35

216 35 8
                                    

Changkyun tersenyum kecil saat akhirnya Wooseok berhasil tidur setelah terus saja menangis selama hampir 1 jam. Diusapnya puncak kepala Wooseok dengan lembut sebelum bangkit berdiri dan meninggalkan ruang istirahat yang ada di cafe Jaehyun

"Bagaimana keadaan Wooshin?" Tanya Taeyong dengan cemas.

"Dia sedang tidur hyung."

"Ini salahku. Seharusnya aku tadi menemaninya saja."

Jaehyun yang berada di samping Taeyong pun merangkul kekasihnya dan mengusap lengan atas Taeyong. "Ini musibah sayang. Jangan terlalu menyalahkan dirimu sendiri."

Changkyun mengangguk setuju. "Jaehyun benar hyung. Tidak ada yang tahu hal seperti ini akan terjadi, jadi berhenti menyalahkan dirimu sendiri."

Taeyong mengangguk pelan meskipun dirinya masih diliputi rasa bersalah.

Changkyun melihat sekeliling dan menemukan keberadaan Jinhyuk bersama Jooheon di sudut cafe. Lelaki manis itu menghampiri keduanya.

"Kau mau menemaninya?" Tanya Changkyun pada Jinhyuk.

Jinhyuk mengangguk kaku kemudian berpamitan dan menuju ruang istirahat di cafe itu.

Changkyun tersenyum kecil, berharap keduanya bisa menyelesaikan masalah mereka. Meskipun Wooseok tidak pernah bercerita, tapi Changkyun cukup sadar bahwa keduanya sedang terlibat masalah.

Baru saja Changkyun hendak beranjak namun Jooheon langsung menahannya.

"Bisakah kita bicara?"

***

"Ada apa?"

Jooheon menghela nafas pelan. "Ibumu..."

Tatapan Changkyun menajam dan rahangnya mengeras. "Dia bukan ibuku."

"Kyun... Kau sendiri yang berkata padaku untuk tidak menentang ayahku agar aku tidak menjadi putra yang durhaka, tapi kenapa kau lakukan ini pada ibumu?"

"Kau bisa berkata seperti itu karena kau tidak pernah merasakannya." Tangannya Changkyun terkepal erat. "Apa kau pernah merasakan penolakan dari ibumu? Apa kau pernah merasakan ditinggalkan begitu saja oleh ayahmu di tengah-tengah kerumunan orang asing?"

"Kau tidak akan pernah tahu, Jooheon-ah..."

"Kau tidak akan pernah tahu karena kau tidak merasakannya..."

Jooheon menghela nafas kemudian menarik lelaki manis itu ke dalam pelukannya.

"Maafkan aku. Kau benar... Aku tidak pernah tahu rasanya."

Mungkin lain kali saja aku mengatakannya...



***


Jinhyuk menatap wajah damai Wooseok yang sedang tidur namun detik berikutnya, lelaki tinggi itu cemas karena Wooseok nampak tidak nyaman dalam tidurnya.

"Hentikan... tidak... lepaskan aku..."

"Shin?"

"Hiks... lepaskan aku..."

"Wooshin?"

"Hiks... Wei... Wei, tolong aku..."

Jinhyuk lantas menggenggam tangan Wooseok dengan erat, mengecup punggung tangan Wooseok dengan lembut. "Aku disini Shin. Aku disini."

"Tidak... TIDAK!"

Wooseok membuka matanya dengan nafas terengah dan detik berikutnya tangisnya pecah membuat Jinhyuk semakin panik.

"Shin? Kau kenapa hm?" Tanya Jinhyuk berusaha tenang.

"W-wei... hiks..."

Wooseok menutup wajah dengan kedua tangannya kemudian terisak, membuat dada Jinhyuk terasa sesak.

"Wooshin-ah..." Jinhyuk kemudian menarik tubuh mungil itu hingga duduk dan memeluk Wooseok dengan erat. Beruntung kali ini Wooseok tidak menolak.

"Maaf... Maaf atas perkataanku waktu itu Shin."

"Hiks... sakit Wei... rasanya sangat sakit saat kau yang mengatakannya..."

"Maka dari itu, aku benar-benar minta maaf. Aku menyesal telah mengatakannya." Ucap Jinhyuk sambil mengusap punggung dan kepala Wooseok bergantian. "Kau mau memaafkanku?"

Cukup lama Jinhyuk menunggu dengan cemas hingga akhirnya Wooseok mengangguk pelan.

"Janji jangan diulangi lagi ya." Lirih Wooseok sambil mengusakkan wajahnya pada dada Jinhyuk.

"Eum, aku janji sayang." Baru saja Jinhyuk akan melepas pelukannya namun Wooseok menggeleng keras kemudian mengeratkan pelukannya pada tubuh Jinhyuk.

"Hey, ada apa? Aku ingin melihat wajahmu."

"Eung~ biarkan seperti ini dulu. Aku merindukanmu."

Jinhyuk terkekeh pelan dan berakhir kembali memeluk Wooseok.

"Eum, aku juga merindukanmu."

Tour guide (Jookyun x Weishin) ✔✔Where stories live. Discover now