Arti Sebuah Persahabatan

137 5 2
                                    

Happy Reading!

Sinar jingga sore menerobos ruangan yg kini terasa sesak, bukan sesak karena banyak orang,tetapi karena tatapan mengintimidasi, sedangkan sang tersangka duduk diam di atas brankar sambil melihat orang orang yg mengerubunginya dengan tatapan seolah meminta penjelasan

"Jadi?"tanya Dicky membuka pembicaraan
"Jadi apaan?"tanya Alden dengan muka sok polos,Dicky mengela nafasnya,ia ingin marah tapi ya bagaimana lagi

"Lo sakit kanker hati,dan begonya lo nggak ngasih tau kita kita"ujar Ari,Alden meringis dibilang bego oleh temannya sendiri,padahal jika dengan Lesya hal itu sudah sering, ngomong ngomong soal Lesya,cewek itu sudah pulang setelah Alden siuman dan di jemput oleh mamanya

"Tolol banget lo Al,nggak habis fikir sama lo,selama ini kita lo anggep apa?"tambah Dicky
"Anjir,lo semua baperan gitu,padahal gue gpp"ujar Alden mencoba mencairkan suasana,namun yg ia dapat malah tatapan tajam kedua temannya,yg santai di sana hanya Gesit

"Kita itu sahabat,berapa tahun kita udah bareng bareng?lo bilang,sahabat itu rumah kedua buat kita bisa berbagi, entah itu hal yg buat seneng entah itu hal yg buat susah,dan lo sendiri malah apa? secara nggak sadar lo malah buat kita ngerasa nggak berguna jadi sahabat Al"celetuk Ari dengan nada sedikit kecewa

"Oke oke,gue minta maaf,gue sengaja nggak kasih tau kalian karena gue punya alasan,gue nggak mau kalian repot nantinya,gue nggak mau suatu saat kalau gue pergi,kalian ngerasa nyesel,dan yg jelas gue nggak mau bebanin kalian sama penyakit gue"jelas Alden panjang lebar

"Lo masih bisa mikir kalau itu jadi beban?lo itu tolol apa gimana?apa kabar sama gue dulu,bahkan lo mati matian belain gue,bantuin gue, bahkan rela babak belur gara gara kecerobohan yg gue buat,lo sama sekali nggak keberatan Al!dan lo sekian lama berjuang sendirian tanpa kita tau?"omel Ari dengan nada gemas

"Lo itu udah gue anggap saudara gue sendiri Al,kalo ada apa apa,lo bilang,kita emang nggak bisa hilangin rasa sakit lo tapi setidanya kita ada pas lo butuh"tutur Dicky

Alden beruntung bertemu sekaligus berteman dengan mereka, mencari sahabat bukan perkara mudah,dia yg akan datang saat kita susah dia pula yg akan datang saat kita senang,di semua kondisi mereka ada di sisinya
Senyum terbit di bibir pucat Alden,ia kira teman temannya akan marah besar dan memilih pergi,namun yg ia dapati malah temannya yg mengomel seperti mamanya

"Gue minta maaf,setelah ini lo boleh tau apapun tentang gue,gue janji nggak akan tutupi apapun itu sama kalian"ujar Alden sambil memohon pada mereka
"Ya,maafin gue"ujar Alden lagi,Ari dan Dicky menghela nafasnya

"Gue pengen banget pukul lo,cuma gue nggak tega"celetuk Ari,Alden terkekeh
"Ntaran kalo gue udah keluar dari sini,lo bebas mau apain gue"sahut Alden
"Oke,lo siap siap aja"canda Ari

"Udah berapa lama kanker lo itu?"tanya Dicky
"Tiga"sahut Alden
"Tiga Minggu?"tanya Ari
"Tahun"sahut Alden santai

"Anj.."umpatan Dicky tertahan,ia memejamkan matanya menahan emosi di dalam dadanya
"Stadium?"tanya Ari
"Tiga"sahut Alden santai
"Anjing!"umpatan Dicky tidak bisa di tahan lagi, rasanya ia tidak berguna menjadi sahabat,jadi selama ini Alden menahan rasa sakit itu sendirian?

"Berarti lo sering nggak masuk sekolah dan masuk masuk lo pucet itu gara gara ini?dan lo bohong sama kita kalau lo cuma kecapean gara gara acara keluarga"cerocos Dicky tidak habis pikir
Alden menggaruk belakang kepalanya yg tidak gatal, cowok itu tidak tau harus menjawab bagimana

"Al,Al,lo tu kebangetan tau gak,kenapa lo nggak bilang dari dulu,seenggaknya kita bisa bantu lo cari donor hati,kalau udah stadium 3 gimana?bukannya sel kanker lo udah nyebar kemana mana!"omel Dicky,Alden menggeleng,dari yg ia dengar dari dokternya kemarin masih ada harapan untuk melakukan donor hati

6. AlSya, ya kan?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang