Khawatir dan Sebuah Rasa

173 8 11
                                    

Happy Reading!

Pagi ini hujan turun,rintiknya bersautan beraturan,bau dari tanah basah membuat siapapun yg menghirupnya akan terasa nyaman

Rata rata siswa maupun siswi yg baru saja sampai di parkiran maupun baru turun dari angkuta umum langsung belari masuk kedalam sekolah dengan tas yg berada di atas kepala untuk menghalau air hujan membasahi tubuhnya

Rasanya jika hujan begini paling enak jika terus bergelung di kasur dan memejankan mata, Hem tapi itu tidak berlaku bagi mereka yg memang sudah menyatukan jiwanya pada sekolah,hah ku rindu rasanya sekolah

Alden?setelah 3 hari berada di rumah sakit,cowok itu sudah berangkat sekolah pagi ini,bahkan ia lebih rapi dari biasanya, seragam osis yg lengkap dan rapi ia balut dengan jaket abu abu yg juga tudungnya menutupi kepalanya, kedua tangannya ia masukkan dalam saku agar tidak terlalu dingin

Matanya awas melihat disekeliling koridor mencari seseorang yg dua hari ini tidak ada kabar,hah..
Rasanya ia sangat rindu,tapi ia tidak tau kenapa cewek itu tidak memberinya kabar selama 2 hari, tunggu tunggu?memang dia siapanya?

Senyumnya mengembang saat ia dapat sosok itu berjalan kearahnya menatapnya pun dengan senyum,Alden semakin mempercepat jalannya dan berhenti tepat di depan cewek itu,cewek dwngan menggunakan jaket merah marun yg terlihat lucu di mata Alden

Tangan Alden langsung menyentil gemas dahi cewek itu sampai cewek itu memekik kesakitan

"Dua hari nggak ngasih kabar,kemana aja?"cerca Alden dengan kesal, Lesya,cewek itu Lesya Alexandria,sosok yg membuat Alden bertahan,sosok yg membuat rasa sakitnya perlahan menghilang

"Hp gue rusak,gara gara kejebur di toilet pe'a"omel Lesya sambil mengusap usap dahinya,Alden malah terbahak, bagaimana bisa hp kejebur di toilet?
"Terus ketawa terus,siap siap aja mampus ditangan gue"cibir Lesya kesal
"Sadis bener"cibir Alden,tangannya merangkul leher Lesya

"Dah,ayo gue anter kekelas lo"
"Gue bukan anak kecil!lepas!"omel Lesya sambil berontak meminta lepas,namun Alden tidak menggubrisnya,ia berjalan dengan leher Lesya yg ia apit

"Diem deh"sahut Alden sambil memindah tangannya pada bahu Lesya,Lesya bersidekap dada,ia menatap Alden sengit

"Hah,dingin nggak lo?"tanya Alden sambil menghela nafasnya
"Enggak,biasa aja"sahut Lesya sambil bersidekap dada
"Harusnya lo bilang dingin,biar gue peluk"ujar Alden sambil tersenyum jahil,Lesya melepas tangan Alden dari bahunya lantas ia menatap cowok itu lekat lekat

"Lo masih pucet,kenapa udah sekolah"omelnya
"Gue baik baik aja,bosen juga dirumah"sahut Alden cuek,ia melanjutkan langkahnya

"Jangan bilang baik baik aja,kalau kenyataannya lo kenapa kenapa"ucapan Lesya membuat langkah Alden terhenti,Alden tersenyum, kemudian ia berbalik menatap Lesya yg masih diam di tempat

"Kenyataan gue baik baik aja sekarang Sya"ujar Alden jujur,ia menarik tangan Lesya agar sejajar padanya

"Jangan terus ngerasa cemas,buang jauh jauh rasa itu,dan ganti dengan hal hal yg buat lo bahagia,kalau lo bahagia,orang orang di sekitar lo juga ikut bahagia"Alden lantas tersenyum sampai matanya menyipit, sedangkan Lesya terdiam,apa benar ia terlalu mencemaskan hal tersebut?hah,rasanya ini membuatnya sesak

Alden mengacak rambut Lesya pelan
"Jangan terlalu difikirin,lo itu human anti ribet, pasti ucapan gue terlalu berat buat ukuran otak lo"Leaya berdecih
"Gue ngerti maksud lo tadi"cibir Lesya kesal
"Iya deh iya"sahut Alden sambil terkekeh

"Ngomong ngomong,nanti pas Ujian Sekolah katanya kelasnya di acak"ujar Lesya
"Serius?"tanya Alden dengan mata berbinar
"Kalau gitu, gue mau sekelas sama lo, sekalian sebangku,biar gue ada contekan"ujar Alden,ia langsung mendapat cubitan dipanggangnya

6. AlSya, ya kan?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang