17

1.4K 238 19
                                    

"Merasa lebih baik?"

Tanya Sehun sembari mengambil alih secangkir teh hitam yang hanya tersisa sedikit. Sooyoung hanya menanggapinya dengan anggukan.

"Terima kasih."

"Mengapa kau kesana? Di taman ada banyak bunga."

Mendengar ocehan pria itu membuat Sooyoung tak mampu menahan senyumnya. Sementara Sehun mengerutkan keningnya, memandang heran sang istri.

"Kau bodoh?"

"Bagaimana bisa kau mengataiku disaat aku sedang sakit? Dasar tidak berperasaan."

"Tidurlah."

"Kau mau kemana?"

"Aku harus ke kantor."

"Kau harus pergi? Sangat harus pergi?"

"Em."

"Benarkah? Hah...pergilah."

Ucap gadis itu dengan wajah murungnya. Saat Sooyoung hendak merebahkan dirinya, ia kembali terdiam begitu melihat Sehun yang memutar kembali kursi rodanya dan mendekat.

"Kenapa? Ada yang tertinggal?"

"Mendadak aku tak ingin pergi."

"Hm? Bukankah kau harus pergi?"

"Kau berisik. Tidurlah."

Ucap pria itu sembari meraih tab diatas nakas dan mulai menyibukkan diri. Melihat sikap Sehun, Sooyoung tersenyum dengan pipinya yang merona merah. Gadis itu pun menarik selimut hingga menutupi tubuhnya. Memandangi Sehun yang terlihat begitu serius dengan pekerjaan adalah hobi baru bagi Sooyoung. Hingga tanpa ia sadari, gadis itu pun mulai tertidur.

-

"Sayang, jangan begini. Kau sedang menyetir. Terlalu berbahaya."

Ujar Sejeong sembari menahan wajah Sehun agar tak mendekat. Namun pria itu hanya tersenyum sebelum kembali mengecup bibir ceri sang istri.

"Jalanan sedang sepi. Hanya ada mobil kita yang melaju."

Ucapnya seraya menjauhkan tubuhnya dari sang istri. Saat pria itu kembali mengalihkan pandangannya pada kondisi jalanan, seketika ia terbelalak ketika sebuah truk besar dari arah berlawanan melaju melewati pembatas jalan dan terguling tepat dihadapan mereka. Refleks pria itu membanting stir kearah kanan namun ia mengalami kesulitan untuk menginjak pedal rem.

Mobil yang mereka tumpangi lepas kendali hingga menabrak pembatas jalan dan terperosok ke dalam jurang. Samar-samar Sehun dengar suara rintihan milik Sejeong. Membuat pria itu memaksakan diri untuk membuka matanya. Seketika tenggorokannya terasa tercekat begitu melihat sang istri yang menangis dalam rintihannya sembari memegangi perutnya yang tertusuk benda tajam.

"Sa..sayang.."

"Sehun, sakit.."

---

"TIDAK!!"

Pekik Sehun terjaga dari tidurnya. Membuat Sooyoung yang sedari tadi terduduk dihadapan pria itu tersontak kaget. Dilihatnya nafas Sehun yang tidak teratur, mata yang memerah serta cucuran keringat yang membasahi wajah tampannya.

"Kau.. baik-baik saja?"

"Sejeong..."

Sooyoung tak bisa menyembunyikan keterkejutannya tat kala pria itu menariknya ke dalam pelukan. Memeluknya begitu erat seakan takut kehilangan.

"Jangan tinggalkan aku Sejeong. Aku mohon jangan tinggalkan aku lagi."

Lirih Sehun dengan suaranya yang terdengar bergetar. Sementara itu dibalik punggung sang suami, tatapan Sooyoung begitu sendu. Perasaan campur aduk yang begitu berkecamuk dalam hatinya. Perlahan ia membalas pelukan pria itu. Memberinya tepukan-tepukan ringan di punggungnya.

Cukup lama mereka berpelukan hingga Sooyoung tak mendengar lagi isakan pria itu. Yang terdengar hanya suara hembusan nafas yang terdengar teratur. Sooyoung melepas pelukannya guna memastikan kondisi Sehun. Dilihatnya pria itu kembali tertidur. Perlahan ia merebahkan kembali Sehun. Membenarkan posisi tidur pria itu dan menyelimutinya. Memberi tepukan-tepukan ringan pada bahu sang suami begitu melihat kening pria itu yang berkerut.

"Kau hanya mengalami mimpi buruk. Semuanya akan baik-baik saja begitu kau terbangun."

Ucapnya sebelum bangkit dan berbalik. Saat gadis itu hendak melangkah, genggaman tangan yang menahannya membuat Sooyoung kembali berbalik. Sehun menatapnya dengan tatapan sendu.

"Jangan pergi.."

Ujarnya dengan nada yang terdengar parau. Gadis itu pun tersenyum dan terduduk. Membalas genggaman tangannya dan membelai lembut puncak kepala pria itu.

"Aku tak akan pergi kemanapun."

Sehun menghela nafas panjang dan kembali memejamkan matanya. Sementara Sooyoung, ia sendiri tak mengerti dengan apa yang ia rasakan saat ini. Rasa sakit dan kecewa ketika mendengar sang suami menyebut nama wanita lain dihadapannya. Serta rasa senang begitu mendapat pelukan yang begitu erat dari pria itu. Ia tak tau, perasaan apakah yang lebih dominan. Dan mengapa ia merasakan hal seperti itu disaat ia sendiri meyakini bahwa tak ada rasa cinta yang tumbuh untuk siapapun.

Setelah memastikan jika Sehun kembali tertidur, gadis itu perlahan melepas genggaman tangannya. Berdiri dan berbalik meninggalkan kamar luas mereka. Begitu pintu terbuka, Sooyoung terdiam ketika menyadari kehadiran Jong In tak jauh darinya.

"Kau baik-baik saja?"

Tanya pria itu membuat Sooyoung kembali menghela nafas.

"Apa kau mendengar semuanya?"

Jong In terdiam, namun Sooyoung dapat menarik kesimpulan hanya dengan melihat raut wajah pria itu.

"Aku harus bagaimana Kim Jong In?"

"..."

"Sepertinya aku harus kembali mengalami patah hati."

Gumam Sooyoung sebelum melangkah menjauh. Meninggalkan Jong In yang menatap sendu pada punggung gadis yang kini mulai menjauh.

~~~

Limitless [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang