Kematian Jago Sakti Si Tangan Malaikat
Udara di puncak gunung Patuha terasa dingin mencucuk kulit. Angin bertiup sangat kencang dibarengi gerimis yang lama kelamaan semakin deras. Suara lolongan panjang anjing hutan di bawah puncak gunung terdengar aneh menggiriskan hati. Tidak terdengar suara binatang malam lainnya. Hanya lolongan anjing hutan belaka, yang terdengar melengking tinggi bagaikan melihat bayang-bayang iblis yang menakuti mereka.
Ditengah malam yang gelap pekat serta dingin membekukkan tulang itu, di puncak bagian Selatan seorang laki-laki tua duduk bersila pada sebuah batu hitam lebar. Rambutnya yang sebagian besar sudah memutih sepanjang bahu bergerak dimainkan angin. Di sampingnya tercampak sebuah caping bambu dan sebatang tongkat butut sebesar pergelangan tangan. Pakaian putih yang dikenakannya sangat sederhana kalau tidak dikatakan rombeng, karena selain warna putihnya yang sudah berubah kelabu, juga begitu banyak lubang robekan pada pakaiannya tersebut. Kalau bukan gelandangan, kakek ini tentulah seorang pengemis.
Sepasang mata kakek berpakaian compang camping ini selalu terpejam rapat. Dua lengan bersedekap di depan dada. Si kakek dalam keadaan khusyuk bersemedhi. Pada saat itu jiwanya sudah mulai memasuki alam ghaib semedhinya. Tubuh yang tadinya diam tenang tidak bergerak tiba-tiba bergetar keras bagaikan terserang meriang. Kening si kakek kelihatan mulai memercikan keringat pertanda kakek ini sedang mengalami satu kejadian luar biasa dalam semedhinya.
Di alam semedhinya kakek berpakaian rombeng ini melihat satu pancaran cahaya putih terang benderang menyilaukan mata secara mendadak. Cahaya putih tersebut memancar bulat seperti bulan purnama yang turun ke bumi. Makin lama cahaya putih terang makin meredup dan akhirnya lenyap sama sekali. Begitu cahaya putih lenyap, didahului terciumnya bau harum yang santar di sekitar tempat itu, di hadapan si kakek sudah berdiri sesosok perempuan cantik luar biasa mengenakan pakaian sutera putih panjang menjela tanah. Warna putih pakaiannya begitu cemerlang bagaikan memancarkan cahaya serta tipis hingga lekuk tubuh perempuan ini membayang elok di balik pakaian suteranya.
Tapi si kakek tidak berani memperhatikan lebih lama pemandangan indah di depannya. Kakek ini sadar bahwa sosok perempuan yang datang ini bukan mahluk sembarangan. Maka tanpa keluarkan ucapan sepatah katapun, tubuhnya segera membungkuk dalam-dalam dengan sepasang telapak tangan menyembah di depan hidung. Perempuan cantik ini menatap si kakek dengan sepasang matanya yang bening kemudian terdengar suara ucapannya yang lembut merdu.
"Pengemis Buta Mata Dewa, kuterima sembah hormatmu. Namaku Dewi Awan Putih utusan dari Negeri Ghaib Atas Langit. Aku datang menemuimu untuk menyampaikan beberapa hal yang sangat penting tentang apa yang akan terjadi di rimba persilatan Parahyangan."
Masih dengan posisi menyembah, si kakek segera menyahuti ucapan perempuan dari alam ghaib bernama Dewi Awan Putih ini. "Sembahku untukmu Dewi. Saya siap menerima titah ghaib darimu."
"Terimakasih atas kesediaanmu!" Dewi Awan Putih, perempuan dari alam ghaib ini tersenyum membuat kecantikannya makin cemerlang. Kembali Dewi Awan Putih berucap lembut." Dengarlah baik-baik wahai kakek Pengemis Buta Mata Dewa! Sang pengusa tertinggi Alam Ghaib menitahkan padamu supaya mulai besok malam harus melakukan tapa brata tujuh malam berturut-turut mulai dari tergelincirnya matahari di tempat ini hingga terdengarnya kokok ayam hutan untuk mendapatkan satu petunjuk ghaib tentang sebuah peristiwa yang akan terjadi di rimba persilatan di masa datang.

KAMU SEDANG MEMBACA
Geger Parahiyangan
FantasySeorang tokoh silat ahli meramal mendapatkan sebuah petunjuk gaib bahwa rimba persilatan Tatar Pasundan akan mengalami kekacauan yang diakibatkan oleh sekelompok manusia misterius yang menamakan diri mereka Topeng Tengkorak Putih yang terdiri dari j...