fears and facts

144 7 0
                                    

Happy Reading!

Lesya berkutat pada laptop di pangkuannya, semilir angin di taman rumah sakit membuat rambut Lesya yg tidak di kucir berayun pelan,di sampingnya ada Alden yg menemaninya, cowok itu masih pucat pasi,bahkan tangannya masih di infus,cowok itu mengamati Lesya dengan saksama,pantas saja Alden menyukai cewek ini, selain cantik, Lesya tentunya berbeda dengan cewek cewek lainnya, cewek yg ia kejar malah menjauh,cewek yg ia beri perhatian justru seolah malah tidak peka

Setelah kejadian alay kemarin,Lesya jarang marah marah meski suka masih suka ngegas,karena itu sudah ciri khasnya

"Sa"panggil Lesya tanpa mengalihkan pandangannya dari laptop
"Apa?"tanya Alden,cowok itu menyangga kepalanya dengan tangannya

"Lo pernah coba tes hati lo di rumah sakit Husada?"tanya Lesya sambil mengalihkan pandangannya pada Alden,Alden mengangguk
"Nggak cocok"jawabnya,Lesya menghela nafasnya,sudah 5 rumah sakit yg ia cari di web tentang donor hati, namun lagi lagi Alden menjawab sudah semua tapi tidak cocok

"Coba tes hati gue, siapa tau cocok"celetuk Lesya yg mulai putus asa
"Sembarangan kalo ngomong,gue lebih milih nahan sakit dari pada harus kehilangan lo"sahut Alden,Lesya mendengus
"Hati doang,nggak bakal mati gue"Alden langsung menyentil dahi Lesya

"Lo anak IPA, lebih pinter dari gue lagi,gituan masa nggak tau"omel Alden dengan nada kesal
Lesya lagi lagi mencebik,ia menutup laptopnya
"Terus gimana dong?"tanya Lesya dengan nada pasrah

"Ya nggak gimana gimana,emang mau gimana?nikah?"celetuk Alden ngawur
"Gue serius pe'a!"umpat Lesya kesal,Alden malah terkekeh geli

"Gue bakal sabar nunggu,santai aja"sahut Alden santai
"Jangan santai santai anjir! nanti kalau sel kanker nya tambah menyebar gimana?!"gertak Lesya kesal,pasalnya cowok di sampingnya ini terlalu menganggap remeh penyakitnya

"Ya udah,tinggal ngadep Tuhan"sahut Alden santai, Lesya naik pitam,bahkan mukanya langsung memerah
"Jaga ucapan lo!"bentak Lesya, Alden mentap Lesya yg menatapnya tajam,tatapan Lesya tidak main main,jika saja bukan Alden,mungkin orang itu akan diam seribu bahasa

"Bercanda Sya, jangan emosi gitu lah,takut gue"ujar Alden mencoba meredam emosi Lesya,Lesya menghela nafasnya,ia mengamati dengan jeli wajah pucat Alden,Alden yg di tatap intens langsung menyerit heran
"Kenapa?"tanya Alden
"Lo makin pucet, ayo balik"ajak Lesya,Alden menurut saja, jujur,ia juga sedikit mual

Lesya menuntun Alden, beruntung kamar rawat Alden dan taman rumah sakit dekat,jadi tidak perlu memakan banyak waktu untuk kembali
"Gue panggilin dokter bentar,muka lo pucet banget sumpah"ujar Lesya sambil membantu Alden duduk di brankarnya

"Enggak usah,gue cuma mual aja"tolak Alden,ia melepaskan pengannya pada Lesya kemudian ia menarik tiang infusnya dan bergegas ke kamar mandi kala mualnya tidak bisa ia tahan lagi
"Sa!"pekik Lesya panik,ia mengikuti Alden dari belakang

Alden menunduk di depan wastafel, memuntahkan isi lambungnya yg lagi lagi hanya berisi cairan bening
Lesya memijit pelan tengkuk Alden dengan perasaan cemas,satu tangan Alden bertumpu pada sisi wastafel sedangkan yg satunya ia gunakan untuk meremas perutnya dengan kuat

"Masih mual?"tanya Lesya saat Alden berkumur
"Lo keluar aja,tunggu gue di sana"ujar Alden dengan suara bergetar
"Enggak,gue nggak akan biarin lo sendiri"sahut Lesya,Alden tidak menjawab ucapan Lesya lagi,sakit di perutnya benar benar menyiksa,ia kembali memuntahkan cairan bening dari mulutnya,sisi wastafel ia cengkeram kuat seolah melampiaskan rasa sakit di tubuhnya pada itu

"Gue panggil dokter aja Sa,gue takut lo kenapa kenapa"ujar Lesya berubah panik,Alden tidak menanggapi,ia hanya diam sambil mencengkeram perutnya yg kian berontak

6. AlSya, ya kan?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang