29 - Rencana

6.8K 844 159
                                    

Kezya bangun dari tidurnya, kemudian dia langsung mengecek handphonenya. Namun, setelah Kezya mengeceknya dia mengeluarkan napas dengan keras, Devan sama sekali tidak membaca pesannya. Kezya kemudian mencoba menelepon Devan, berharap jika handphone Devan aktif. Namun harapan Kezya tidak terkabul karena Devan sama sekali tidak mengaktifkan handphonenya.

"Pengen gua getok rasanya kepala kak Devan." ucap Kezya kesal.

"Gua juga kenapa harus bohong dari awal. Tau kaya gini mending gua jadi burung merpati lagi." dumal Kezya yang menyesali keputusannya.

Kezya akhirnya bangun dari tidurnya, dia berjalan ke arah kamar mandi. Kezya akan menjelaskan semuanya kepada Devan di sekolah.

***

Sesuai rencana semalam, Kezya berangkat ke sekolah dengan terlambat. Rencana lainnya adalah Kezya menyuruh Karel untuk tidak kesiangan untuk mengurangi kesalah pahaman Devan. Dengan hati yang terpaksa akhirnya Karel mengikuti perintah Kezya dengan syarat saat nanti di rumah, Kezya harus membelikan nasi goreng yang selalu lewat saat malam hari.

Kezya turun dari mobil Karel dan berjalan dengan sangat pelan, sedangkan Karel langsung melajukan mobilnya ke sekolah agar tidak terlambat sesuai rencana. Jika situasinya memungkinkan, Kezya akan langsung memberitahu Devan jika Karel adalah abangnya.

Guru penjaga sudah melambaikan tangannya, bukannya mempercepat jalannya, Kezya malah memperlambatnya karena masih ada waktu 2 menit sebelum jam 7.

"Bunda maafin Key ya, ini gara-gara ajaran ayah sama abang." ucap Kezya yang merasa bersalah kepada bundanya karena dia sering terlambat.

Dalam hati Kezya, dia berjanji ini akan menjadi terakhir kalinya dia terlambat. Jika dia tidak khilaf.

Akhirnya Kezya sampai saat gerbang sudah ditutup. Dia tersenyum ke arah guru penjaga dan berjalan ke arah pos tempat Devan berada.

Kezya sudah berada di depan Devan, dia tersenyum ke arah Devan yang malah sibuk mengerjakan sesuatu sehingga Devan tidak menatap ke arah Kezya.

"Kak, ak-" ucap Kezya terpotong karena tiba-tiba Devan pergi menghampiri guru penjaga.

Kezya menghembuskan napasnya dengan kasar. Devan benar-benar menghindarinya, bahkan Devan sama sekali tidak mau menatapnya.

Sudah beberapa menit berlalu namun Devan masih berbicara dengan guru penjaga. Akhirnya Devan selesai berbicara dan dia berjalan ke arah murid yang kesiangan bersama guru penjaga di depannya.

"Setelah menulis di buku poin, kalian boleh masuk ke kelas." perintah guru penjaga yang membuat Kezya membulatkan matanya.

"Gak ada hukuman?" tanya Kezya secara tidak sadar yang langsung menutup mulutnya sendiri.

Murid lain menatap Kezya dengan tajam, sedangkan Kezya menatap mereka dengan tatapan yang seolah mengatakan permintaan maaf.

"Mau dihukum?" tanya guru penjaga.

"Ngga pak." jawab murid yang lainnya.

"Cepat masuk ke kelas." perintah guru penjaga.

Murid-murid yang sudah menulis di buku poin akhirnya pergi ke kelasnya masing-masing. Sedangkan Kezya menunggu semua orang pergi dan kemudian dia akan berbicara kepada Devan.

"Lagi ngapain kamu? Tunggu dihukum?" tanya guru penjaga yang melihat Kezya hanya berdiri saja.

"Eh itu pak, saya belum nulis di buku poin." alibi Kezya.

Kezya terus memperhatikan Devan yang masih berada di samping guru penjaga. Dia ingin sekali menarik Devan dan berbicara dengannya. Akhirnya hanya tinggal 2 orang lagi yang masih berada di pos. Sebenarnya tadi Kezya sudah menulis, namun dia akan menulis lagi demi mengulur waktu. Kezya menulis dengan lambat, agar hanya dia yang tersisa di sini. Murid-murid lain akhirnya sudah tidak ada di pos dan hanya tersisa Kezya.

"Sudah selesai belum?" tanya guru penjaga.

"Iya pak udah." jawab Kezya agar tidak menimbulkan kecurigaan.

"Ya sudah cepat pergi ke kelas." perintah guru penjaga.

Dengan perasaan yang bimbang, Kezya melangkahkan kakinya ke arah kelasnya. Saat baru beberapa langkah, Kezya membalikkan tubuhnya dan berjalan kembali ke arah Devan. Kezya memutuskan untuk berbicara dengan Devan sekarang.

Kezya sudah berada di hadapan Devan. Devan menatap Kezya dengan datar, sedangkan guru penjaga yang berada di samping Devan menatap Kezya dengan bingung.

"Ada apa lagi ini?" tanya guru penjaga.

"Pak, saya boleh pinjem kak Devannya sebentar gak?" ucap Kezya.

"Emang kamu gak ada kelas?"

Kezya tersenyum kikuk saat mendengar pertanyaan dari guru penjaga. Jika dia berbohong, urusannya akan semakin panjang. Namun jika dia jujur, dia tidak yakin akan diizinkan untuk mengobrol dengan Devan.

"Ya ada sih pak."

"Cepat pergi ke kelas."

"Tapi pak, saya punya urusan yang penting banget sama kak Devan."

"Saya juga punya urusan yang sangat penting dengan Devan."

Kezya mengerucutkan bibirnya, dia juga tidak lagi membalas perkataan gurunya. Dia masih waras untuk tidak mengajak perang gurunya.

"Mau saya jewer kamu kalau masih disini?" tanya guru penjaga yang membuat Kezya membulatkan matanya.

"Pak." ucap Kezya sembari menatap dengan tatapan memohon berharap gurunya dapat mengizinkan dia berbicara dengan Devan.

"Sini kamu." ucap guru penjaga sembari bersiap untuk menjewer telinga Kezya.

Kezya menutup kedua telinganya dan menghindar dari gurunya. Sedangkan guru penjaga tersebut malah mengejar Kezya dan membuat Kezya berlari menuju kelasnya.

"Kak Devan pulang sekolah aku mau ngomong." teriak Kezya sembari berlari menghindari gurunya.

***

Bel pulang sekolah telah berbunyi. Kezya menunggu di kelasnya hingga orang-orang pulang dan setelah itu dia akan pergi ke kelas Devan.

"Gua duluan Key." pamit Tiara sembari menggendong tasnya.

"Bye." balas Kezya sembari melambaikan tangannya.

Kezya masih duduk di bangkunya sembari menyiapkan penjelasan yang akan dia berikan kepada Devan. Devan benar-benar masih mematikan handphonenya, bahkan Kezya tadi sudah mencari Devan seperti kemarin saat jam istirahat namun Kezya masih tidak melihat Devan.

Kezya berharap Devan mendengar ucapannya tadi pagi dan sedang menunggunya sekarang.

***

Devan mengetuk-ngetuk pulpennya ke meja. Dia merasa ada sesuatu yang salah dengannya. Dia juga merasa untuk apa dia melakukan ini semua.

Kelas Devan hanya tersisa beberapa orang karena sedari tadi bel pulang sudah berbunyi. Devan membereskan barang-barang dan memutuskan untuk menemui Kezya sekarang.

"Woy Dev." sapa seseorang dari arah belakang Devan.

Devan menengok ke arah temannya yang bernama Nathan, kemudian Devan mengangkat alisnya sebagai respon untuk Nathan.

"Gua denger katanya lo ngakuin Kezya pacar lo depan orang-orang." ucap Nathan yang membuat Devan menatapnya dengan datar.

"Apa itu bagian dari rencana juga?" lanjutnya.

***

Hai, sengaja nih chapter ini aku gantung biar kalian penasaran wkwkwk. Selamat membaca.

12 Agustus 2020

My Annoying KetosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang