kasar, menghasilkan sebuah suara yang cukup keras. Menghiraukan beberapa pelayan yang menatapnya khawatir.
Sementara Sehun kembali menghela nafas kasar dan mengusap wajahnya gusar. Pandangan pria itu tertuju pada setelan pakaian yang Sooyoung siapkan untuknya sebelum akhirnya menatap figura besar yang terpajang di dinding kamarnya. Figura yang menampilkan foto keduanya yang diambil di hari pernikahan. Tentu bukan Sehun maupun Sooyoung yang memajang foto tersebut. Melainkan Soojung atas perintah dari sang nenek.
-
Sooyoung terduduk di taman dan menghentak-hentakkan kakinya di atas tanah. Sedari tadi hanya umpatan-umpatan kasar yang keluar dari mulutnya. Air mata yang membasahi pipinya telah mengering, namun amarah yang menyelimutinya tak juga hilang.
"Oh Sehun sialan!"
Ucap wanita itu untuk kesekian kalinya.
"Apa yang anda lakukan disini?"
Suara Jong In membuat Sooyoung menoleh dan tak lama setelahnya gadis itu kembali membuang muka. Jong In melangkah mendekat, melepas jas miliknya dan menyelimuti punggung Sooyoung yang tak tertutup sehelai kainpun.
"Disini dingin. Sebaiknya anda masuk."
"Tidak mau."
Sahut Sooyoung nyaris tak terdengar.
"Nyonya.."
"Kim Jong In, apa kau tak merasa bersalah padaku? Sedikitpun?"
Kini Sooyoung memberanikan diri menatap pria disampingnya. Sementara Jong In hanya dapat terdiam dan menunduk.
"Apa kau sekarang bahagia? Setelah mengkhianatiku seperti itu?"
Sooyoung bangkit dan berjalan mendekat. Menatap pria dihadapannya begitu lekat. Tersirat kerinduan yang mendalam dari sepasang mata gadis itu. Namun ego melarangnya untuk menumpahkan perasaan yang selama ini terpendam.
"Karenamu, aku harus menjalani hidup seperti ini. Karenamu! Aku harus menikahi pria tak berperasaan sepertinya. Dan karenamu! Aku tak berniat untuk mencintai pria lain lagi."
Sooyoung melayangkan pukulan-pukulan yang cukup keras pada dada bidang pria itu namun Jong In hanya diam tak melawan. Tangisnya kembali pecah namun sebisa mungkin ia redam hingga tak mengeluarkan suara.
"Sooyoung, jangan seperti ini. Orang lain akan melihat kita."
"Kenapa? Kau takut dipecat? Aku tak peduli jika orang lain mengetahui siapa kau. Kim Jong In, adalah pria brengsek yang berani berselingkuh dengan sahabatku. Itu akan menjadi gosip yang cukup seru. Setidaknya kau harus menerima konsekuensi atas kesalahan yang telah kau lakukan."
Sooyoung menatap tajam pria dihadapannya sebelum ia melepas jas yang sedari tadi menyelimutinya.
"Ambil kembali jas ini. Aku tak butuh belas kasihmu."
Ucapnya dan berlalu begitu saja. Tanpa mereka sadari, Sehun mendengar dengan jelas percakapan keduanya. Pandangan pria itu tak dapat diartikan. Ia pun berbalik dan mulai menjalankan kursi rodanya.
~~~
KAMU SEDANG MEMBACA
Limitless [END]
أدب الهواة{FANFICTION} Oh Sehun, pria 33 tahun yang hidup dengan masa lalu kelamnya. Menjalani kehidupan baru setelah pernikahannya dengan Park Sooyoung, gadis belia yang terpaut usia 10 tahun lebih muda darinya. Hubungan yang terjalin bukan atas dasar cinta...