Masih Sama

4.2K 236 37
                                    

Hari-hari berikutnya, Naruto masih mendiami sang istri, dia masih bersikap dingin, entah sampai kapan dia akan seperti itu. sementara itu, Hinata masih berusaha untuk berbicara dengan sang suami, dia terus mengajak Naruto berbicara namun terus saja mendapatkan sikap dingin.

Beberapa hari belakangan ini kondisi kesehatan Hinata memang menurun, terkadang merasa pusing bahkan sampai mual, namun dia tak menganggap itu persoalan serius, dia menganggap itu hanya masuk angin biasa karena belakangan ini dia sering sekali begadang.

"Naruto-kun, kau sudah pulang, apa mau makan malam dulu?" tanya Hinata pada Naruto yang baru saja pulang dari misinya.

"tidak usah, aku langsung tidur saja" jawab Naruto lalu pergi begitu saja.

"Naruto-kun, sudah satu minggu kau begini, apa yang salah dariku?" Hinata sudah tak bisa menahan lagi, dia menahan lengan sang suami lalu bertanya sambil menahan tangisnya.

"kau masih bertanya lagi? sudah ku bilang jangan pedulikan aku!" jawab Naruto lalu melepas tangan Hinata dan pergi ke kamarnya.

Setelah Naruto pergi, lagi-lagi Hinata hanya menangis, sungguh akhir-akhir ini dia begitu cengeng.

Naruto POV

"Naruto apa yang kau lakukan? Hinata pasti menangis lagi karena dirimu, bukankah kau keterlaluan, aku tahu itu keterlaluan, maafkan aku Hinata... tapi jika aku melihatmu mengenakan pakaian misimu itu membuatku semakin marah, apa kau benar-benar tak mau mendengarkan aku?"

Aku mengguyur tubuhku dengan air di kamar mandi, berharap kepalaku dan hatiku menjadi dingin setelah itu.

aku tahu perlakuan ku ini berhak mendapatkan hukuman, sudah satu minggu aku bersikap dingin pada Hinata, aku tahu selama itu dia terus menangis, dia memang cengeng mudah sekali menangis tapi entah persaanku saja atau bagaimana akhir-akhir ini dia jauh lebih cengeng dari biasanya.

Aku marah, lebih tepatnya marah pada diriku sendiri karena tidak tahu harus bersikap tegas seperti apa pada istriku selain bersikap dingin padanya. Awalnya ku pikir setelah mendiaminya beberapa hari dia akan mendengarkan aku tetapi dua hari yang lalu dia pergi menjalankan misi lagi bersama Kiba dan Shino, itu membuatku semakin marah karena bukannya mendengarkan aku dia malah pergi lagi, alsannya hanya kerena dia merasa tak enak hati dengan Kiba dan Shino, karena mereka sudah di beritahu mengenai misi itu dari jauh-jauh hari dan dia tak bisa menolaknya. Apa-apaan dia itu, dia takut melukai hati sahabatnya tapi aku? Dia malah mengabaikan perintahku.

Apa aku salah karena meminta hak ku? Tidak kan. Harusnya Hinata juga mengerti apa mauku, tapi dia sama sekali tak memahaminya.

Naruto POV End

Setelah mandi, Naruto langsung mengganti pakaiannya dan bergegas menuju kasur, dia tak ingin membuat Hinata semakin tertekan jadi, dia memutuskan untuk tidur lebih dulu, akan tetapi saat dia hendak ke kasurnya dia mendengar suara Hinata yang seperti sedang berusaha memuntahkan sesuatu.

"Hinata? Apa dia sedang sakit?" Naruto bertanya pada dirinya sendiri "kalau kau sakit lalu kenapa kau masih saja keras kepala, pedulikan dirimu sendiri" lanjutnya seolah berbicara pada Hinata.

Tak bisa dipungkiri, meski bersikap dingin, Naruto masih menghawatirkan Hinata. Akhirnya Naruto turun untuk memastikan kondisi Hinata, tapi dia tak bisa melakukan apapun, setelah turun dari kamarnya dia hanya mendengar Hinata dari balik pintu dapur, Naruto menyandarkan punggungnya disana dan mendengarkan Hinata.

Cukup lama dia di posisinya, setelah Hinata berhenti dan Nauto memastikan kalau sang istri tidak apa-apa, barulah dia kembali ke kamarnya.

Pagi keesokan Harinya, Naruto sudah tak di rumah, dia sudah pergi lagi entah kemana.

"Naruto-kun sudah pergi lagi, apa dia tak sarapan lagi? sudah berapa hari dia begini" ucap Hinata saat terbangun dan menyadari bahwa sang suami sudah tak berada di sampingnya.

Seperti biasa, Hinata bangun dan melakukan rutinitasnya sebagai ibu rumah tangga, dia membersihkan rumah lalu melihat persediaan makanan di dapurnya.

"sepertinya hari ini aku harus ke pasar" ucapnya saat menyadari persediaan makanan di dapurnya sudah tinggal sedikit.

Hinata berjalan menuju pasar, meski merasa kepalanya sangat berat namun, dia harus pergi karena tak ada Naruto yang bisa menolongnya kali ini.

Saat tiba di pasar Hinata mendengar suara anak kecil memanggilnya dan ternyata adalah Mirai.

"kakak Hinata.." teriak Mirai.

"oh Mirai.. kau belanja bersama ibumu ya" tanya Hinata.

"Hinata.. mukamu terlihat pucat, apa kau sedang sakit?" tanya Kurenai saat menyadari kondisi Hinata.

"aah.. soal itu, akhir-akhir ini aku memang sedang tak enak badan, sepertinya masuk angin" jawab Hinata.

"apa kalian berdua baik-baik saja?" selidik Kurenai.

"hah? Kami baik-baik saja sensei" alibi Hinata.

"lalu alasanmu menangis apa?"

"aku tidak menangis"

"jangan mencoba membohongiku!"

"sungguh, aku tidak bohong" Hinata masih mengelak"

"Hinata..."

"Kurenai sensei, aku pasti cerita padamu jika terjadi sesuatu"

"ya sudah kalau kau tak ingin cerita sekarang"

"kalau begitu aku pergi dulu sensei" Hinata berpamitan, namun saat dia berbalik tiba-tiba saja kepalanya sangat pusing dan keseimbangannya goyah, dia terjatuh dan semua menjadi gelap yang dia dengar hanya suara orang-orang memanggilnya.

Hinata pingsan, dan dilarikan ke rumah sakit.

Kurenai yang saat itu berada di tempat kejadian langsung menyuruh pengasuh Mirai untuk pulang bersama Mirai sedangkan dirinya menunggu Hinata di rumah sakit, sebenarnya dia sudah memikirkan apa yang sedang terjadi pada muridnya itu, dia tahu kalau yang di alami Hinata bukan lah masuk angin.

NEXT PART..

Maaf jika banyak kesalahan dalam penulisan karena author penulis amatiran, jangan dibully ya..

Jangan lupa vote dan komen ya! Terimakasih, sampai jumpa di part selanjutnya..

PERJALANAN MENEMUKAN CINTA (NARUHINA FANFICTION) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang