35 - Pernyataan

7.4K 878 182
                                    

Setelah beberapa menit berlalu, akhirnya Kezya dan Karel sampai di depan toko ATK dekat sekolah. Hal pertama yang dilakukan Kezya adalah menengokkan kepalanya ke arah halte sekolah untuk memastikan sesuatu yang mengganggunya sedari tadi.

Saat Kezya melihat ke arah halte, matanya membulat dan jantungnya berdetak dengan sangat cepat. Kezya tidak percaya dengan yang dilihatnya saat ini. Bahwa Devan masih menunggunya di halte.

Kezya meremas kedua tangannya. Kakinya tidak berhenti bergerak. Bahkan tangannya sudah berkeringat. Kezya terus melirik ke arah halte namun kemudian menundukkan kepalanya menatap kedua tangannya yang diremas. Tiba-tiba Karel mengucapkan sesuatu yang membuat Kezya mengalihkan perhatiannya.

"Mau gua aja yang ngomong?" tanya Karel.

Kezya langsung menatap Karel dengan tatapan kaget dan tajamnya. "Gak, nanti abang ngomong yang macem-macem." jawab Kezya.

"Macem-macem apaan sih? Masa gua bilang 'Mbak, beli obat kuatnya.', masih waras gua." ucap Karel.

Kezya mengerjapkan matanya karena ternyata dia sudah salah sangka. Dia mengira Karel membicarakan tentabg Devan, namun ternyata Karel menawarkan untuk membelikan peralatan untuk sekolahnya ke toko alat tulis.

"Gak usah, biar Key aja sendiri." balas Kezya yang kemudian turun dari mobil.

Pintu mobil akhirnya terbuka. Kezya melangkahkan kakinya ke toko ATK, namun matanya sesekali melirik ke arah halte. Kezya masuk ke dalam toko, dia berjalan ke arah rak-rak yang terdapat banyak sekali alat tulis. Namun Kezya tidak tahu untuk apa dia kesini. Kezya akhirnya hanya berjalan mondar-mandir mengelilingi rak sembari berpikir. Rak demi rak telah Kezya lewati, namun tidak satupun barang yang dia ambil untuk dibeli. Hingga akhirnya Karel menghampirinya.

"Lo lagi ngapain sih dek? Lama amat kaya lagi pake make up." tanya Karel yang sudah bosan menunggu dan kesal melihat Kezya yang hanya mondar-mandir.

"Key lagi cari kuas, gak ketemu terus." alibi Kezya. Untung saja otak Kezya cepat tanggap dalam hal berbohong.

Karel tidak membalas ucapan Kezya. Dia mengedarkan pandangannya dan setelah itu dia menatap ke arah Kezya dengan malas.

"Nih apaan?" tanya Karel menyindir sembari menunjuk ke arah rak depan mereka.

"Oh iya, Key gak liat. Makasih ya bang." balas Kezya yang kemudian mengambil satu paket kuas di depannya.

"Kuas buat apaan? Bukannya kelas 10 bahas seni musik ya bukan seni rupa." ucap Karel.

"Beda zaman." balas Kezya seenaknya.

Karel hanya mengangkat alisnya dan kemudian berjalan tak acuh.

"Apa lagi?" tanya Karel.

"Hmm udah kayanya." jawab Kezya yang masih memikirkan nasib uangnya jika harus membeli banyak peralatan alat tulis untuk berbohong.

"Padahal kuas doang di tukang kue cubit juga ada." ucap Karel.

"Buat apaan tukang kue cubit punya kuas?" tanya Kezya yang heran dengan Karel.

"Buat olesin minyak lah. Gak pernah beli kue cubit sih lo. Kampungan." jawab Karel seenaknya.

Kezya melirik Karel dengan malas. Dia tidak mengerti dengan jalan pikiran Karel. Meskipun mereka berasal dari rahim yang sama, namun Kezya tidak pernah bisa mengerti pemikiran random dari Karel.

Tanpa mempedulikan Karel, Kezya berjalan ke arah kasir untuk membayar kuas yang dia beli. Karel sudah berjalan keluar toko dan menunggu Kezya di luar toko. Setelah membayar, Kezya berjalan ke arah luar dan langsung melirik ke arah halte.

My Annoying KetosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang