Flashback 2

4.8K 381 23
                                    

Lisa POV

"Maaf membohongi mu Honey" Lirih Irene dengan air mata yang terus mengalir di wajah cantiknya. Aku benci melihatnya menangis, aku tidak pernah membiarkan dia menangis, kecuali menangis kerena bahagia. Rasa kecewa ku yang begitu besar hingga aku membiarkan air matanya terus mengalir. Aku hanya menatap lurus kedepan tanpa menjawab perkataannya. Ia menarik-narik tangan kiri ku, berusaha agar aku melihatnya.

"Kenapa kau tega melakukannya ?" Tanya ku dengan datar, aku tetap memandang lurus ke depan.

"Maaf, aku benar-benar menyesal" Lirihnya. "Jangan tinggalkan aku. Aku Mencintaimu, ayo pukul aku, tapi ku mohon jangan tinggalkan aku" Irene memohon mengarahkan tangan ku untuk menamparnya. Hati ku terasa sakit, rasanya ribuan belati menghujamnya.

"Kau tau aku bukan orang yang suka menggunakan kekerasan, apalagi terhadap mu" Ungkap ku, yang tetap tidak melihatnya.

"Lantas apa yang harus ku lakukan agar kau memaafkan ku ?" Tanya Irene. Aku tetap dengan diam ku. "Maaf Honey, ku mohon apa yang harus ku lakukan, bicaralah" Ucapnya terisak. "Aku takut itu akan merusak karir ku" Lanjutnya yang masih terisak. Aku tertawa sinis mendengar penjelasannya.

"Kau mengorbankan ANAKKU demi karir mu" Aku menekankan kata ANAKKU agar dia tau aku sangat kecewa atas tindakannya. "Aku tidak percaya ini, wanita yang ku anggap selembut Malaikat tega menyakiti anak ku." Aku memukul-mukul kepala ku dengan tangan kanan ku yang sedari tadi mengepal. Irene mendekap tubuh ku.

"Ku mohon jangan sakiti dirimu sendiri, hiks,, pukul saja aku" Irene tidak henti-hentinya menangis. "Tolong katakan apa yang harus ku lakukan untuk mendapatkan maaf mu" Pinta Irene menenggelamkan wajahnya di leher ku. Aku merasakan air matanya menetes di leher ku.

"Aku akan memaafkan mu, jika anak ku baik-baik saja." Ungkap ku. Besok pagi kita harus memeriksakan kandungan mu, untuk memastikan kalau anak ku, baik-baik saja, aku tidak peduli dengan jadwal syuting mu besok pagi" Tegas ku. Besok pagi Irene memiliki jadwal syuting. Irene melepaskan pelukannya, menghapus sendiri air matanya, biasanya aku akan melakukannya. Ia mengangguk untuk membalas perkataan ku. Aku berlalu meninggalkannya ke kamar mandi. Aku duduk di closet, merenungkan apa yang baru saja terjadi, aku menumpahkan air mata ku disana, setelah itu aku membasuh wajah ku di wastafel untuk menghapus air mataku.

Aku keluar dari kamar mandi, Irene duduk di atas tempat tidur. Ia menghampiri ku, berusaha ingin membersihkan wajah ku, ia akan melakukannya jika kami tidur bersama. Aku menepis tangannya. Berjalan ke arah tempat tidur, mengambil bantal.

"Kau akan tidur dimana Honey ?" Tanya Irene bingung

"Akan akan tidur di sofa" jawab ku datar. Irene menahan lengan kanan ku.

"Tidurlah bersama ku" Pinta Irene dengan mata yang berkaca-kaca.

Lagi-lagi aku menepis tangannya "Aku tidak ingin tidur dengan orang yang ingin membunuh anak ku" balas ku datar, tanpa melihatnya.

"Apa aku seburuk itu di matamu ?" Ucapnya kembali meneteskan air matanya. Aku berjalan ke arah sofa tanpa menjawab pertanyaannya. Aku berbaring di sofa memandang langit-langit. Aku meneteskan air mata ku, mengingat bagaimana sakitnya anak ku. Kenapa Irene tega menyakitinya, padahal aku sangat menantikan anak ku hadir dalam kehidupan kami. Aku mendengar Irene menelpon Manajernya bahwa besok ia tidak bisa untuk melakukan syuting.

Cool Manoban (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang