Prolog

65K 6.3K 458
                                    

Kim Sarang menatap langit-langit kamarnya dengan tatapan kosong. Bukan. Ini bukan kamarnya. Ini kamar rumah sakit.

Tapi ini sudah menjadi kamarnya selama lima belas tahun semasa hidupnya. Saat Sarang berusia lima tahun dia diagnosa menderita lemah jantung. Selama lima belas tahun dia sudah melakukan puluhan kali operasi untuk memperpanjang hidupnya.

Dia sudah lelah. Semasa kecilnya selalu dihabiskan di rumah sakit, begitu pula masa remajanya. Rasanya rumah sakit dan kamar ini adalah rumahnya. Semua dokter dan suster dirumah sakit ini sudah seperti keluarganya.

Sarang memiliki ibu, ayah, dan kedua adik perempuan. Mereka adalah keluarga sarang. Tapi...

Apakah mereka masih bisa disebut keluarga saat mereka berhenti mengunjunginya di rumah sakit delapan tahun yang lalu?

Mereka bahkan tak pernah menghubunginya lewat telepon. Mereka meninggalkannya. Mereka membuang Sarang.

Lima belas tahun yang lalu saat Sarang sakit Ayah dan Ibunya menangis di hadapannya. Mereka berjanji untuk tak menyerah hanya karena penyakitnya. Sarang yang berusia lima tahun selalu menerima kasih sayang kedua orangtuanya sampai berumur sepuluh tahun.

Saat Sarang berusia sepuluh tahun, ibunya melahirkan adiknya, saat itu Sarang pikir kasih sayang kedua orangnya tak akan pernah berubah meski mereka memiliki putri kedua. Ibu dan Ayahnya mengunjungi dirinya seminggu sekali dengan alasan sibuk mengurus adiknya.

Dengan polosnya Sarang percaya. Dia sangat mempercayai kedua orangtuanya saat itu. Karena sarang tak bisa melakukan apa pun sejak kecil dia hanya bisa membaca buku.

Ayahnya selalu membelikan buku-buku entah itu buku pelajaran, novel, komik dan pengetahuan umum. Sarang selalu membaca buku, meski dia tak mampu sekolah seperti adiknya, dia juga ingin memiliki pengetahuan luas dan pintar.

Saat umurnya dua belas ibunya kembali melahirkan adik keduanya, lagi-lagi seorang perempuan. Ayah dan ibunya selalu sibuk mengurus adik-adiknya, jadi mereka hanya mengunjungi Sarang sebulan sekali.

Sarang tak keberatan, dia menerima itu semua karena dia pikir adik-adiknya yang masih kecil sangat membutuhkan kedua orangtuanya.

Namun saat diusianya yang ke lima belas. Orangtuanya berhenti datang. Ayahnya biasanya selalu memberinya buku dan selalu menghubunginya lewat telepon kini berhenti melakukannya. Ibunya yang memang jarang memperhatikannya semenjak memiliki adik-adiknya juga tak pernah menghubunginya.

Sarang masih ingin percaya, bahwa dia tidak ditinggalkan dan dibuang. Jadi dia berusaha menelpon mereka lewat telepon rumah sakit. Tapi apa yang ia dapat? Mereka mengganti nomor telepon mereka.

Lee Hwan, dokter yang selalu merawatnya sejak kecil menghiburnya. Dia bilang orangtua Sarang sibuk bekerja, tapi mereka masih tetap membayar biaya rumah sakit untuknya. Itu tandanya mereka masih perduli pada Sarang.

Sarang masih memiliki sedikit harapan saat itu. Tapi... dia tak sengaja mendengar sesuatu dari suster saat dia berjalan-jalan ditaman rumah sakit.

"Aku kasihan pada gadis itu." Suster Choi yang sangat akrab dengan Sarang mulai berbicara pada suster Kim yang juga Sarang kenal.

"Siapa maksudmu? Sarang?" Suster Kim bertanya ingin tahu.

"Iya. Keluarganya meninggalkannya. Padahal dia gadis yang baik. Selama aku merawatnya selama lima belas tahun, sekalipun dia tak pernah mengeluh. Dia selalu tersenyum pada semua orang."

"Apa? Bagaimana bisa? Tega sekali!" Kata Suster Kim tak percaya. "Bukankah keluarganya masih tetap membiayai rumah sakitnya?"

Suster Choi menggeleng lemah, "Kau tak tahu? Dokter Lee Hwan yang membayar biaya Sarang sejak setahun yang lalu."

Trash LadyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang