pasca aksi

62 16 2
                                    

yuk jangan lupa vote-nya :))

Rana ga bisa tidur udah tiga hari. dia juga ga peduli seberapa besar mata pandanya sekarang.

satu hal yang jadi fokusannya sekarang cuma satu. counter balik media yang nyerang aliansi mereka usai aksi.

Rana dengan sukarela bantuin Wooseok cs jadi relawan digital, menyiapkan bahan ketika orang-orang di dunia maya mulai berkomentar buruk tentang aliansi yang melatarbelakangi aksi hari kamis lalu.

ilmunya di bangku kuliah soal cyber network sedikit membantunya. Rana sudah terlalu akrab dengan deretan huruf-huruf kode.

"Ran, dapet surat nih."

"hah?"

dengan kening berkerut, kantung mata hitam dan mulut yang setengah terbuka melengkung ke bawah, Rana menoleh ke arah sumber suara.

"dapet surat dari pak sekretaris." balas Jinhyuk baru masuk kontrakan Wooseok.

iya, mereka jadikan kontrakan Wooseok sebagian basecamp sementara sampai kondisi membaik.

"sekretaris? sekjend maksud lo? si Jeffrey?"

"bukan. literally pak sekretaris. sekretaris kampus, Ran."

"astaga."

Rana buru-buru buka suratnya yang ternyata isinya undangan buat rapat terbuka antara pimpinan kampus sama pimpinan bem, terutama kementrian akspro, menyoal kasus aksi tiga hari lalu dan beberapa mahasiswa yang ditahan.

"mampus. mana Seungwoo? udah balik belum?"

"lo ga kebalik nanya gue? lo kan sekretarisnya, Ran."

"astaga Jinhyuk. dikira gue robot bisa inget jadwal orang-orang?"

Rana buru-buru nyuruh salah seorang staf Wooseok untuk mengamankan laptopnya. segera pamit kepada semua orang di sana, termasuk Wooseok yang ga berpaling sedikitpun dari monitor.

tergopoh-gopoh Rana make sepatu sambil nelpon Seungwoo. tapi keselnya, cowok itu ga angkat telponnya.

"sialan. jangan bilang lo ketiduran abis rapat."

udah net think dulu si Rana. mungkin kebawa suasana yang udah capek batin dan fisik, dia jadi mudah maki-maki orang.

sekali lagi dia coba telfon sambil nyalain mesin mobilnya.

'halo Na.'

"dimana? masih di mabes? dapet undangan nih. butuh disiapin dulu."

'belom kelar rapat. lo dimana?'

"kontrakan Wooseok. mau sampe jam berapa? ini udah lewat jam sebelas btw, janji lo."

'bentar lagi. tinggal closing, makanya gue tinggal angkat telfon lo bentar.'

ngerasa agak bersalah si Rana udah mikir duluan kalo Seungwoo ketiduran.

"ya udah gue kesitu. presiden juga ditahan. sekjend sekalian kalo ada. butuh koordinasi kalian."

'ya.'

"ada makanan ga? biar gue mampir bentar, jadi rapat sambil cemal cemil. bakal lama nih nanti."

'ga usah, Na. lo kesini aja langsung. ati-ati di jalan.'

***

"kita fokus ke tujuan aksi kita. sekalipun nanti dari kemahasiswaan coba-coba giring opini kita, jangan mau. yang ada malah jadi bumerang buat kita nanti."

Seungwoo mengambil kesimpulan sementara rapat dadakan malam itu.

"gue nebak doang nih bang woo. bisa jadi rektorat nanti maksa kita buat speak up sama media nasional."

"ya ngomong aja jujur. kalo kekacauan kemarin itu ulahnya oknum, bukan kita. media minta bukti? kita kasih dokumentasi kita dari h-2 bulan aksi. ga ada satupun nilai yang kita masukin buat lawan aparat." balas Seungwoo menanggapi kecemasan Jeffrey selaku sekjend.

"gue juga udah koordinasi sama Hangyul cs, sama kepolisian juga, buat cari tau oknum mana yang nyelip di barisan kemarin." ungkap Seungwoo.

dia udah gemes banget padahal massa kemarin udah dijaga ketat tapi masih ada aja yang lolos.

setengah menyalahkan diri sendiri, di bagian mana dia kelewat lengah sampai bisa disusupi oknum.

"gue ijin masuk ya." ujar Rana di tengah keheningan singkat itu.

"silahkan."

"kaya yang dibilang Seungwoo tadi. pihak kampus pasti pengen kita tanggung jawab soal citra kampus ke luar. gue mikirnya, kita tetep main aman barangkali kampus menyiapkan skenario buat kita."

sejenak peserta rapat dini hari itu terdiam.

"lo kok suudzon, Ran."

"ini bukan suudzon. ini kemungkinan, presiden. kita gatau. makanya gue pikir, sampai dua hari lagi kita ketemu pihak kampus, selain kita kuatkan argumen, kita juga harus punya bukti lebih selain dokumentasi dan soal oknum tadi."

"kita ga mungkin sanggup kalo cuma berempat gini, Ran." keluh Seungyoun yang udah capek asli.

"Rana bener. kita harus bisa bikin mereka yakin, kalo ini bukan pengaruh buruk buat citra kampus atau apalah itu. ini soal bentuk peduli kita buat negara kan? kalo emang mereka ngotot, kita kasih counter balik buat kampus."

"apa strategi lo?" tanya presiden penasaran ke arah Seungwoo.

"keluarin hidden weapon kita."




menteri kita lagi fokus rapat dadakan jam sebelas malem

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

menteri kita lagi fokus rapat dadakan jam sebelas malem.

Stereotip | Han Seungwoo ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang