Chapter 04: Yura's Cheese Cake Delivery

123 70 93
                                    

[Edited]

"YA, SHIN JIYEON BAGSANIM!" teriak Seongkyung.

–––––––––––––––––––
*Bagsanim : Dokter
–––––––––––––––––––

Sementara Jiyeon langsung menghempas lengan laki-laki itu dengan amat kasar ketika keduanya sudah berada di lorong yang cukup sepi.

"KAU!!!" balas Jiyeon berteriak sedetik setelah laki-laki itu berteriak padanya.

Keduanya terdiam seraya mengatur napas.

"Kau mengikutiku?"

Jiyeon melengos. "Bagsanim? Siapa yang kau panggil, huh? Kakakku? Shin Soyeon? Cuih!"

Kali ini Seongkyung yang melengos tajam seraya tertawa sarkas. "Shin Soyeon? Kakakmu?"

"Persetan."

"Jadi aku salah mengira maksudmu, Shin Jiyeon-ssi?"

"Shut up–!"

"Kalau kau tidak mau aku mempedulikannya, abaikan...!" desis Seongkyung tajam, membisik di telinga kanan Jiyeon sembari melangkah maju dan mencengkeram tangan Jiyeon kasar ketika gadis itu mencoba mengangkat tangan untuk menamparnya.

"Ini urusanku, dan adik seorang dokter tidak akan pernah mengerti–"

"Kau iri padanya?" tukas Jiyeon cepat. Mengalihkan pandangannya ke wajah yang berada nyaris satu jengkal dari wajahnya.

Seongkyung memasang raut wajah apa-kau-bilang? dengan kentara. Melihat jawaban yang tampaknya benar itupun, Jiyeon seketika mengembangkan tawa sinisnya.

"Sesuatu yang terus menganggumu, serta sesuatu yang tidak mampu kaumiliki, kau jelas iri. Itu sebabnya kau melakukannya. Benar begitu, Baek Seongkyung?"

Laki-laki itu tak bereaksi. Sementara raut wajah tenangnya masih senantiasa berada di sana.

Sedetik kemudian ia jauhkan tubuhnya seraya menghempas lengan Jiyeon seraya berkata, "Lalu apa maumu sekarang?"

"Kendalikan emosimu!!"

Setelah berkata begitu, Jiyeon segera melenggang sembari menabrak punggung Seongkyung dengan kasar hingga membuat laki-laki itu termundur beberapa langkah.

Kuat sekali!

***

Saat ini seisi kelas 2-1 sedang melakukan aktivitas merangkum buku paket bahasa Korea. Suasana kelas unggulan itu tampak hening karena mereka sibuk dengan rangkuman mereka.

Kyungyeon yang sedang asyik menulis tiba-tiba saja kehabisan tinta pulpennya yang mengharuskan gadis itu untuk mengocok pulpen tersebut.

Ia coba untuk menggoreskan penanya ke atas kertas, tapi nihil. Pulpennya macet.

Akhirnya ia merengut lalu menoleh ke arah laki-laki yang duduk di sampingnya itu dengan wajah ogah-ogahan.

"Hei," panggilnya. Namun laki-laki yang dipanggil tak mengindahkannya. "Ada pulpen tidak?"

"Tidak ada," sahut laki-laki Baek itu singkat, padat, dan jelas.

Kyungyeon mencemberutkan bibirnya. "Kalau pensil?"

"Tidak ada."

A Light From You [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang