Chapter 45: Please, Save Me.

43 23 27
                                    

[Edited]

"That's me. Shin jiyeon," ujar gadis itu. Berkata dengan nada mantap. "Dan dia adalah Profesor Kang Seryeong."

Ya, itu adalah profesor yang sama yang Seongkyung lihat waktu itu.

Seongkyung tidak membuka mulutnya. Ia tidak tahu ingin berkata apa dan bertanya apa.

Ia bingung dengan kejutan ini. Shin Jiyeon? Gadis berwajah serius ini Shin Jiyeon?

"Shin... Soyeon?" Alhasil, hanya nama itulah yang tercetus melalui bibirnya. Ia bingung!

Jiyeon menggeleng.

"Siapa kau sebenarnya?"

"Aku? Aku Shin Jiyeon. Salah satu peneliti dari Universitas Massachusetts, sekaligus dokter forensik dari RS Myungbaek."

"Mworago? T-tunggu..." Seongkyung menyibak rambutnya. Ia benar-benar tidak mengerti sekarang. "Peneliti? Dokter forensik? Kau? Maksudku kau, Shin Jiyeon?"

"Mmm."

Ia lepas tangannya dari kepalanya. Dan seketika itu juga rambutnya langsung jatuh berantakan.

"Tapi kau... bagaimana bisa kau masuk ke... maksudku, kau... kau seorang peneliti," Seongkyung mengerutkan alisnya dalam. "Kau, bagaimana bisa?"

"Ya," jawab Jiyeon cepat. "Ayahnya adalah pemilik SMA Existence. Jadi aku masuk melalui ayahnya," lanjut Jiyeon menjelaskan. Dia yang dimaksud olehnya itu adalah Seryeong yang kini berdiri di sampingnya.

"Jadi... kau menipu kami semua? Begitu?" tandas Seongkyung. Masih berpikir keras akan keadaan absurd ini.

"Mmm."

"Apa tujuanmu? Maksudku... apa yang kaulakukan di sekolah?"

Jiyeon bergeming.

"Kami mengawasimu."

Kening Seongkyung lantas mengerut. "Mengawasiku? Kenapa kau mengawasiku?"

"Itu sebabnya aku memintamu datang," sahut Jiyeon. "Untuk memberitahumu tentang segalanya."

Tak dapat dipungkiri lagi, kening Seongkyung berkerut semakin dalam. Memberitahunya tentang segalanya?

"Baiklah," deham Seryeong. "Aku takkan berbasa-basi lagi. Mungkin sudah saatnya kautahu, setidaknya, atau mungkin, kami terlambat."

Terlambat? Apa maksudnya terlambat?

"Ini," ucap Seryeong sembari menunjukkan sebuah botol berisi cairan serum. Seongkyung terdiam seraya mengamati benda itu. "Kau telah mati, haksaeng."

Seongkyung sukses kaget mendengar pernyataan konyol itu.

"Mati? Haha, k-konyol sekali." Tapi di balik nada itu terdengar sangat meremehkan.

Tapi setelah melihat ekspresi serius dari kedua orang itu, Seongkyung mengubah ekspresinya perlahan.

"Jika aku mati, lalu bagaimana aku bisa ada di sini?" tanya Seongkyung mencoba menampik perkataan konyol serta absurd tersebut.

"Kau berniat untuk pulang melalui komplek pembangunan sepi. Di bangunan setengah jadi nomor dua, di situlah kau terbunuh."

Apa? Seongkyung terkesima dalam sejenak. Ia seperti diceritakan sebuah dongeng sekarang. Tapi dongeng itu berisi sebuah cerita yang mengerikan!!

Bangunan yang dimaksud oleh profesor Kang itu. Ya, Seongkyung mengingatnya. Bangunan yang seminggu lalu membuatnya seperti mengingat sesuatu. Yeah, ketika seseorang mengarahkan senjata api ke arahnya.

A Light From You [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang