Surat Cinta Dari Bu Dian

87 6 0
                                    

Happy Reading!

"Maaa!!!"
"Bapakkk!!!"

"Maaamaaaa!!!!"
"Papaaaa!!!"
"Where are youuu!!!"

"Auwooo!!!"
Alden terus berteriak saat baru saja memasuki rumahnya sambil celingukan mencari mama dan papanya yg sudah pulang kerja

"Ma.."

Plak,bug,bug,Alden langsung diam,matanya terpejam merasakan barang barang yg terlempar kebadannya.Bantal sofa,jas kantor papanya,roll rambut mamanya,semua menerpa badannya
Alden menoleh perlahan pada arah sofa ruang tamu

"Kebiasaan!"gertak Jesi dan Justin bersamaan,Alden mencebik kesal,ia berjalan menghampiri kedua orang tuanya,dan duduk mendusel di tengah tengah Jesi dan Justin

"Jangan dusel dusel bisa nggak Sa?"tanya Justin sambil sedikit bergeser
"Nggak bisa,eh bentar"ujar Alden,cowok itu merogoh saku hoodienya, mengeluarkan amplop coklat yg tadi di beri oleh bu Dian

"Surat cinta dari bu Dian"ujar Alden sambil menyerahkan amplop itu pada papanya
Jesi geleng geleng,ia mengacak rambut Alden dari belakang
"Buat ulah apa lagi?berantem?itu mukanya bonyok bonyok"tanya Jesi sambil menatap wajah anaknya yg sedikit memar memar
"Dikit Ma,gapapa ya Pa?kan anak cowok"sahut Alden sambil menyenggol lengan papanya

"Enggak"sahut Justin,ia heran sifat siapa yg di turun Alden, perasaan dulu ia tidak sebadung ini!

Alden mencebik,ia malah merangkul mamanya dari samping manja
"Ma,pengen tidur sama mama"ujar Alden tiba tiba
"Heh!"pekik papanya,Alden hanya melirik papanya tidak minat

"Yaaaa Maaa.."rengek Alden seperti anak kecil
"Nggak boleh"larang Justin,Alden melirik papanya
"Gentian kali Pa,sekali doang"cibir Alden kesal

"Udah udah,iya nanti tidur sama mama"lerai Jesi,namun entah kenapa matanya malah memanas,air mata Jesi meluruh begitu saja

"Ma,ngapain nangis?orang Alden cuma mau tidur bareng,nggak minta adek baru kok"ujar Alden sambil mengusap pelan air mata Jesi
"Nggak,mama nggak nangis"
"Lepas gih,kamu mandi sana"lanjut Jesi dengan sedikit suara serak

"Ma,jujur deh"pinta Alden selidik
"Nggak kok"Jesi berusaha tersenyum di depan Alden
"Sana ah,kamu bau"ujar Jesi lagi,Alden melepaskan rangkulannya,dan menciumi hoodienya

"Nggak kok,orang Alden wangi"Alden menolak jika ia di bilang bau,nyatanya cowok itu tidak pernah bau badan
"Iya deh iya,tapi sana mandi,udah sore ini"ujar Jesi yg gemas dengan anaknya itu

"Iya deh, nurut aja sama Nyonya"ujar Alden mengalah,cowok itu lantas berdiri,ia mencium sekilas pipi Jesi sebelum benar benar pergi

Jesi dan Justin menatap punggung tegap Alden yg menjauh dari pandangannya,helaan nafas keluar dari mulut wanita paruh baya itu
Jika sana hatinya cocok dengan hati Alden,maka ia tidak akan fikir dua kali untuk mendonorkannya,tidak akan

"Aku nggak bisa kalau harus kehilangan Alden pa,aku nggak bisa"ujar Jesi lirih,sampai tak terasa air matanya jatuh begitu saja
"Aksa nggak akan ninggalin kita Ma,Mama yg sabar,kita masih menunggu donor untuk Alden"ujar Justin menenangkan

______

Alden tidur bersender pada bahu Mamanya,matanya terpejam menikmati usapan lembut di kepalanya,satu tangannya di genggam oleh Jesi, sosok ibu itu mati matian menahan air matanya, setiap detik selalu ia takuti,ia takut jika harus kehilangan anak semata wayangnya ini
Seakan detik detik itu adalah detik terakhir ia bersama Alden

Alden membuka matanya,ia menatap tangannya yg di usap dengan ibu jari mamanya
"Ma"panggil Alden, Jesi bergumam menanggapinya

"Alden suka sama temen Alden"ujar Alden jujur
"Benaran?siapa?"tanya Jesi
"Em, Lesya,yg waktu itu ketemu sama mama"ujar Alden lagi,Jesi memegang pipi Alden

6. AlSya, ya kan?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang