Chapter 14

873 149 1
                                    

Hari lain di Institut Teknologi Nasional, Bandung. Vernon masih sibuk dengan ponselnya. Yah, tak ada banyak hal yang perlu dikerjakannya. Apalagi setelah bangun terlalu pagi dan berangkat terburu-buru karena khawatir akan terlambat, namun baru menyadari bahwa ia hanya punya satu kelas di pukul sembilan nanti.

Jamdi ponsel Vernon menunjukkan pukul delapan lewat delapan menit. Masih ada Lima puluh dua menit sebelum kelasnya dimulai. Vernon menghabiskan waktu mendengar playlist musiknya. Tidaka da yang mengganggu, apalagi iklan melompay enam ribu kali selama satu jam. Vernon masih cukup bermodal untuk menggunakan aplikasi versi premium, walau tetap menggunakan diskon mahasiswa tentunya.

Ketenangan hanya bertahan sesaat. Sampai beberapa notifikasi pesan masuk terus berbunyi membuat lagunya terjeda berkali-kali. Vernon langsung menekan tanda notifikasi yang muncul di bagian atas layar ponselmya. Hanya beberapa teks dari group kelas yang mengatakan bahwa dosen kelas satu-satunya hari ini tidak bisa hadir. Vernon berdecak kesal, "Sia, tahu gitu lanjut molor atau engga streaming SMTM aja tadi mah." Vernon mengeluh sambil mengacak rambutnya. Tangannya mengambil tasnya dengan cepat dan berdiri sebelum sosok gadis yang ia kenal berdiri di depannya.

"Ver, mau balik?" Tanya gadis itu santai. Vernon membeku seketika karena salah tingkah. Ia hanya mengangguk tanpa bisa berkata-kata. Gadis itu mengangguk dengan raut wajah murung, "Yah.... Kirain mau aku ajak nugas bareng. Kelas dibatalin, temen-temen aku pada mau belanja." Ujar gadis itu. Vernon berdehem sebentar, "Oh, ga ikut sama mereka?" Tanya Vernon mencoba merespon normal. Gadis itu hanya menggeleng, "Engga ah, boros. Walau Papa kasih kartu kredit juga ga pantes aku hamburin gitu aja." Jawab gadis itu santai.

'Gusti, Mary udah geulis, bijak juga. Minta Aa nikahin.'

"Gue sih kayaknya ke tempat temen-temen SMA gue, mau?" Ajak Vernon. 'Duh, anjir. Bang Nuno bisa diajak ngumpul kan ya.' Batinnya karena sadar ia belum membuat janji dengan teman-temannya. Gadis bernama Mary itu hanya mengangguk, "Temenmu ngga apa 'kan?" Tanya Mary yang dijawab dengan anggukan oleh Vernon, "Abang-abang gue santuy. Bentar gue kabarin dulu ya."

VERNON :
WOI
p
p
p
p

Nuno :
Apa anjir


JUN :
ga ada otak ngespam mulu lo

Satya :
Ngapa mamen

VERNON :
Bang Nuno, lagi di mana Bang?


Nuno :
??????
cafe nya si Jun
ngapa?

VERNON :
Sama siapa aja bang?

JUN :
introgasi wkawkawka

Nuno :
Sama Jun ama Bang Johan
Satya katanya mau dateng

VERNON :
Bolos lu anjir, ya
Gue kesana ya Bang?
Ngajak temen

Nuno :
Saha?

VERNON :
ada ntar gue kenalin
share loc bang nuno

JUN :
[location attached}
bagus promosiin cafe gua

Nuno :
Ganti nama sono lu jadi Nuno

chiko :
re inv pas udah sepi

chiko left the group.

Nuno :
Anjir :)

Nuno invited chiko to the group.

"Mau jalan sekarang?" Tanya Vernon pada Mary, mengabaikan dua temannya yang lebih tua sedang berdebat seperti anak kecil di group yang beranggotakan sebelas orang itu. Mary mengangguk, mengikuti Vernon yang sudah berjalan duluan. 'Napa ga modu narik tangannya aja sih anjir, bego baget lo Vernon.' Vernon kembali meracau pada dirinya sendiri. Vernon mengeluarkan motornya cepat lalu mengarahkan helmnya pada Mary, "Cuman ada satu, lo pake aja." Vernon tersenyum kaku. Mary mengambil dengan senang hati, "Maksih Vernon." Ucapnya lalu naik ke motor Vernon, "Aku pegang jaket kamu ga apa 'kan, Ver?" Tanya Mary meminta izin. Vernon hanya mengangguk.

'Megang hati gue aja udah, Mary.'

Perjalanan dua puluh menit terasa cepat bagi Vernon. Padahal dia ingin menghabiskan waktu lebih lama seperti Dilan dan Milea yang diceritakan orang-orang. namun cafe milik Jun sudah ada di depan mata. Bisa-bisa Mary curiga kalau Vernon sengaja melewatinya.

Mereka berdua turun dengan helm yang kembali digantung di bagian depan motor matic milik Vernon. Mary memperhatikan isi cafe yang diisi oleh beberapa orang, "Temen kamu ada, Ver?" Tanya Mary membuat Vernon memperhatikan isi cafe lewat pintu kaca bening itu. Ia bisa melihat sosok Johan dan Nuno di dalam. Pemandangan biasa dari Nuno yang masih bergelut dengan laptopnya sambil berbicara dengan Johan. "Itu yang di meja yang ada laptop." Jawab Vernon yang menarik tangan Mary untuk masuk kedalam cafe milik Jun tersebut.

"Bang Jo, Bang Nuno." Panggil Vernon yang disambut dengan tatapan kaget oleh Nuno dan Johan. "Buset, sejak kapan punya pacar lu? Katanya bawa temen?" Tanya Nuno spontan. Memang usia mereka wajar saja menggandeng gadis ke acara perkumpulan dengan teman-teman mereka. Tapi Vernon tidak pernah cerita kalau dia punya pacar. "Selamat ya." Ucap Johan sambil tersenyum santai. Mary hanya terbelalak kaget sedangkan Vernon hanya mengucapkan 'paan si' sebagai jawaban ketus. Tidak menolak tentunya, barangkali mereka memag akan jadian tahun depan.

"Hello my braders, do you miss Satya your boo boo?" Satya memasuki cafe dengan heboh setelah Mary dan Vernon mengambil tempat duduk. Vernon melempar tissue pada Satya yang mendekat menuju meja mereka membuat semua yang ada di meja tertawa. Satya awalnya ingin menyemburkan omelan pada teman seumurannya itu tapi melihat sosok wanita di sebelah Vernon membuat Satya mengalihkan fokusnya. "Ow ow, ada pretty lady here. Emang si bule bener-bener, sekali dapet cewe geulis bener."

Belum sempat menepis omongan Satya, Jun sudah muncul untuk menginjak kaki Satya pelan, "Lo kalau masuk jangan malu-maluin gue sama pelanggan dong, gebleg." Omel Jun berbisik pada Satya. Satya meringis, "Ampun Bang, ampun." Satya meminta maaf lalu duduk dengan cepat. Vernon memperthatikan Jun yang berjalan kembali ke meja, bukan ke kasir ataupun ke bagian dapur. Di meja itu ada gadis berambut cokelat dengan sedikit warna cokelat-abu di ujung rambutnya. Vernon menyenggol lengan Johan, "Itu siapa, Bang?"

Johan hanya menghela napas, "Tunangannya Jun."

- 17 -

A/N : Seventeen comeback besok, jangan lupa streaming ya!






CHARETEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang