Bab 6 : Si Serigala

3.1K 297 2
                                    

Edith memandang mata Si Serigala lalu memberikan senyuman nipis. "Seorang pengamal posyen," jawabnya.

"Uhuk!" Si Serigala muntah darah setelah itu, darah menetes dari balik topengnya.

"Oh, tidak!" Edith menahan nafas, terkejut melihat keadaan itu. Tidak boleh jadi ini! Kalau terlambat, lelaki ini akan mati! Dia langsung bangkit dan berlari ke arah rak di sebelah kanan kedainya. Dua laci dari atas ditarik dengan cepat, diikuti dengan mengambil sebuah botol kaca. Kemudian, dia membuka kabinet di atas kepalanya dan mengambil dua botol kaca lagi dengan satu tangan.

Si Serigala memegang dadanya yang terasa sakit, matanya terfokus pada mata pedang. Dia merasakan topeng di wajahnya hendak ditarik jauh darinya. Secara refleks, dia mengangkat tangan dan memegang topengnya agar tetap di wajahnya.

"Apa yang kau cuba lakukan?" marah Si Serigala tanpa ampun.

Edith mengerutkan kening tidak mengerti. "Tanggalkanlah. Bagaimana awak nak minum ubat ini jika tidak dibuka?" serunya dengan nada marah. "Racun itu sudah merajalela di dalam tubuh awak . Jangan nak banyak bunyi, boleh tak?"

"Aku boleh menanganinya sendiri," tegas Si Serigala.

"Saya tahu semua ini tiba-tiba dan aneh. Tetapi percaya la, saya cuma mencuba membantu diri saya sekarang. Jika awak tidak ingin membantu dirimu sendiri, terserah pada awak. Tetapi saya harus melalukan ini...." dorong Edith untuk melepaskan topeng.

"Apakah kau ingin mati begitu saja?" desis Si Serigala dengan wajah bengang. Dia menepis tangan Edith dari topengnya.

"Seharusnya saya yang bertanya pertanyaan itu pada awak. Sudah lepaskan sekarang!" dengan kasar, Edith meraih topeng itu dan mencuba melepaskannya dari wajah Si Serigala.

Si Serigala yang tidak menjangka hal itu terjadi terlambat untuk menghindari. Akhirnya, mereka berdua bertatapan di situ, seperti tidak percaya bahawa Edith masih hidup. Seakan tidak terjejas selepas menatap wajahnya.

Edith menatap wajah pucat dan berdarah di depannya, lalu menunduk untuk membuka penutup botol posyennya. "Minumlah ini....." ujarnya, menyodorkan botol posyen Neutral Racun ke arah mulut Si Serigala.

Si Serigala, agak terkejut dengan reaksi Edith, melihatnya dengan mata terbelalak. "Kau... kau tidak apa-apa?" tanyanya tergagap.

"Apa yang awak cakapkan sejak tadi? Tentu saja saya baik-baik saja. Awak yang sedang terluka sekarang, bukan saya. Minumlah sekarang..." Edith mendekatkan botol posyen berperisa mint ke bibir Si Serigala, tetapi mulut itu tetap terkatup.

Jengkel dengan situasi tersebut, Edith memegang pipi Si Serigala dan mencuba membuka mulutnya. Dengan susah payah, mulut itu terbuka. Edith menuangkan isi posyen itu ke dalam mulut Si Serigala.

Si Serigala meneguk posyen berperisa mint dengan susah payah, terbatuk-batuk karena terkejut dan tersedak. Edith memukul belakangnya untuk meredakan rasa tersedak itu. Syukurlah lelaki ini sudah minum.

Setelah Si Serigala pulih dari tersedaknya, dia mengesat mulutnya dengan belakang tangan sambil memandang Edith. Dia masih tidak percaya dengan apa yang baru saja dia lihat. Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, manusia tidak mati setelah melihat wajahnya.

"Siapa kau sebenarnya?" tanya Si Serigala, nafasnya masih berat. Rasa sakitnya mulai mereda, tidak sesakit seperti sebelumnya.

Edith menatap wajah lelaki di depannya dengan perasaan tergagap. Bagaimana mungkin dia memberi tahu bahwa dia tahu apa yang terjadi melalui mimpi? "Edith Winter. Pengamal Posyen dan pemilik kedai ini," ujarnya.

"Tidak... bukan itu maksud aku... maksud aku... siapa sebenarnya kau? Mengapa kau masih hidup setelah melihat wajah aku?" tanya Si Serigala lagi.

Hah? Edith menatapnya bingung. Apa maksudnya? Apa yang dimaksudkan masih hidup? Siapa lelaki di depannya ini sebenarnya? Edith melihat topeng Serigala di tangan. Itu adalah topeng Serigala. Bukan Musang, bukan beruang. Bukan kucing. Jadi, bukan Grim Reaper. Benar?

"Pandang aku sekarang..." Si Serigala memegang pipi Edith dan memaksa matanya memandanginya.

Mata Edith terbelalak lebar karena terkejut melihat perubahan ini. Apa yang baru saja terjadi? Dia ingat mimpi menyuruhnya menyelamatkan lelaki ini. Apakah dia salah? Tanpa berkedip, dia menatap wajah kacak di depannya. Mencuba mencari tahu apa yang diinginkan lelaki ini darinya.

Seolah-olah baru melihat orang mati hidup kembali, Si Serigala menggelengkan kepalanya dengan takjub setelah Edith tetap normal tanpa perubahan apapun yang menimpanya. Tidak sesak nafas. Tidak menjadi batu. Masih hidup! Apakah dia salah melihat? Atau hanya ilusi semata?

DING! DING! Tiba-tiba, bunyi loceng peringatan dari istana mulai terdengar dari luar.

Kepala Edith segera berpaling untuk melihat ke luar dinding kaca kedainya. Dia terkejut dengan bunyi itu.

Si Serigala, mendengar bunyi itu, segera bangkit dari tempatnya. Dia mengambil topeng Serigalanya dan memasangkannya ke wajahnya. "Terima kasih atas pertolongannya," ujarnya saat dia berusaha bangkit.

Edith menatapnya dengan kening terangkat. "Tapi luka awak tu masih belum di rawat."

Si Serigala menunduk untuk memandang wajah Edith dengan perasaan yang rumit. "Aku boleh uruskannya sendiri." katanya sebelum bergerak ke arah pintu kedai.

Edith bangkit dari duduknya, memperhatikan Si Serigala berlari keluar dari kedainya dengan riak tercengang.

Apa yang sedang terjadi? Apakah dia salah faham dengan mimpi itu? Tapi rasanya benar! Dia tahu dia bermimpi sebagai lelaki tadi dan mengalami luka. Mimpi itu menyuruhnya untuk membantu lelaki itu, bukan?

24. The Grimm ReaperWhere stories live. Discover now