11. Kebencian

64 8 0
                                    

Harapan lo mungkin setinggi langit, tapi tanpa lo sadari gue ada di bumi.
Dari kalimat ini mungkin lo nggak ngerti, sama kayak lo nggak ngerti-ngerti kalo gue nggak cinta sama lo.

                               ~Elang Dwinata Husein

Elang siang ini tidak masuk kelas. Bukannya ia malas hanya saja ia sedang menenangkan diri akibat kemarin adanya Ayla membuat dirinya malu di depan keluarga nya.

Diatas rooftof sini terlihat berbagai gedung dan rumah serta dapat Elang rasakan betapa silaunya pancaran sinar matahari.

Elang memandang langit sambil menyipitkan matanya, "Kenapa sih akhir-akhir ini nasib gue buruk? Kenapa gue selalu di ganggu sama cewek aneh itu. Gue salah apa Tuhan..?" keluh Elang dengan lemas.

"Woii Lang! Gue cari ternyata lo disini?!" Pekik Rian yang tiba tiba datang dari arah belakang.

Elang hanya berdeham sebagai balasan 'iya'.

"Ngapain lo nyariin gue?" tanya Elang selanjutnya.
"Gapapa sih cuma gabut aja soalnya si kampret gatau kemana mojok kali sama ceweknya," jawab Rian.

Elang tidak merespon jawaban dari Rian, ia tetap berdiri tegak memandang langit meskipun terasa silau di mata.

"Gue tau Lang kalo lo sekarang lagi pusing dan banyak pikiran, mending lo cerita deh sama gue siapa tahu gue bisa bantu." kata Rian menawarkan diri sebagai tempat curhat.
"Sok tau!" cetus Elang.

Rian menghampiri Elang mensejejerkan berdirinya menjadi berdampingan bersama Elang, "Lo sama gue udah sahabatan sejak SD jadi gue udah tau semua tentang lo Lang. Gue tau kalo lo mandang langit dengan tatapan kosong gini itu artinya lo banyak pikiran, jadi cerita sama gue ada apa?" ujar Rian.
"Kemarin Ayla datang ke rumah. Dia ngikutin gue dan lo tau? Dia bikin malu disana." tutur Elang mulai bercerita tentang kejadian kemarin.

Ryaan melototkan matanya tak percaya, "Serius Ayla datang ke rumah lo? Terus dia bikin malu apa? Ngaku-ngaku kalo lo pacarnya gitu?" tanya Rian bertubi-tubi dengan kaget tak percaya jika nyali Ayla sebesar itu.
"Seriuslah ngapain gue boong. Ya nggak gitu juga, jadi tuh kata Angga semalam dia  ketemu Ayla dan Ayla kira kalo Angga itu gue." jelas Elang

Rian tertawa terbahak, "Hahaha masih ada aja ya orang yang nganggep lo sama Angga kembar." cibir Rian

Elang sontak menoyor kepala Rian, "Muka gue sama Angga mirip kampret! Jadi wajar kalo Ayla kira Angga itu gue. Apalagi lahirnya barengan cuma beda berapa detik," gerutu Elang.
"Hahahaha oh iya gue lupa, terus gimana ke lanjutannya?" tanya Rian lagi.
"Nggak gimana-gimana sih soalnya Angga juga cuma cerita segitu," jawab Elang.

Mereka kini sama-sama diam.

"Lang?" panggil Rian

Elang menoleh, "Apa?" tanyanya singkat.
"Lo kenapa sih nggak pernah sedikitpun menghargai atau merespon Ayla? Keknya Ayla beneran dan serius cinta sama lo deh," tanya Rian.
"Gue nggak suka jijik gue sama dia. Dia itu malu-maluin kalo gue ngerespon sedikit aja nanti yang ada tambah malu-maluin," balas Elang.
"Memangnya type cewek yang lo suka gimana sih? Kek Fany? Atau Tania?" tanya Rian lagi karena sangat penasaran kenapa setiap ada gadis yang mendekati Elang selalu saja Elang menolak.
"Nggak tau Ri gue nggak punya type gitu gue nggak mandang cewek dari segi apapun. Gue cuma lagi nggak mau pacaran, pacaran itu ribet bikin sakit hati dan nggak penting hanya buang buang waktu jadi untuk apa pacaran?" jelas Elang jujur.

Rian merangkul bahu Elang, "Lang gue tahu lo ngomong kek gini pasti karena lo liat dan tahu pengalaman Angga kan? Lang semua orang itu beda, mungkin yang di rasakan Angga beberapa bulan yang lalu itu ya nasib Angga aja lagi buruk dan salah memilih cewek. Jadi please deh lo gausah terpengaruh, gak semua cewek sama. Semua cewek punya kepribadian dan sikap masing-masing, lo tau kan Ayla itu ngebet banget pengen sama lo? Nah kayaknya menurut gue dia tuh tulus deh sama elo. Jadi tolonglah lo hargai dia sedikit aja," saran Rian bijak.

Erlangga dulu memang sempat berpacaran dengan gadis luar negeri semasa dia masih di Amerika. Dia hanya di manfaatkan oleh gadis tersebut, bukan cuma itu dia juga dikhianati dan di selingkuhi. Semua uang dan waktu ia habiskan untuk gadis tersebut tetapi gadis itu malah menghianati Erlangga, sungguh menyedihkan.

"Saran gue lo jangan kek terouma gitu deh karena semua orang itu beda cuy, contoh simpel nya aja gue sama lo beda kan? Selain dilihat dari muka beda dari sifat dan perilaku juga. Bedanya gue orangnya males suka main game sedangkan lo rajin dan hoby baca buku," jeda Rian "Jadi come on boy ayo berubah tunjukkan kalo lo beneran cowok tunjukkan kalo lo itu normal gue yakin semua orang yanga ada di sekolahan ini berfikiran kalo lo nggak normal deh. Soalnya lo nggak pernah merespon cewek manapun kecuali nyokap sama kakak lo," lanjutnya Rian panjang lebar memberi saran dengan sangat bijak.

"Si Rian kenapa jadi sok bijak gini sih? Geli gue dengernya," batin Elang

Rian melepas rangkulannya lalu ia pergi keluar meninggalkan Elang sendiri.

"Inget dan jalani saran gue Lang! Gue yakin itu akan buat lo lebih baik," pesan Rian sebelum pergi.

"Haruskah gue ngerespon gadis gila itu? Tapi gue benci sama sifatnya yang menjijikan itu." gumam Elang

Your'e Mine [Tahap Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang