My Cold Ketos

- p u l a n g -

"Woy, bangun anjir. Kebo banget sih lu Dev."

"Dev, woy lah. Bini lo udah sadar njir, mau gue ambil?"

Dev pun terbangun dari mimpi sialan itu, ia sangat bersyukur karena kejadian itu hanyalah mimpi semata.

"Lo kenapa sih? Kok keringetan gitu? Padahal kamar gue ada AC nya."

"Gak papa, tadi kata lo Zaa udah sadar?"

"Iya, tadi gue di kasih tau si Tata. Mau kesana sekarang?"

"Iya," ujar nya sambil bangkit dari duduk nya. Kemudian ia memakai jaket kebanggaan milik Baldev.

"Tungguin elah, punya temen gini banget."

¤¤¤

"Lo beneran gak papa Zaa?"

"Gak papa Meer, ini udah ke sepuluh kali nya loh lo nanya kaya gitu. Sekali lagi nanya gue jitak lo."

"Kan kita khawatir Zaa, lo tuh ngeselin banget sih."

"Apa? Gue tau kok gue imut, makasih"

"Otak lo geser ya selama pingsan dua hari non-stop?" ujar Zanitha ngasal.

"Gak gitu, kalian gak hormat banget sih sama ratu sendiri."

"RATU KEBO!" ujar mereka serempak.

Mereka pun tertawa melihat ekspresi Zaa yang tengah mencebik kan bibir nya kesal.
Saat mereka sedang bercanda ria, pintu ruangan Zaa terbuka dan menampilkan sosok laki-laki yang tak lain dan tak bukan adalah Radeva, sang suami.

Mereka yang mengerti situasi saat ini pun pamit keluar dan mempersilah kan Dev untuk berbincang dengan Zaa.

"Kita keluar dulu ya, gak pulang kok tenang aja."

"Iya."

Mereka pun keluar dari ruangan itu yang saat ini hanya menyisakan Dev dan Zaa saja.

"Gimana keadaan lo?"

"Udah mendingan," ujar Zaa dengan senyuman nya.

"Maaf,"

"Karena?"

"Lagi-lagi gue gak bisa jagain lo,"

"Ini bukan salah lo, tapi ini takdir." ujar Zaa sambil mengelus punggung tangan suami nya itu.

"Masih ada yang sakit?" tanya Dev perhatian.

"Kepala gue masih sedikit sakit." ujar nya jujur.

Dev pun bangkit dari duduk nya dan langsung mengelus pelan kepala Zaa dengan lembut.

"Disini?" tanya Dev.

"Ke kiri sedikit, nah di situ."

Dev pun memijat pelan di bagian kepala yang di bilang oleh Zaa.

"Makasih."

"Sama-sama, sekarang lo istirahat aja."

Tapi Zaa menggelengkan kepala nya, tanda ia tidak mau.