profesional katanya

60 15 13
                                    

"gue pengen nanya ini dari dulu, tapi gue lupa terus." gumam presiden yang pertanyaannya dua tujukan buat Seungwoo.

Seungwoo yang berdiri di sebelah dia, menoleh.

"apa?"

"kenapa lo masukin Rana sama Seungyoun jadi satu tim?"

alis Seungwoo terangkat.

"ya karena mereka lebih bagus dari gue. Seungyoun paling bisa kalo provokasi massa, public speakingnya juga oke. wajah juga oke... "

Seungwoo kemudian mengarahkan pandangannya ke arah dimana Seungyoun sama Rana lagi ngobrol asik di meja yang jauh disana.

mereka membaur dengan yang lain, larut sama suasana. sarasehan wisudawan bem km kabinet.

event dadakan buat selebrasi anak-anak bem yang wisuda. acaranya malam sebelum lusa wisudaan.

" ...pokok Seungyoun udah paling cocok jadi asdir aksi. Rana juga dulu anak psdm, dia yang paling cocok buat manajemen sdm di akspro. soal administrasi juga dia bisa. gue cuma cukup jadi back up mereka dari belakang."

Seungwoo lantas berbalik arah ke presiden.

"perasaan dulu gue pernah cerita alesannya kan pas awal-awal. lo lupa?" tanya Seungwoo.

"sebenernya gue tanya bukan soal konteks itu. lo tau kan mereka pernah pacaran. terus ketemu lagi di satu tim. awalnya gue kira bakal ada konflik internal di akspro. tapi ternyata mereka profesional juga."

Seungwoo ga sadar aja tiba-tiba dia senyum. pemikiran presiden yang terlalu dangkal bener-bener kaya lelucon gaya baru buat dia.

"ga lah. gue percaya aja, kalo mereka profesional, mereka ga bakal bawa-bawa masa lalu di tim."

"haha. iya sih. tapi kadang si Seungyoun masih sering baperin si Rana, kalo gue liat di mabes."

"kadang gue juga mikir si Seungyoun masih suka sama Rana. tempo hari juga dia bilang pengen balikan tuh. wkwk."

nyantai banget Seungwoo bilang gitu, padahal dalam hati dia kepanasan sambil berdoa biar Seungyoun dapet yang lain, yang lebih baik buat dia.

asal jangan Rana, Rana udah punya Seungwoo soalnya.

"eh woo. kemarin si Hayoung ngasih gua undangan. dari acara tv." tukas presiden tiba-tiba.

nada suaranya berubah jadi pelan. gamau ada orang lain yang denger percakapan mereka berdua.

Hayoung, sekretaris kabinet. atasannya Rana kalo urusan ke-sekretariat-an.

"hm. terus?"

"diundang ke acara bincang-bincang buat jadi tamu. temanya ga jauh-jauh soal kritik kebijakan pemerintah gitu."

"kesempatan bagus dong. sarana kita buat speak up lebih luas. biar orang-orang pada ngerti konsentrasi kabinet tahun ini tuh dimana. terus?"

"nah makanya tuh. lo aja yang dateng ya? gua ga pede."

Seungwoo yang dari tadi sempat beralih ngeliatin Rana, sekarang sepenuhnya memperhatikan presiden.

"yang bener? lo presiden yang bagian bawa citra bem keluar. udah jelas ini undangan buat lo. yang pede ah."

"gue udah keder duluan. satu forum sama pejabat-pejabat, sama pengamat politik, adu argumen sama orang-orang pinter, disorot satu negara... mulut gue lemes duluan Woo, ntar gabisa bacot."

Seungwoo dengan gentlenya nepuk-nepuk pindah presiden.

"bisaaa. pasti bisa. persiapan dulu lah, sama latihan dikit-dikit. biasa ngomong depan orang banyak juga."

Stereotip | Han Seungwoo ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang