ambisi

114 19 1
                                    

yuk vote dulu yaa

"ini apasi?"

Rana berkali-kali membolak-balik sobekan kertas yang dikasih mba-mba penjaga lembar absensi di depan auditorium, tempat welcome party anak-anak piyik semester empat yang keterima jadi staf di bem km.

kata mba-nya tadi, "disimpen dulu ya. jangan dibuka. nanti bukanya kalo udah ada instruksi." gitu.

tapi Wooseok yang biasa ga sabaran, langsung buka aja. kepo sama isinya. masa bodo entar dimarahin kakak-kakak yang senior.

udah kaya kucing aja, berasa kek punya nyawa sembilan, ga takut dilabrak senior.

begitu dibuka, ternyata isinya gambar hewan. punya Rana kerbau, Wooseok singa.

"kayanya ini hasil plotting deh." gumam Wooseok yang berdiri di sebelah Rana.

"engga ah. gamau. masa gue beda sama lu. ntar gue ga ada temen."

kemudian Rana memandang sekitar. suasana auditorium udah rame banget, banyak orang.

"ya kenalan." balas Wooseok singkat.

ga peduli Rana yang sibuk celingak celinguk ngabsen orang satu-satu. tapi lama-lama Wooseok penasaran juga.

"lo ngapa dah, Ran?"

"nyari orang. katanya dia daftar BEM juga."

"siapa?"

"Seungwoo."

"bang Seungwoo maksud lo?"

Rana mengubah posisi menghadap Wooseok. "ho oh."

"bang Seungwoo ga pake seleksi lah. langsung naik jadi dirjen dia."
(direktur jenderal, semacam kepala sub kementrian di bem)

dagu Rana melorot.

"kok bisa jabatannya langsung tinggi gitu? kan seangkatan kita-kita."

ya Rana juga tau kalo sebenernya Seungwoo telat masuk setahun, jadi secara usia, lebih tua dibanding anak-anak seangkatan.

tapi kan tetep aja semua harus dapat perlakuan sama. harus lewat tahap-tahap seleksi yang menegangkan, sampe akhirnya keterima di bem.

"ga adil dong?"

"tenang, Ran. jan ngegas napa. bang Seungwoo itu orang berkapasitas. dia beda. dia ga nyari orang, tapi orang yang nyari dia."

***

Rana baru sadar kalo kata-kata Wooseok ada benernya. Seungwoo memang punya kapasitas lebih, di atas yang lain, di atas rata-rata.

ga heran kan kalo di kabinet dua tahun berikutnya, cowok itu menjabat jadi menteri di kementerian akspro, menggantikan pejabat sebelumnya, Park Sunho.

terus posisi pejabat yang lain diisi sama orang-orang dekatnya.

Seungyoun jadi dirjen aksi dan komunikasi, Wooseok jadi dirjen propaganda strategis. sementara Rana? jadi sekretaris kementrian.

"komandan lapangan. tugasnya udah pasti, tanggung jawab penuh sepanjang perjalanan aksi—"

"—dan posisi ini masih kosong. sekian." ujar Seungwoo sebagai laporan terakhir untuk update acara yang akan dilaksanakan tiga pekan lagi.

sebenarnya dia juga merasa ga enak sama presiden, yang juga hadir rapat, karena sejak dua hari yang lalu dari permintaannya, posisi itu masih kosong.

alasannya? ga ada yang mau. ga ada yang berani. ga ada yang mampu. ga ada yang merasa pantas.

kebanyakan alasan mereka bilang, 'takut ga kuat mental kalo ga bisa tanggung jawab.'

"lah, kemarin katanya si Hangyul bersedia? dia cerita personal sama gue kemarin. terus sekarang gimana?" tanya presiden heran.

Seungwoo menggeleng, ga setuju dengan pernyataan presiden barusan.

"Hangyul itu punya ambisi. gue ragu kalo nanti ambisi dia yang dominan, acara bisa jadi bubar."

ada di kementrian yang sama sejak setahun lalu, Seungwoo jadi sedikit banyak paham kesamaan orang-orang yang datang dengan ambisi yang kurang sehat.

jangan tanya kaya apa ciri-cirinya. yakin aja kalo intuisinya Seungwoo memang selalu tepat.

Seungwoo menaruh satu bundel berkas ke hadapan presiden.

"ini juklak, juknis, rundown rancangan aksi, udah lengkap, dibikin Rana cs. ini udah cocok sama pikiran gue. kalo anda, presiden, melihat ini juga udah oke, gue langsung kabari korlap dari univ lain buat konsolidasi segera."

Rana melirik ke arah presiden yang kemudian sibuk bolak-balik halaman berlembar-lembar kertas di atas meja.

sementara Seungwoo dan yang lain ketar-ketir, gelisah kalo ada yang kurang sreg.

presiden kita ini terkenal agak labil dalam keputusan. hari ini bilang A, besok minta diganti B.

pokoknya, masih perlu banyak didampingi kalo soal keyakinan.

"gue percaya semua bikinan Seungwoo. oke. kita ikut blue print ini."

Seungwoo sebenarnya ga sepenuhnya lega. dia juga pengen ada diskusi dua arah yang berbobot sama presiden, tapi kayanya beliau lagi ga mood.

"oke, presiden."

"oh satu lagi." sahut presiden cepat yang udah mau keluar ruangan, karena ada panggilan dari kementrian yang lain. "danlap-nya jangan Hangyul. lo aja, woo."


bapak menteri kami 😍

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

bapak menteri kami 😍

Stereotip | Han Seungwoo ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang