56

1.4K 203 27
                                    

Mata yang terpejam itu perlahan membuka. Mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan. Sehun menghela nafas pelan begitu menyadari dimana ia berada saat ini.

"Tuan, anda sudah sadar?"

Suara sekertaris Lee yang terdengar begitu jelas membuat Sehun menoleh keasal suara. Pria itu hendak bangkit dari posisinya namun ia mengerang karna merasakan sakit pada kepalanya yang terasa begitu menyiksa.

"Tolong beristirahat dulu tuan. Kondisi anda masih lemah."

"Sooyoung.. Dimana Sooyoung.."

Tanya pria itu sembari memegangi kepalanya yang terasa sakit. Sekertaris Lee kembali terdiam. Tak tau apa yang harus ia katakan pada pria dihadapannya.

"Saya akan menghubungi beliau."

"Tidak."

Tolak Sehun menahan pergelangan tangan sang sekertaris yang hendak meraih ponselnya.

"Aku tak ingin ia melihatku seperti ini."

"Tapi tuan.."

"Besok saja. Aku akan menemuinya besok."

Ucap pria itu membuat sekertaris Lee hanya bisa mengangguk pasrah.

Dilain tempat, Sooyoung mengurung diri dalam kamar yang telah lama ia tinggalkan. Mengunci pintu dan mengabaikan keluarganya yang meminta penjelasan atas kepulangannya yang secara tiba-tiba.

Tatapan gadis itu begitu kosong tat kala melihat layar ponselnya dipenuhi notifikasi 25 panggilan tak terjawab serta 10 pesan belum terbaca dari Sehun. Dengan memeluk kedua lututnya, ia kembali menghela nafas kasar. Buliran bening yang susah payah Sooyoung tahan sejak semalam, akhirnya ia tumpahkan begitu saja. Dalam hati terdalamnya, tak dapat dipungkiri jika Sooyoung begitu merindukan sosok yang selama ini menemaninya dalam setiap kesempatan.

-

"Sooyoung tak mau menemuimu."

Ujar Sunhwa yang baru saja menuruni tangga. Menatap khawatir pada Sehun yang tak terlihat baik-baik saja.

"Bolehkah aku keatas?"

"Bagaimana.. Kami tak punya elevator.."

"Aku bisa menggunakan kakiku."

Sahut Sehun yang kini bangkit dari kursi rodanya.

"Tapi.."

"Bisakah tunjukkan aku dimana kamar Sooyoung? Ibu?"

Sunhwa mengalihkan pandangannya pada Sang Hyun yang terduduk di sofa. Pria paruh baya itu mengangguk pelan menanggapi.

"Ikut aku."

Ujar Sunhwa yang berjalan lebih dulu. Dengan langkahnya yang terasa berat dan menyiksa, Sehun terus berjalan menaiki tangga. Mengikuti langkah sang ibu mertua. Mengabaikan keringat yang membasahi keningnya, menahan rasa nyeri pada lututnya.

"Jika kau ingin turun, minta tolong pada salah satu pembantu yang berjaga."

Ucap Sunhwa begitu keduanya tiba di depan kamar Sooyoung. Pria itu hanya mengangguk pelan.

"Luangkan waktumu dan selesaikan masalah kalian dengan baik-baik."

Lanjut wanita paruh baya itu sembari menepuk pelan pundak Sehun dan berlalu pergi.

"Sooyoung.."

Panggil Sehun sembari mengetuk pelan pintu kamar gadis itu.

"Aku tau kau tak tidur. Jadi jangan berpura-pura tak mendengar ini."

Ucap pria itu sementara Sooyoung menatap sendu pada pintu kamarnya. Ingin rasanya gadis itu bergegas dari posisinya dan berlari menuju pintu. Membukanya dan memeluk erat sosok yang begitu ia rindukan. Namun egonya berada pada tingkat lebih tinggi dibanding rasa rindu yang ia rasa.

"Sooyoung, aku berjalan menaiki tangga sialan ini. Tak ada elevator dan lututku benar-benar sakit."

Ucapan pria itu sukses membuat sepasang mata Sooyoung kembali berair. Berulang kali ia hendak bangkit, namun gadis itu kembali mengurungkan niatnya.

"Sooyoung, katakan apa alasannya? Aku tau jika yang kau katakan kemarin bukan alasan yang sebenarnya."

"...."

"Katakan, apa yang harus aku lakukan untuk merubah semuanya? Jangan bersikap seperti ini."

"...."

"Sooyoung, jika aku melakukan kesalahan, aku minta maaf. Tapi tolong keluar sebentar. Katakan apa kesalahanku? Pukul aku jika perlu. Tapi jangan seperti ini."

Lanjutnya namun nihil. Tak ada jawaban atau respon apapun dari gadis didalam ruangan yang ia ketuk. Membuat pria itu kembali menghela nafas kasar. Dengan senyum kecut, ia mengangguk mengerti.

"Baik. Lakukan apapun yang kau inginkan."

Ucap Sehun pada akhirnya. Ia berbalik dan hendak melangkah, namun terdiam pada posisinya untuk sesaat.

"Aku akan menandatanganinya besok. Pengacara Hwang akan menjelaskan padamu perihal harta kepemilikan."

Ujarnya sembari melanjutkan langkah. Tak mengetahui jika gadis itu kini kembali menangis dalam diam. Menepuk-nepuk pelan dadanya yang terasa sesak. Menggigit bibir bawah demi meredam tangisnya.

~~~

Gimana gimana 👀
Reolli sawri ya kalo ini cerita kebanyakan drama 🤣
Aku pengen banget sebenernya bikin cerita yang uwuu uwuu.
Tapi entah kenapa ujung-ujungnya tetep mellow juga.
Yang uda sering baca ceritaku pasti tau lah yaa isinya bagaimana 🤣

Oh btw cerita ini uda
hampir tamat!
Dah cuma mau ngasih tau ini
doang sih 😁

Limitless [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang