yuk jangan lupa vote-nya :))
"gue plt. tolong pengertian ya. gue udah teken kontrak sama bokap ga boleh lulus lebih dari 4 tahun."
"jangan bilang gantinya Yena (?)"
"sori, tapi tebakan lo bener Yon. kasihan dia staf cewek sendiri, mending gua taruh dia jadi sekmen gantiin gua. staf lo pada kuat kan kalo cuma berkurang 1?"
Seungyoun garuk-garuk belakang kepala. antara setuju apa ga.
"kuat lah. udah, emang sekarang waktunya Rana fokus sama akademik. gua udah dikode terus sama bokap dia kalo ke jurusan, suruh stop si Rana. hih serem."
"stop di bem gitu seok?" Seungyoun penasaran.
"ho oh. apa lagi?"
Seungwoo jadi inget pas dulu pas awal kabibet baru, akspro ngadain acara di jurusan Rana malem-malem.
waktu itu Seungwoo keluar forum karena harus terima telepon dari tempat magangnya dulu.
salah Seungwoo nyari tempat ga teliti, ternyata sepanjang dia terima telepon, ada pak kajur merhatiin dia dari lantai dua.
"Seungwoo?"
Seungwoo yang barusan tutup telepon, hampir loncat saking kagetnya. tiba-tiba ada yang muncul di belakangnya.
"eh o-om... eh salah... p-prof..."
"ngapain disini? bukannya acara kalian di gedung G?"
"saya barusan terima telepon, p-prof. iya... eh telepon."
Seungwoo emang bukan pertama kali ini ketemu ayahnya Rana.
tapi atmosfer canggung plus sesak selalu muncul kalo kepala jurusan informatika itu ada di sekitarnya.
"makasih banyak prof, sudah diberi ijin peminjaman ruangan buat acara bem."
"saya lebih makasih kalo bukan dari kementrian Rana yang datang kesini."
Seungwoo ga berani bales. takut salah ngomong. terkadang diam itu lebih baik sebelum bencana lebih besar datang.
"om kenal kamu. om tau kamu anak baik, tanggung jawab. tapi kenapa ga bisa bujuk Rana berhenti main?"
Seungwoo tau maksud kata main dari pria paruh baya itu. udah jelas kalo kata itu maknanya mengarah ke konteks kegiatan di luar kuliah. udah jelas banget.
"saya sudah minta Rana buat ninggalin apa yang ga bermanfaat buat dia om."
akhirnya Seungwoo memutuskan manggil om. huh.
"om ga ngerti apa aja yang ga bermanfaat buat Rana. tapi kuliah dan belajar itu kewajiban dia. apa ada yang lebih penting selain dua itu?"
Seungwoo nunduk sekalian bungkuk. "maaf om."
"Rana udah gamau dengerin om. mau kemana lagi om minta tolong kalo bukan ke kamu?"
Seungwoo bisa lihat gurat sedih sekaligus lelah di wajah beliau. masih sama dari enam tahun lalu, pas Seungwoo sama Rana jadi temen sekelas sma.
"Rana cuma mau nurut sama omongan temen-temennya dibanding orang tuanya sendiri." lanjut beliau.
"nanti saya coba ngobrol sama Rana soal ini om."
"iya. harusnya emang gitu. siapa lagi?"
sejak saat itu, Seungwoo mulai konflik batin. antara nurut sama egonya atau patuh sama perintah orang tua.
kalo anak baik, jelas dia bakal pilih opsi kedua. tapi Seungwoo merasa bukan lagi anak baik sejak egonya ke Rana muncul.
"ck."
KAMU SEDANG MEMBACA
Stereotip | Han Seungwoo ✔
Fiksi Penggemarstereotip anak BEM; akademik bye, lebih penting proker daripada kuliah, rapat begadang bahkan sampe nginep di sekre berhari-hari. iya kah? #1 - hanseungwoo at 190822