THE LEGEND OF BU DIAN

166 9 0
                                    

Happy Reading!

Matahari kini mulai naik menampakkan sinarnya, burung burung berkicau bersautan, angin pagi berhembus membuat dedaunan melambai lambai seolah pagi adalah hal yg di nanti nantikan

Hari ini Alden kembali pada aktivitasnya setelah kemarin diperbolehkan pulang oleh dokter,rasanya ia sangat merindukan merusuh di kelas maupun di sekolahan,apa lagi dengan bu Dian,uwuu dia kangen sekali rasanya

Cowok itu berdiri di depan cermin sambil mengancingkan seragamnya satu persatu, setelahnya ia menatap pantulan dirinya di cermin, tanpa memasukkan seragamnya kedalam celana sudah menjadi ciri khas seorang Alden, masih baik ini dia mau mengancingkan seragamnya

"Ini baju makin lebar apa gue yg makin kecil"gumamnya sambil menatap seragam osisnya yg menurutnya semakin melonggar,ia menggidikkan bahunya tidak peduli,lantas mengambil dasi dan memakainya
Lagi lagi decakan keluar dari mulut cowok itu, rasanya sudah berhari hari,tapi kenapa masih saja ia pucat?

"Minta lipstik sama mama ni lama lama,wajah ganteng gue jadi nggak kelihatan"gumamnya,ia lantas mengambil parfum dan menyemprotkan keseluruh tubuhnya
"Biar Lesya makin klepek-klepek sama gue"gumamnya sambil terkikik geli, setelahnya ia mengacak rambutnya asal dan langsung menyambar tasnya

Alden menghirup udara dalam dalam, tangannya meraba perutnya
"Gue mohon,hari ini jangan berontak"ujarnya seolah sakitnya itu bisa di ajak kompromi

Setelahnya ia langsung keluar dari kamarnya,dan berjalan menuruni tangga menuju meja makan
"Pagi pa"sapa Alden pada papanya yg berada di meja makan, tanpa menunggu jawban dari papanya ia langsung berjalan menuju mamanya yg masih sibuk menyiapkan sarapan

"Pagi mama"sapa Alden sambil memeluk mamanya dari belakang,bahkan sampai Jesi sedikit terkejut
"Kaget mama Al,duduk aja sana sama papa"ujar Jesi,karena Alden sedikit menganggunya memasak
"Bentar"sahut Alden sambil menggoyangkan pelan badan mamanya ke kanan dan kiri

"Mama lagi masak, Alden, bentar lagi selesai,duduk sana"Ujar Jesi lagi,Alden menurut saja,lantas ia bergegas menuju meja makan

"Pa"panggil Alden, Justin yg sedang sibuk dengan ponselnya lantas menoleh
"Beliin seragam baru"pinta Alden sambil bertopang dagu,kening Justin berkerut heran
"Emang seragam mu yg ini kenapa?"tanya Justin

"Kegedean"ujar Alden sambil memperlihatkan seragamnya,Jesi yg mendengar itu langsung mengigit bibir bawahnya menahan air mata yg akan keluar,hatinya sangat sakit mendengarnya

"Aksa--"
"Enggak jadi deh pa,udah mau lulus juga sih"potong Alden cepat saat melihat raut wajah papanya yg berubah sendu,ia bahkan tidak memikirkan kata kata simple mampu membuat hati kedua orang tuanya tergores

"Alden obatnya udah di bawa kan?"tanya Jesi yg baru saja datang sambil membawa sarapan yg ia buat
"Udah Ma"sahut Alden
"Jangan cuma di taruh di tas,taruh juga di saku,kalau--"
"Ma,Alden bukan anak kecil"potong Alden langsung, Jesi tersenyum
"Sarapan dulu"

_____

"Ma,nanti kayanya Lesya pulang agak sorean"pamit Lesya pada Lusi
"Emang mau kemana dulu?"tanya Lusi
"Di ajak rapat sama anak osis, katanya buat perwakilan nanti pas acara purnawiyata sama prom night"jelas Lesya

"Sama Alden?"tanya Lusi
"Enggak kayanya,enggak tau ding dia ikut apa enggak"
"Yaudah, sarapan dulu,nanti mama anter ke sekolah"
"Iya ma"

____

Alden menghirup udara dalam dalam saat baru keluar dari mobilnya,ia sangat merindukan sekolahnya,sangat di sayangkan,kelas 12 ini ia sering tidak masuk, padahal ini tahun terahir ia berada di bangku sekolahan

6. AlSya, ya kan?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang