di luar yang biasa

69 16 10
                                    

yuk votement-nya dulu kakak~


Rana jadi mikir. ga mungkin Seungwoo diangkat jadi menteri sama presiden kalo dia ga punya kapasitas di atas orang biasa.

secara general. Seungwoo tuh wawasannya luas, kritis, berani ngomong. kaya profil kebanyakan orang-orang yang jadi pemimpin bener.

tapi kapasitas yang dimaksud Rana ini, lain. kapasitas yang dia maksud itu, yang kecil remeh temeh. yang kadang orang suka lupa dan ga sadar.

"Junho kemarin bilangnya sakit. kok sekarang udah berangkat kuliah?"

Rana heran pas liat Junho nongkrong di gazebo jurusan sama temen-temennya. ceritanya Junho adik tingkat Rana, jadi mereka satu jurusan.

karena emang udah job-nya Rana buat merhatiin anak-anak kementrian, dia bisa inget semua hal kecil apapun yang diperbuat staf-stafnya.

salah satunya chat Junho di grup kementrian kemarin siang kalo dia ga bisa ikut nongkrong sama Wooseok dkk karena lagi ga enak badan.

"udah mendingan mbak. kemarin sore disamperin bang Seungwoo di kontrakan terus dibawain susu beruang sekerdus."

kening Rana berkerut. "sekerdus?"

"iya. kata bang Seungwoo buat anak-anak sekontrakan juga."

Rana bisa jadi negative thinking.

mungkin Seungwoo baik ke orang-orang karena dia punya kepentingan. ya kaya orang luar bilang, orang baik pasti ada maunya.

Seungwoo jadi baik ke Junho karena dia pengen Junho tetep di bem dan terus kontribusi di sana. istilahnya kaya 'gue udah baikin lo, sekarang lo kerja yang bener'.

bisa jadi begitu lho ya. tapi kenyataannya.

"ga ngerti lagi gua sama bang Seungwoo." keluh Seungyoun waktu dia diajak ngopi berdua sama Rana.

alasan Rana ngajak Seungyoun tuh awalnya buat ngobrol-ngobrol soal kondisi internal kedirjenan aksi. ini udah agenda bulanan Rana sebagai sekmen.

tapi begitu bahasan itu selesai, Seungyoun mulai cerita soal yang lain-lain.

"kemarin kita telat dateng acara kumpul-kumpul aliansi mahasiswa wilayah satu -"

"- gara-gara bang Seungwoo lama nyari bengkel."

"bengkel?" tanya Rana.

"ho oh. jadi kemarin malem, pas mau sampe jembatan yang depan hotel itu lho Ran. bang Seungwoo tiba-tiba nyuruh berenti. dia turun terus bantuin bapak-bapak dorong motornya mogok sampe ujung jembatan."

Rana diem sambil dengerin.

"gue diem di mobil sambil ngeliatin bang Seungwoo bantuin itu bapak-bapak. dia sibuk telfon orang."

"terus?"

"terus, kayanya bang Seungwoo nelpon temennya gitu. dia dapet bengkel paling deket di belakang hotel. sama bang Seungwoo dibantuin dorong itu motor mogoknya."

Seungyoun meneguk es americano-nya yang tinggal seperempat sambil melepas pikiran kalo abangnya itu terlalu unpredictable.

selain dibantuin dorong sama nyari bengkel, Seungyoun dibuat speechless karena Seungwoo yang bayarin bengkelnya.

tapi mungkin itu juga karena bapak-bapaknya keliatan kaya bukan orang mampu.

ya Seungwoo pengertian, dibayarin sekalian bengkelnya, orang paling cuma berkurang berapa gitu kan duit jajannya.

"kayanya kalo gue jadi bang Seungwoo, capek deh Ran."

"kenapa?"

Seungyoun noleh ke arah Rana.

Stereotip | Han Seungwoo ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang