"Ya ampun Sooyoung, bagaimana kondisimu? Aku mendengar dari suamimu jika kau terluka?"
Mendengar pertanyaaan yang terlontar dari Joohyun begitu mereka bertemu membuat Sooyoung tersenyum. Sementara Sehun yang duduk disampingnya menyeruput segelas kopi miliknya dan memulai pembicaraan dengan Joonmyeon.
"Sudah tidak apa-apa. Sudah diobati dengan baik."
"Syukurlah. Tadinya aku ingin berkunjung untuk membesuk. Tapi saat menerima kabar, aku sedang berada di luar negeri menemani suamiku."
"Tidak apa-apa kak. Lukanya tidak separah itu."
"Oh iya. Aku mengundang kalian makan malam secara langsung karena ada berita penting yang ingin kami sampaikan."
Ujar wanita itu sembari merangkul bahu sang suami sementara Joonmyeon mengecup singkat kening sang istri.
"Berita penting?"
Kali ini Sehun bersuara dan menatap Joonmyeon penuh tanya. Pria itu pun tersenyum dan membenarkan posisi duduknya.
"Akhirnya, setelah sepuluh tahun pernikahan kami."
"Jangan bilang.."
Mendengar penuturan Joonmyeon, senyum manis telah merekah di bibir Sooyoung. Beda halnya dengan Sehun yang tak mengerti arah pembicaraan mereka. Sementara itu Joohyun mengangguk semangat menanggapi ucapan Sooyoung.
"Kau benar. Aku hamil!"
Pekik wanita itu bangkit dari duduknya seraya mengusap lembut perutnya. Membuat Sooyoung turut berteriak senang mendengar berita bahagia dari sepasang suami istri dihadapannya itu.
"Sayang, jangan loncat-loncat. Bahaya untuk kandunganmu."
Ucap Joonmyeon yang kini bangkit dan menahan pergerakan sang istri. Wanita itu pun mengangguk dan kembali duduk.
"Selamat kak. Aku turut senang mendengarnya."
"Em. Terima kasih. Aku harap berita bahagia itu juga akan segera datang menghampirimu."
Mendengar penuturan Joohyun membuat senyum di bibir Sooyoung perlahan memudar. Menyadari perubahan raut wajah gadis itu, Joonmyeon menyikut pelan lengan sang istri.
"Ah maafkan aku. Aku tidak bermaksud-"
"Kami belum ingin memiliki anak. Aku memutuskan untuk menunda kehamilanku. Setidaknya selama enam bulan ke depan."
Ujarnya seraya kembali tersenyum sementara Sehun perlahan menghela nafas pelan.
-
"Enam bulan? Apa maksudmu menunda hingga enam bulan ke depan?"
Sooyoung yang kini terduduk di hadapan meja rias sembari melepas perhiasan yang ia kenakan itu menatap sekilas sosok Sehun dari pantulan cermin dihadapannya.
"Memang benar kan? Aku akan menunda kehamilanku enam bulan ke depan. Bukan berarti aku akan hamil enam bulan lagi."
"Apa?"
"Enam bulan lagi kita akan bercerai. Kau tidak melupakan itu kan?"
"Kau akan terus seperti ini?"
"Aku kenapa?"
Gadis itu memutar tubuhnya hingga kini menatap Sehun.
"Sampai kapan kau akan membawa kata perceraian setiap kali kita berdebat? Kau bahkan sudah mendiamiku selama seminggu ini."
"Aku hanya berusaha untuk tetap sadar agar tidak terhanyut dalam dunia palsu ini."
"Palsu? Kau anggap hubungan kita palsu?"
"Jika bukan palsu lalu apa?"
Nada gadis itu mulai meninggi kini. Sementara Sehun menatapnya dengan kening berkerut.
"Kau tak mencintaiku. Kita bahkan tak pernah melakukannya. Pernikahan kita tidak terjadi seperti pernikahan pada umumnya. Kau menikah hanya karna tak ingin diganggu oleh nenekmu. Aku menerima pernikahan ini karna aku tak bisa menolak perintah orang tuaku. Lalu kata apa yang pantas untuk menggambarkan hubungan kita?"
Hening. Pria itu kembali terdiam, enggan untuk bersuara. Perlahan Sooyoung bangkit dan menatapnya dengan sepasang mata yang kini mulai berkaca-kaca.
"Lihat? Kau bahkan tak memiliki sepatah katapun untuk membela diri."
"Aku..harus bagaimana?"
Ucapan yang akhirnya keluar dari bibir pria itu membuat langkah Sooyoung yang hendak meninggalkan kamar pun terhenti.
"Disaat lukaku belum juga sembuh, disaat rasa kehilangan ini masih begitu besar kurasakan, disaat penyesalanku begitu menyiksaku. Aku tak tau bagaimana harus mengatasi semuanya ketika kau datang begitu saja."
"Apa?"
Sehun memutar perlahan kursi rodanya dan mendekati sang istri.
"Aku tak tau bagaimana cara untuk meminta maaf dengan baik. Sejak aku kecil, tak ada seorang pun yang mengajariku hal itu."
Mendengar penuturan pria itu, Sooyoung hanya diam di tempat. Tak tau harus bereaksi seperti apa.
"Yang aku tau setelah menikah denganmu..disaat seperti ini, harus meminta maaf kepadamu bukan?"
"Sehun, kau.."
"Maafkan aku atas segalanya. Maaf karena harus menjebakmu dalam hubungan ini. Maaf karena secara tak langsung aku sering membuatmu kesal."
"Hentikan."
"Maafkan aku."
"Jangan meminta maaf lagi. Aku sedang tak ingin memaafkanmu."
Ucap gadis itu yang kini kembali tertunduk dan menangis. Sementara Sshun, pria itu menunduk sejenak sembari menarik nafas panjang.
Perlahan ia bangkit dari kursi rodanya. Dengan langkah yang terseok-seok, Sehun berjalan mendekat. Menatap Sooyoung untuk beberapa saat dan perlahan menarik gadis itu ke dalam pelukannya. Membuat Sooyoung tersontak kaget. Menyadari jika kini tubuh kekar itu memeluknya, tangis gadis itu pun semakin pecah.
"Aku benci denganmu. Mengapa kau begitu bodoh?! Mengapa kau selalu membuatku menangis? Dasar pria tak berperasaan! Harus berapa kali aku menangis seperti ini dihadapanmu?"
Teriak gadis itu melayangkan pukulan-pukulan keras pada punggung Sehun sementara pria itu hanya diam sembari memberi tepukan-tepukan ringan di pundak Sooyoung.
"Dan siapa yang menyuruhmu berdiri? Kau tidak boleh berdiri terlalu lama!"
Lanjut gadis itu di sela tangisnya. Mendengar kalimat kekhawatiran yang masih sempat Sooyoung layangkan membuat pria itu tersenyum tipis di balik tubuh sang istri.
"Biarkan seperti ini sebentar."
Sahut pria itu mempererat pelukannya.
~~~
KAMU SEDANG MEMBACA
Limitless [END]
Fanfiction{FANFICTION} Oh Sehun, pria 33 tahun yang hidup dengan masa lalu kelamnya. Menjalani kehidupan baru setelah pernikahannya dengan Park Sooyoung, gadis belia yang terpaut usia 10 tahun lebih muda darinya. Hubungan yang terjalin bukan atas dasar cinta...