pra aksi

69 15 11
                                    

"si Wooseok gimana, Na? aman?"

sebenarnya, tanpa Seungwoo tanya juga dia udah tau jawabannya.

tepat lima menit sebelum gadis itu masuk mabes, tepatnya di ruang rapat dalam, Seungwoo udah dapet chat dari Wooseok kalo pres rilis mereka diangkat sore ini.

lumayan lah. masih bisa diitung sehari sebelum aksi. lebih tepatnya empat belas jam sebelum.

lagipula pres rilis yang ga resmi udah santer dari sebulan yang lalu. apalagi kalo bukan kerjaan anak-anak buzzer yang di back-up Seungwoo.

"aman, woo. tadi sempet drama gitu di kantor medianya. tapi beruntung Wooseok bisa lobi."

Seungwoo sering sebut Rana tuh ice princess blok angkatan.

alasannya? jarang senyum kalo sama temen-temen sendiri. tapi kalo sama staf-staf, anak magang tuh, senyumnya diobral terus keknya.

makanya, sekali liat Rana ga sadar senyum sendiri sambil naruh tasnya terus duduk lesehan ngadep pc, berasa kaya ada angin lewat di dalam ruangan tuh.

adem.

"lo deg-degan ga si, Na."

"hah? gimana?"

Seungwoo mau ketawa ngakak rasanya liat wajah Rana sekarang. antara kaget, ga nyangka, sama malu.

"deg-degan, besok mau turun ke jalan. kan perdana di kabinet ini." lanjut Seungwoo terus nyengir.

oh, kirain apa. batin Rana shock.

"ya— ya deg-degan lah. lo aja yang udah punya pengalaman deg-degan, apalagi gue."

Rana langsung balik lagi ngadep monitor, duduk bersila memunggungi pak menteri yang senym sendiri karena berhasil godain sekretarisnya.

"ini bukan soal pengalaman, Na. tapi kesiapan. kalo dibikin analogi nih—"

selalu gini polanya. kalo Seungwoo udah mulai ngomong tentang teori, telinga Rana tiba-tiba mendadak alergi.

"lo, jangan mulai ya. jangan bikin analogi aneh-aneh. mumpung belum jauh nih. gue stop dulu di sini." cegah Rana sambil tangannya ngasih gesture ke Seungwoo buat berenti.

soalnya nanti kalo udah mulai, ga bakal ada ujungnya, serius. itu cowok bisa kuat ngomong teori analogi bla bla bla sampe jam tiga pagi.

Rana udah kenyang dapet obrolan kaya gitu sejak setahun ini. dua tahun jalan.

"ntar lo ga paham. makanya gue jelasin pake gambaran yang gampang."

"ga adaaa, Seungwoo."

"ini buat bekal lo ntar kalo disuruh masuk ke gedung DPR. lo kan tim negosiator sama Uyon dkk."

"ya tapi ga pake analogi buatan lo juga, woo...."

"bisa aja dipake loh, Ran."

"aaaaa— tau ah. kesini mau ngadem malah jadi sumpek."

"wow. kalem Ran."

Si presiden yang baru masuk ruang rapat, harus banget mepet tembok karena tiba-tiba Rana nyelonong keluar.

memberi jalan untuk si nyai, karena kalo ga gitu bisa makin menjadi marahnya.

"wah, gawat pak. anak orang lo bikin ngambek. padahal besok hari h." sentil si presiden yang ditangkap candaan sama Seungwoo.

"gue ngerti Rana orangnya kaya apa. tenang aja, pak presiden."

"ya dah. terserah lo. jadi gimana persiapan besok? aman?"

Seungwoo menampilkan update progres dari layar monitor pc.

semua persiapan, mulai dari logistik, perangkat aksi, perijinan, surat-surat, dll, semua sudah 100%. mabes juga penuh sama barang-barang anak akspro buat aksi besok.

ga masalah, kementrian yang lain juga mendukung acara ini untuk berperan sebagai mahasiswa yang bergerak merespon kebijakan pemerintah.

"siplah. sama satu lagi—"

si presiden mendekat lalu merendahkan sekaligus mengecilkan volume suaranya. menambah volume lagu yang berputar mengisi keheningan mabes rabu siang itu. 

"ada kemungkinan intel?" bisik presiden hati-hati.

"kemungkinannya kecil. tapi mengingat tuntutan kita cukup dibilang berani, gue udah siap tim kontra-intel."

keduanya yang tadi saling bisik, seketika melonggar saat seseorang tiba-tiba masuk ruang rapat sambil buru-buru.

Hangyul.

"bang Seungwoo— oh ada pak presiden juga."

"napa Gyul?"

Hangyul tuh biasanya orangnya kalem. santai di segala aktivitas karena dia percaya sama kemampuannya sendiri.

tapi kali ini beda. Hangyul keliatan agak panik.

"orang dari organisasi burung biru, nunggu di bawah bang. katanya mau ketemu bang Seungwoo, soal mou buat aksi besok."

lah. ini ada apa lagi. kenapa h-1 aksi malah pada jadi reaktif semua. harusnya kan hari tenang.

"kok bisa ngomong ke lo, Gyul?" tanya pak presiden memecah keheningan.

"lagi latihan yel-yel sama anak-anak kelompok satu di bawah, terus ada yang nyamperin. jelas keliatan dia orang burung biru, dari jaketnya mentereng banget."

"lo lanjut latihan Gyul. biar gue sama presiden yang turun."

Seungwoo tuh sebenarnya ga punya banyak kerjaan selain memastikan semua elemen bersiap sepenuhnya buat turun ke jalan.

dan urusan yang bau-bau diplomatik gini memang jadi tanggung jawab dia. selain karena dia sesepuh, tapi juga Seungwoo yang punya kemampuan.

"latihannya jangan lama-lama Gyul. pemanasan aja buat besok. ntar suara kalian pada ilang pas hari h." pesan presiden sebelum menyusul Seungwoo keluar mabes.

"siap, pak pres!"



menurut kalian cerita ini gimana? 😊

Stereotip | Han Seungwoo ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang