Jangan Pergi

154 6 8
                                    

Happy Reading!

"Dokter"panggil Alden,Dokter Gita menoleh saat mendapati Alden yg sedang menatapnya
"Kenapa Al?"tanyanya,helaan nafas dari mulut Alden terasa berat, entah lah,dibenaknya banyak sekali hal yg menganggu fikirannya

"Gue takut nggak bisa bahagiain Mama sama Papa,padahal mereka udah rela lakuin ini itu buat gue"ujar Alden sambil menatap awang awang
Dokter Gita yg sedang sibuk memeriksa pun terhenti,lantas ia duduk di kursi samping brankar Alden
"Gue takut waktu gue nggak cukup buat bales budi mereka yg udah baik sama gue"lanjutnya

"Gue nggak bisa bayangin kalau seumpama Tuhan ambil nayawa gue saat ini,gimana perasaan Mama sama Papa"
"Gue belum bisa nebus kesalahan gue Dok,gue takut waktu gue nggak banyak buat itu"Dokter Gita membiarkan Alden terus mengeluarkan bebannya, dokter itu pun masih bungkam

Alden lantas mengubah posisinya menjadi duduk,ia menekuk kakinya di depan dada, pandangannya lurus kedepan

"Gue belum bisa jadi yg terbaik buat kedua orang tua gue"Alden menunduk,suasana hatinya tidak baik,entahlah,bayangan yg tidak tidak menghampirinya

"Al"panggil Dokter Gita,ia mengusap pundak laki laki yg jauh lebih muda darinya
"Lo udah gue anggep adik gue sendiri,jangan patah semangat,gue nggak bisa janji buat sembuhin lo,tapi gue bakal berusaha,lo juga harus bertahan,lo bisa bertahan sampai sejauh ini, lo juga harus bisa bertahan lebih lama lagi, bertahan demi orang tua lo, bertahan demi orang orang di dekat lo, bertahan demi mereka yg perduli sama lo"

"Al"
"Tuhan itu maha penyembuh, berdoa sama Tuhan supaya lo diberi kesembuhan Al"Alden malah terkekeh
"Tuhan pasti marah sama gue Dok"
"Tuhan pasti nggak mau denger doa doa gue"
"Tuhan tau,gue inget sama Tuhan kalau gue kaya gini, selepas itu gue lupa,mungkin ini teguran dari Tuhan buat gue,gue aja yg enggak tau diri"jawabnya

"Al,enggak ada yg namanya Tuhan marah,jangan ngomong kaya gitu, semua orang punya salah,bahkan ada yg lebih dari lo"
"Al, positif tingking"
"Hidup enggak ada yg tau,lo,gue,bahkan orang tua lo, pasti akhirnya juga meninggal jika Tuhan berkehendak"

_____

"Ayo lagi Sa"pinta Lesya sambil menyodorkan sesendok bubur pada Alden
"Udah deh, kenyang gue"sahut Alden menolak,Lesya cemberut
"Baru juga 5 suap anjir,lo mau sembuh nggak sih"omelnya kesal

"5 suap itu udah banyak Lesya"sahut Alden tak mau kalah
"Itu cuma dikit,lo makannya aja cuma seujung sendoknya"omel Lesya kesal
"Gue udah eneg,kalo gue muntah,lo juga yg repot"sahut Alden lagi lagi,Lesya mendengus,ia lantas menaruh mangkuk bubur itu ke tempatnya dan mengambil air minum dan juga obat

"Nih,minum dulu"ujar Lesya sambil menyodorkan segelas air minum
"Makasih"sahut Alden setelah meminum itu, Lesya hanya bergumam menanggapinya

"Sya"panggil Alden
"Apa?"tanya Lesya sambil beralih menatap cowok itu, Alden menekuk kedua kakinya di depan dada dan menatap Lesya lekat

"Lo nggak jalan sama temen lo?"tanya Alden
"Enggak,ngapain?"tanya Lesya
"Libur lho ini,bukannya lo sering hangout sama temen temen lo?"tanya Alden, Lesya manggut manggut
"Saking seringnya semua tempat di Jakarta udah gue sama temen temen gue datengi"sahut Lesya enteng
"Terus lo nggak mau hangout lagi?"tanya Alden, Lesya menggeleng
"Lagi tipis,akhir bulan"sahut Lesya asal,Alden geleng geleng menanggapi,ia bersender pada brankarnya, matanya menatap langit langit ruangannya

Suasana seketika hening,tidak ada pembicaraan lagi diantara mereka,Alden bergelut dengan fikirannya sendiri, sedangkan Lesya menatap Alden dari samping dalam diam

"Sya"panggil Alden,Lesya bergumam menanggapinya
"Kalo gue keluar dari rumah sakit,ayo nonton"ajaknya, perlahan Alden menoleh menatap Lesya, senyum Lesya mengembang
"Oke,mau nonton apa?"tanya Lesya
"Lo pengen nonton apa?"tanya Alden balik,Lesya mengetukkan jarinya pada dagunya seolah sedang berfikir

6. AlSya, ya kan?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang