14

232 39 8
                                    

Changkyun tersenyum senang saat bel di apartemennya berbunyi.

"Eh? Tapi kenapa Wooshin menekan bel?" Gumamnya bingung karena Wooseok tahu sandi apartemennya dan tidak perlu menekan bel.

Changkyun beranjak untuk membukakan pintu dan betapa terkejutnya dia saat mendapati Jooheon-lah yang berdiri di depan apartemennya.

"Ah, kupikir tidak ada ora-" ucapan Jooheon terhenti saat melihat kedua tangan Changkyun yang dibalut perban.

Menyadari arah pandangan Jooheon, Changkyun segera menyembunyikan kedua tangannya di balik punggung. "K-kenapa kau bisa kemari?"

"Aku menanyakan alamatmu pada Wooseok. Tanganmu-"

"B-bukan apa-apa!"

Jooheon memutar bola matanya malas. "Kau pikir bisa membohongiku?"

Jooheon kemudian mendorong Changkyun masuk ke dalam apartemen, menutup pintu dengan kakinya kemudian membawa lelaki manis itu untuk duduk di sofa.

"Wooseok bilang kau tidak bekerja karena terluka."

"Eum... begitulah."

"Kemarikan."

"Huh?"

"Tanganmu. Kemarikan."

"U-untuk apa?"

"Kau harus mengganti perbanmu."

Changkyun menatap perban di kedua tangannya. Memang benar, perbannya sudah sedikit kotor dan waktunya diganti.

"A-aku bisa menggantinya sendiri."

"Jangan keras kepala dan turuti perkataanku."

"Ugh! Dasar tukang paksa!" Gerutu Changkyun kemudian dengan tidak rela menyerahkan tangan kanannya terlebih dulu.

Jooheon tersenyum kecil sebelum dengan telaten mulai membuka perban di tangan Changkyun, sedikit tertegun melihat luka sayatan di tangan Changkyun.

"Hanya orang bodoh yang melakukan hal seperti ini."

"Aku tidak bodoh! Enak saja!"

"Makanya, jangan lalukan hal seperti ini lagi."

Changkyun terdiam kemudian menundukkan kepalanya. "Entahlah." Gumamnya. "Aku sendiri juga tidak sadar telah melakukannya."

Jooheon tidak menjawab, hanya fokus mengobati luka-luka di tangan Changkyun kemudian kembali membalutnya dengan perban.

"Dengar, jika kau memiliki masalah, maka berceritalah. Kau punya sahabatmu. Jadi jangan melukai dirimu sendiri seperti ini."

Changkyun menundukkan kepalanya sambil menggembungkan pipinya. "Tapi aku tidak ingin membebani Wooshin dengan masalahku."

"Atau kau bisa bercerita padaku?"

"Huh?"

Jooheon terdiam kemudian terlihat salah tingkah. "Eh... b-bukannya aku ingin mendengar keluh kesahmu, hanya saja daripada kau melampiaskannya dengan cara seperti ini, bukankah lebih baik menceritakannya padaku? Ya... begitulah..." ucap Jooheon gugup kemudian bangkit berdiri.

"Intinya, ini terakhir kalinya kau melakukan hal seperti ini! Jangan diulangi lagi. Aku pergi."

Jooheon kemudian berlalu tanpa mendengar balasan dari Changkyun. Suara debaman pintu menyadarkan Changkyun dari lamunannya kemudian lelaki manis itu terkekeh pelan.

"Ada-ada saja, tapi..."

Sebuah senyum tulus mengembang di bibir tipis Changkyun.

"Terima kasih... Jooheon-ah."

Tour guide (Jookyun x Weishin) ✔✔Where stories live. Discover now