Kak Young Ho
Hei, gadis nakal. Kau || 16:11
tak mau pulang? Aku
tau kau tidak berada
di Chicago. Dimana kau
sekarang?Sooyoung terkekeh ringan begitu membaca pesan yang Johnny kirimkan padanya. Ia meletakkan ponsel diatas meja dan kembali menyeruput minuman choco mint kesukaannya sembari menatap jalanan kota yang basah karena hujan.
"Ah.. sejuknya."
Gumam gadis itu dengan senyumnya yang merekah. Kedatangan seorang pelayan dengan membawa menu yang ia pesan membuat Sooyoung menoleh dan tersenyum ramah.
"Köszönöm."
Ujar Sooyoung dan dijawab dengan senyuman serta anggukan dari sang pelayan.
"Szívesen."
Sahut wanita dengan sepasang mata berwarna hijau dan rambut pirangnya yang kemudian pergi meninggalkan Sooyoung yang kini menatap takjub pada hidangan dihadapannya.
(Cr : Pinterest)
Paprikash. Adalah sebuah menu makanan berbahan dasar paprika, ayam, dan juga jamur. Makanan yang biasanya didampingi dengan Palinka yang merupakan minuman beralkohol. Namun kali ini gadis itu menolak untuk meminumnya dengan alkohol. Ia sedang tidak dalam mood untuk berada dibawah pengaruh minuman keras.
Sooyoung meraih garpu dan juga sendok yang terletak di samping hidangannya. Mulai mencicipi rasa dari menu makanan khas salah satu negara di Eropa itu. Tak lama gadis itu berseru senang karena rasa nikmat dari hidangan yang ia santap sore ini.
Dilain tempat, Sehun terduduk di balkon kamarnya. Menatap langit malam yang tampak mendung. Jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam waktu Korea. Dan pria itu masih duduk terdiam di balkon kamarnya yang sunyi. Tatapan yang begitu sendu dengan segelas wine yang setia menemaninya.
"Sooyoung tak ada di Chicago. Aku sudah mengkonfirmasinya dengan pengurus apartemenku."
Ucapan Johnny tadi pagi masih terngiang jelas di kepalanya. Pria itu kembali menghela nafas kasar. Satu bulan telah berlalu, dan ia belum juga dapat menemukan keberadaan sang mantan istri. Sehun meletakkan gelas wine-nya yang kosong di atas meja dan mengusap kasar wajahnya.
"Sebenarnya kau ada dimana?"
Gumam pria itu dalam kekalutannya yang tak berujung. Segala usaha ia lakukan untuk mencari keberadaan Sooyoung namun hasilnya nihil. Kedua orang tuanya pun tak mengetahui dimana anak mereka tinggal saat ini. Tiap kali menghubungi mereka melalui telfon, gadis itu hanya mengatakan jika ia sedang menikmati liburannya. Ya, liburannya yang akan memakan waktu yang cukup panjang.
-
Budapest, Hongaria
01 September 2024(Cr : Pinterest)
Sooyoung terduduk dengan menghadap jendela kamar apartemennya. Menggenggam segelas kopi panas, minuman kesukaannya akhir-akhir ini. Senyumnya yang terukir sedari tadi, memandang indahnya kota Budapest menjelang terbitnya sang mentari.
Sooyoung melirik ke arah jam dinding kamarnya. Masih pukul empat dini hari. Terlalu pagi bagi gadis itu untuk memulai petualangannya sendiri. Ia pun memutuskan untuk beralih pada remot tv. Menyalakannya dan menonton beragam tayangan televisi. Mengubah dari satu chanel ke chanel lain. Berharap menemukan tayangan yang bisa mengusir rasa bosannya. Namun gadis itu memutuskan untuk mematikan televisinya. Tak ada tayangan yang layak untuk di tonton. Ya, ini bahkan masih terlalu pagi untuk menonton tv. Apa yang ia harapkan?
Sooyoung kembali menatap langit yang kini mulai cerah. Senyumnya kembali terlukis. Jalanan yang semula lenggang itu perlahan mulai ramai pengendara yang melintas. Sooyoung bangkit dan sedikit merenggangkan tubuhnya. Gadis itu pun berjalan memasuki kamar mandi. Hari ini ia mengagendakan diri untuk sekali lagi mengelilingi kota Budapest yang sudah sangat ia hafal. Sebelum gadis itu memutuskan untuk kembali berpetualang ke belahan dunia yang lain.
-
Sooyoung berjalan mengitari jalanan khusus pejalan kaki di kota bersejarah itu. Senyumnya tak pernah hilang dari wajah cantiknya. Tak pernah bosan gadis itu menjelajahi tiap sudut salah satu kota terindah di Eropa itu. Dengan mengenakan kaus putih, celana hitam panjang, dan blazer yang ia kenakan, Sooyoung berjalan dengan santai. Budapest sudah seperti kota kedua baginya.
Setelah puas berjelajah, ia menghentikan sejenak langkahnya. Melepas blazer yang ia kenakan dan mengedarkan pandangannya ke daerah sekitar. Gadis itu kembali tersenyum simpul.
(Cr : Pinterest)
Sooyoung menghirup udara pagi kota Budapest yang terasa begitu menyejukkan. Sesekali menyapa beberapa pejalan kaki yang ia lewati.
Ketika melewati sebuah restoran, langkah gadis itu terhenti sejenak. Keningnya berkerut dengan bibirnya yang tergerak seolah sedang berbicara dengan dirinya sendiri. Sooyoung memutuskan untuk berbalik, mencari sosok yang beberapa saat lalu mencuri perhatiannya.
Ia terdiam, begitu dugaannya barusan benar adanya. Tak jauh dari tempatnya berdiri. Sosok seorang pria yang tengah terduduk di salah satu kursi restoran sembari fokus dengan layar ponsel yang ia genggam. Mantan suaminya. Ya, sosok itu adalah Sehun.
(Cr : Pinterest)
Sooyoung menggigit bibir bawahnya dengan kedua telapak tangan yang mengepal lemah. Gadis itu merutuki dirinya sendiri karna debaran jantungnya yang kini kembali berdetak tak karuan.
Saat ia hendak berbalik, disaat yang bersamaan Sehun menoleh kearahnya. Pria itu diam mematung. Raut wajahnya tak kalah terkejutnya dari Sooyoung.
Perlahan ia bangkit dan berjalan mendekat. Membuat Sooyoung tersentak kaget. Bukan. Bukan karena ia tak siap jika harus berbicara dengan Sehun. Melainkan karna langkah pria itu yang terlihat normal. Ia tak lagi mengenakan kursi roda. Langkahnya terlihat biasa saja.
"Aku menemukanmu."
Ujar pria yang kini berada tepat dihadapannya dengan senyuman yang selalu mampu membuat Sooyoung terpesona. Dulu, dan sekarang.
~~~
Aku post pagi karna lagi WFH 👀
KAMU SEDANG MEMBACA
Limitless [END]
أدب الهواة{FANFICTION} Oh Sehun, pria 33 tahun yang hidup dengan masa lalu kelamnya. Menjalani kehidupan baru setelah pernikahannya dengan Park Sooyoung, gadis belia yang terpaut usia 10 tahun lebih muda darinya. Hubungan yang terjalin bukan atas dasar cinta...