43

1.3K 219 20
                                    

Keringat yang membasahi kening Sehun serta rasa sakit yang teramat sangat ia rasakan membuat pria itu terjaga dari tidurnya. Mengubah posisi menjadi duduk dan menyingkap selimut yang menutupi tubuhnya. Memegangi lutut kaki kanannya yang memerah.

Dengan kasar Sehun membuka laci nakas. Mencari sesuatu hingga netranya menangkap sebuah botol putih bertuliskan painkiller pada salah satu sisinya. Dengan segera ia buka tutup botol dan mengambil dua kapsul kemudian meneguknya dengan segelas air.

Pergerakan kasar pria itu membuat Sooyoung terbangun dari tidurnya.

"Kau kenapa?"

"Apa aku membangunkanmu? Maaf."

"Kau baik-baik saja? Kau berkeringat banyak."

Tampak jelas raut kekhawatiran Sooyoung begitu melihat wajah sang suami yang bermandikan keringat. Dengan sigap ia mengusap lembut wajahnya, menghapus keringat yang membasahi wajah tampan sang suami. Sehun tersenyum sembari meraih tangan gadis itu dan menurunkannya.

"Aku tidak apa. Hanya penyakit yang sering kambuh."

"Kau sakit?"

"Kakiku.."

Ujar pria itu sembari memperlihatkan kaki kanannya yang memerah.

"Astaga.."

"Dokter bilang ini sejenis trauma? Luka karena kecelakaan itu sudah sembuh dan tidak membekas. Tapi tubuhku masih mengingat rasa sakitnya."

"Jadi kau sering mengalami ini? Istri macam apa aku ini. Kita sudah bersama 11 bulan dan aku baru mengetahuinya."

"Aku memang sering menyembunyikannya. Dulu hampir setiap dua hari sekali. Tapi beberapa saat terakhir aku jarang mengalaminya."

"Tidakkah menurutmu kita harus ke dokter?"

"Aku hanya cukup meminum obatku."

"Tapi terlalu banyak mengkonsumsi obat juga berbahaya."

"Aku tidak apa-apa. Aku juga jarang meminumnya."

Sahut Sehun berusaha meyakinkan. Jika sudah seperti ini, tak ada lagi yang bisa gadis itu lakukan selain mengalah.

"Soal kakimu.."

"Hm?"

"Aku dengar itu bisa disembuhkan."

"Benar."

"Bagaimana dengan menjalani pengobatan?"

Usulnya membuat senyuman di bibir pria itu perlahan menghilang. Ia mendongak menatap sang istri begitu lekat.

"Ayo berobat. Aku akan mendampingimu."

"Aku..tak pantas melakukannya."

"Kenapa? Kenapa kau berpikir seperti itu?"

Tanya Sooyoung namun tak ada jawaban sepatah katapun dari Sehun. Ia hanya kembali menunduk sembari mengusap lembut punggung tangan gadis itu.

"Karena rasa bersalahmu?"

Pertanyaan Sooyoung kembali membuat pria itu memandangnya. Dapat ia rasakan betapa kesedihan dan kehilangan yang mendalam tampak jelas dari sorot mata suaminya. Membuat ia seakan kembali dipaksa untuk menyadari kenyataan. Bahwa pria dihadapannya saat ini masih belum bisa sepenuhnya terlepas dari masa lalunya yang kelam.

"Sampai kapan kau akan merasa seperti ini? Terjebak dengan kisah masa lalu?"

"Sooyoung.."

"Ia memang sudah tiada. Tapi kau masih hidup. Tuhan memberimu kesempatan untuk memperbaiki hidupmu. Bukan malah menghancurkannya."

"Kenapa kau jadi marah?"

Tanya Sehun dengan wajah polosnya membuat gadis itu semakin kesal karenanya. Dengan menghela nafas pelan, Sooyoung melepaskan genggaman tangan pria itu dan kembali merebahkan diri. Dengan posisi membelakangi Sehun.

"Sooyoung.."

"Aku lelah. Kita bicara lagi besok."

Ucap gadis itu sembari memadamkan lampu tidur dihadapannya.

-

"Kau masih marah?"

"Kapan aku marah?"

Tanya Sooyoung memfokuskan pandangannya pada lembar buku di hadapannya. Pria itu terduduk di sebelah Sooyoung dan menurunkan buku yang gadis itu genggam.

"Tak taukah kau jika dirimu itu tak pandai berpura-pura? Aku tau kau tak membacanya."

Ujar Sehun membuat Sooyoung memutar matanya malas dan kembali menghela nafas pelan. Dengan senyum yang terlukis, ia menggerakkan tangannya dan mengusap lembut perut buncit sang istri.

 Dengan senyum yang terlukis, ia menggerakkan tangannya dan mengusap lembut perut buncit sang istri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Cr : Pinterest)

"Anak-anakku, kalian jangan nakal. Jangan membuat ibumu kesal. Cukup ayah saja."

Ujarnya setengah berbisik. Sooyoung yang melihatnya pun tak mampu mengembunyikan senyumannya. Ia mengusap lembut punggung tangan Sehun dan memberi kecupan singkat di pipi pria itu.

"Kau tau betul jika kau menyebalkan. Benar bukan?"

"Aku mengakuinya."

Sahut pria itu tersenyum lebar membuat matanya hanya tampak segaris.

"Sooyoung.."

"Hm?"

"Woori, Nara, Daehan, dan Minguk. Sepertinya mereka tak menyukaiku."

Ucap Sehun menyebut nama keempat anjing yang mereka adopsi kurang lebih sebulan yang lalu. Mendengar aduan sang suami tentu saja membuat Sooyoung tertawa lepas. Sehun meringis kesakitan tat kala gadis itu mencubit kedua pipinya gemas.

"Tentu saja mereka tak menyukaimu. Sikapmu saja seperti ini."

"Memangnya sikapku seperti apa?"

"Seperti tokoh antagonis di drama yang aku tonton."

Pria itu berdecak kesal begitu mendengar jawaban sang istri.

"Kau harus memperlakukan mereka dengan lembut. Seperti anakmu sendiri."

"Anakku sendiri.."

"Em. Mereka pasti akan menyukaimu jika kau melakukannya."

Sahut Sooyoung yang kini mengalungkan kedua lengannya di lengan sang suami.

~~~

Limitless [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang