Sick

5.8K 434 11
                                    

Sudah seminggu Jennie di rawat di Rumah Sakit, keadaannya sudah mulai membaik, hanya saja masih menggunakan kruk. Siang ini Jennie sudah di perbolehkan Dokter untuk pulang. Bahkan Jennie dan Mino semakin dekat.

"Apa semuanya sudah selesai ?" Tanya Tn. Kim pada istri dan anaknya yang sedang mengemasi barang-barang putri Bungsunya.

"Tunggu sebentar yeobo" balas istrinya.

Sedangkan Jennie hanya duduk di sofa sambil memainkan ponselnya. Sudah seminggu itu dia berusaha menghubungi Lisa namun sama sekali panggilannya tidak di jawab Barbie itu.

"Ada apa dengan mu Baby ?" Tanya sang ayah yang melihat wajah sedih putri bungsunya.

Menghela nafas. "Hmm aku tidak apa-apa Appa" Lirihnya. Yang terus melihat ke arah pintu, berharap Lisa datang untuk ikut mengantarnya pulang ke rumah. Jennie sudah mengirim pesan terlebih dahulu pada Lisa.

"Apa kau menunggu seseorang Baby" ucap sang ayah lembut membelai kepala putrinya, perlahan duduk di samping putri Bungsunya.

"Apa kau menunggu Mino, kita akan menunggunya, sekalian kita ajak dia makan bersama" timpal sang ibu. Jennie menggelengkan kepalanya. Sementara ibu dan ayah itu merasa bingung dengan sikap putri Bungsu mereka.

"Kalau kau menunggu Lisa itu akan sia-sia, sudah berapa kali ku ingatkan pada mu jangan melakukan hal yang sia-sia" ucap Jisoo yang telah selesai membersihkan barang-barang adiknya.

"Lisa,,,,,, siapa dia ?" tanya sang ayah.

"Dia..adala......."

"Kajja, kita harus pulang sekarang" Ny. Kim menghentikan aksi tanya jawab itu.




"Rose apa kau bersama Lisa ?" Tanya gadis bermata kucing itu pada Gadis Aussie

"Tidak Eonnie, terakhir kali kami bertemu di Rumah Sakit saat menjenguk mu" jelas Rose di sebrang Telpon. "Kenapa Eonnie tidak bertanya pada Dubu saja, hmm maksud ku Dahyun, mereka kan hampir 24 jam bersama" lanjutnya tertawa.

"Ahh, kau benar, aku juga memikirkan hal yang sama, tapi aku tidak memiliki nomor ponselnya." Ucap Jennie.

"Akan akan mengirimkannya padamu, segeralah hubungi dia, aku ingin makan Eonnie"

"Terimakasih" balas Jennie.



Setelah mengakhiri panggilan dengan gadis Aussie itu, Jennie langsung menelpon Gadis Tahu itu.

"Nuguseyo" Tanya gadis putih itu di telpon

"Annyeong Dahyun, aku Jennie" jawab gadis bermata Kucing itu ramah

"Oh,, ada apa Eonnie" tanya Dahyun

"Kau sedang berada di cafe, apa kau bersama Lisa ?" Tanya Jennie. Pasalnya dia memang mendengar suara mesin kopi espresso.

"Tidak Eonnie, dia sudah seminggu ini tidak datang ke Cafe, bahkan dia tidak ada di Apartemennya. Dia tidak pernah menjawab panggilan ku, dan beberapa menit yang lalu aku menelponnya kembali, tapi nomornya sudah tidak aktif" jelas Dahyun, "Hmm,, Eonie maaf, aku memiliki banyak pengunjung disini." Dahyun kembali menjelaskan.

"Gomawo, maaf sudah mengganggu mu" balas Jennie.



Dahyun POV

Sudah seminggu ini aku sendirian di cafe, aku tidak tau dimana Lisa berada sekarang ini, apa dia pulang ke Thailand ?, tapi tidak mungkin. Dia biasanya akan memberi tahukan ku terlebih dahulu. Aku sangat mengkhawatirkannya, terlebih lagi sekarang Nomornya sudah tidak aktif. Aku tidak mengerti kenapa dia tidak menjawab panggilan ku. Tapi aku yakin pasti terjadi sesuatu padanya. Aku merasa jadi sahabat yang buruk saat ini. Terlepas dari itu aku merasa tubuh ku akan remuk, di karenakan aku harus mengurus kuliah ku dan Cafe sendiri, biasanya kami saling membagi waktu untuk istirahat, jika sedang ramai pengunjung maka kami berdua yang turun tangan. Sepertinya kami akan mencari pegawai baru untuk membantu kami. Sebenarnya bisa saja aku tidak membuka Cafe, tapi aku tidak ingin mengecewakan pelanggan kami. Di tambah lagi Sana, kalau disaat dia menginginkan aku menemuinya, aku harus segera sampai di hadapannya, apa dia pikir aku bisa menghilang. Sebenarnya aku sangat menyukai sifatnya yang manja, bahkan sering bersikap seperti anak kecil. Tapi di sisi lain, saat aku mencoba menjelaskan keadaan, dia seolah seperti anak kecil yang tidak bisa mengerti. Bahkan aku merasa dia terlalu kekanak-kanakan. "Astaga ternyata sudah laru malam, aku baru sadar kalau seharian ini aku cuma mengisi perut ku dengan Roti." Aku memutuskan untuk menutup Cafe, sebaiknya aku makan di rumah saja. Sial,, hari ini aku tidak membawa mobil. Aku harus segera menuju halte sebelum Bus melewati Halte. Aku berlari agar cepat sempai di halte. Aku sangat lapar, lelah. Aku merasakan pusing, bahkan aku berkeringat dingin dan sekarang penglihatan ku kabur.

Brukk

Seseorang gadis remaja sedang berjalan memasukkan tangannya ke dalam saku mantelnya. Entah sudah berapa lama dia berjalan tanpa memiliki tujuan, padahal sudah larut malam

"Chogiyo,, kenapa kau tidur disini ?, Ohh,, apa dia pingsan." Gadis remaja itu terus menepuk-nepuk bahu seseorang yang baru di temukannya tergeletak di jalan, sesekali menggunjang tubuhnya. "Bagaimana ini apa yang harus ku lakukan." Tanpa pikir panjang lagi dia memberhentikan taksi yang sedang sedang melintas, meminta sopir untuk membawa mereka ke Rumah Sakit. Beruntung taksi itu lewat, pasalnya jalanan sudah sepi.



Di perjalan Gadis remaja tersebut memberanikan diri untuk memasukkan tangannya ke dalam saku, mengambil Ponsel gadis yang belum sadarkan diri itu. Mencoba untuk menghubungi keluarganya. Dia memeriksa panggilan terakhir. Pertama dia mencoba menghubungi Stupid Manoban. Yaa, itulah nama kontak yang berada di panggilan terakhir.

"Aisss, kenapa tidak aktif, dasar tidak tau situasi dan kondisi" gadis tersebut menggerutu. Mencoba untuk menelpon kembali kontak selanjutnya yang berada di panggilan terakhir. Akhirnya seseorang tersebut menjawab panggilannya.



Setelah di tangani di IGD kini Gadis tersebut sudah di pindahkan di ruang rawat inap VVIP, bahkan sekarang dia sudah sadarkan diri. Tidak ada sakit serius yang di alaminya, hanya saja dia terlalu kelelahan, di tambah lagi makannya yang tidak teratur. Seseorang Dokter memeriksa TTV (Tanda-tanda Vital Sign), setelah memastikan semuanya normal Dokter tersebut berencana akan meninggalkan ruangan. Sebelum meninggalkan pasiennya sang Dokter menjelaskan terlihat dahulu keadaan pasiennya, di karenakan sang pasien hanya sendiri di ruangan, alhasil Dokter menjelaskannya langsung pada pasiennya.

"Terimakasih Dokter" ucapnya tersenyum ramah.

"Sama-sama". Balas sang Dokter. "Permisi, Aku harus segera pergi" lanjut Dokter menjelaskan.

"Hmm Dokter, siapa yang membawa ku kesini" tanyanya, sedikit merasa bersalah, sebab Dokter itu harus pergi.

"Aku tidak mengerti, aku memeriksa saat kau sudah berada di IGD, nanti akan ku tanyakan pada Perawat yang bertugas" jawab Dokter tersenyum.

"Hmm, aku lapar Lirihnya" tapi masih bisa di dengar oleh Dokter cantik tersebut. Sang Dokter berusaha menyembunyikan wajahnya yang sedari tadi tersenyum melihat gadis yang sedang duduk di bed Rumah Sakit itu. Dengan segera Dokter tersebut menghampiri meja, mengambil makanan yang  sudah di sediakan oleh pihak Rumah Sakit. Menyuapinya hingga habis.

"Kurasa aku sudah meluangkan banyak waktu ku untuk mu, aku harus pergi" ucap Dokter cantik itu.

"Terimakasih" ucapnya ramah



Saat sudah berada di luar kamar rawat tersebut sang Dokter terus tersenyum. Hingga akhirnya dia berpapasan dengan gadis remaja.

"Apa kau keluarga pasien itu ?" Tunjuknya ke arah ruangan yang baru saja di datanginya"

"Iya Dokter" balasnya.

"Masuklah, kau jangan pergi terlalu lama, pasein perlu pengawasan, dia akan kesulitan jika menginginkan sesuatu." Jelas sang Dokter.

"Baik Dokter" ucapnya memasuki ruangan tersebut.

"Baik Dokter" ucapnya memasuki ruangan tersebut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Thanks My Readers-Nim ❤️

Follow, Vote, Koment untuk Lanjut
Saling Menghargai.

Cool Manoban (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang