Keesokan harinya, Hinata bangun lebih awal dari Naruto. Saat dia membuka mata dia sempat shock saat melihat wajah Naruto benar-benar berada didepan matanya namun setelah itu dia tersadar kalau sekarang ini dirinya akan terus melihat pemandangan tersebut disetiap paginya.
"dia tidur sangat nyenyak" ucap Hinata dalam hati sambil mengusap surai sang suami.
Setelah itu Hinata beranjak dari kasurnya lalu bergegas ke dapur untuk membuat sarapan. Hari ini Naruto akan pergi bersama Hiashi, mereka akan pergi ke pertemuan persahabatan bersama klan-klan sahabat Hyuga, ya.. sekaligus memperkenalkan keluarga baru klan Hyuga. Sejak awal, Naruto sudah sangat paham bahwa menikahi Hinata berarti dia harus siap dengan segala ritual klan Hyuga, meski dia bukanlah berasal dari klan Hyuga.
Setelah membuatkan sarapan untuk orang-orang rumah, Hinata menuju kamarnya untuk, membangunkan Naruto.
"Naruto-kun.." Hinata mengusap pipi Naruto lembut.
"nggghhh" igau Naruto, merasa tidurnya terganggu.
"ayo bangun dan sarapan, kau harus pergi bersama ayah kan?" ucap Hinata.
"hoooaammm.." meregangkan tubuhnya, lalu dengan cepat mencium kening Hinata "selamat pagi, istriku hehe" ucapnya setelah itu.
"ish.. kau membuatku terkejut"
"hehe maaf, ngomong-ngomong aku pasti akan selalu bersemangat kalau setiap pagi melihat wajahmu" ujarnya lalu beranjak dari tempat tidurnya.
"dasar Naruto-kun" ucap Hinata lalu tersenyum.
Skip..
Hari yang panjang bagi seorang Naruto, bagaimana tidak dia terus menerus duduk tegak dihadapan orang-oang penting dari berbagai desa tapi tak ada pilihan lain inilah yang harus dia lakukan sebagai kepala keluarga dari klan sang istri.
Soreh hari tiba dan Naruto baru saja pulang dari pertemuan penting yang ia hadiri itu.
Sekarang Naruto sedang dalam perjalanan pulang bersama dengan sang ayah mertua.
"Naruto bagaimana dengan rumahmu?" tanya Hiashi tiba-tiba.
"eh? Ah Soal itu.. rumahnya sudah rampung sekarang tinggal di isi perabotannya saja, sebenarnya beberapa perabotan rumah tangga sudah ada tapi aku rasa akan lebih baik kalau Hinata melihatnya terlebih dulu" jawab Naruto.
"lalu? Bagaimana dengan apartemen lamamu?"
"Kakashi sensei membantuku menjualnya, setidaknya biaya penjualannya bisa kugunakan untuk keperluan yang lain meskipun..." Jawaban Naruto sedikit menggantung.
"hm? Meskipun?"
"sedikit sulit bagiku untuk meninggalkan apartemen itu, aku tahu apartemen itu sangat kecil dan sangat sederhana tapi semua hal yang telah aku lalui berada di apartemen itu, oh maaf aku malah curhat hehe"
"hem.." Hiashi tersenyum melihat tingkah Naruto "tidak apa, lagipula kau juga anakku kan?" ucap Hiashi.
"heh?"
"lupakan saja, tapi bukannya apartemen itu sudah pernah hancur?"
"iyaa tuan- eeh.. Ayah benar tapi tetap saja bagiku itu adalah tempat yang sama, tempatku tumbuh menjadi seorang Shinobi"
"Naruto, kau meninggalkan tempat itu bukan berarti kau melupakan segalanya yang telah kau lalui, apartemen itu adalah tempat kau tumbuh memang benar tapi sekarang waktunya bagimu membuat sebuah kenangan baru kembali bersama keluarga barumu dan tentu di tempat tinggal barumu kelak"
"iya ayah benar" jawabnya tersenyum " tapi ayah, aku minta maaf sebelumnya" lanjutnya meminta maaf.
"kenapa?"
"aku tidak bisa membawa Hinata tinggal di rumah mew-.." ucapannya dihentikan oleh Hiashi.
"berhenti merendahkan dirimu dihadapanku! Aku akan menghajarmu jika kau lakukan itu lagi" jawab Hiashi sambil memberi tatapan maut.
"eeh?" Naruto terkejut.
"hahaha... aku bercanda, tapi aku serius saat aku mengatakan berhenti merendahkan dirimu, bagiku kau sudah bagian dari keluargaku, kau itu istimewa bagi putriku dan tentu saja bagiku juga, aku ayah yang gagal bagi Hinata, aku bersyukur pria seperti dirimu hadir dalam kehidupan putriku, aku hanya berharap semua janji yang kau katakan padaku tentang kebahagiaan Hinata itu kau tepati dan menambah satu janji lagi" ujar Sang pemimpin klan Hyuga tersebut.
"satu janji lagi?" heran Naruto
"beri aku cucu secepatnya" ucap Hiashi.
Mendengar ucapan dari sang ayah mertua, Naruto menjadi gugup dan menelan ludahnya sendiri dipikirannya saat ini hanya 'bagaimana bisa, Hinata ku sentuh saja terkadang masih terkejut apalagi melakukan hal yang lebih'.
"hahahah kenapa wajahmu itu" Hiashi mencairkan suasana "aku bercanda Naruto, yaa meski tadi itu tulus ku katakan, tapi saat kau punya anak nanti, ingatlah untuk selalu membimbing dan menjaganya kau tak ingin semua penderitaanmu ataupun penderitaan Hinata di masa lalu ikut dirasakan oleh anak-anakmu kelak iyakan?"
"iya ayah" jawab Naruto.
Sementara itu, di waktu yang sama namun ditempat yang berbeda, kini Hinata sedang berada di kediaman Kurenai, dia mengunjungi sang guru untuk menceritakan pengalaman yg dia hadapi malam sebelumnya. Hinata merasa hanya sang guru lah yang akan mengerti tentang penjelasannya.
"HAH?! Jadi kalian berdua benar-benar tak melakukannya?" Kurenai sangat terkejut.
"hustt... Kurenai sensei jangan berteriak!" Hinata menenangkan sang guru "yaa mau bagaimana lagi, aku benar-benar belum siap" lanjut Hinata.
"kau itu.. apa kau benar-benar cinta atau tidak dengan Naruto?" tanya Kurenai.
"tentu saja, kenapa kau bertanya seperti itu"
"ya.. kalau begitu buktikan lah!"
"tapi masa bentuk pembuktian cintanya seperti itu"
"ya tentu saja Hinata, kalian sudah sah wajar jika 'melakukannya', yang salah itu kalau kalian masih pacaran tapi sudah di atas ranjang, itu baru salah"
"Kurenai Sensei...." Geram Hinata
"apa kau mau jika kau begitu terus, nanti Naruto akan mencari wanita lain hiiihhh mengerikan"
"Kurenai sensei jangan begitu, aku tidak mau lah, tapi aku belum siap hanya itu"
"ya harus siap lah Hinata, lagipula apa kau yakin seterusnya Naruto akan menahan egonya demi dirimu? Sehebat apapun dia, dia tetaplah laki-laki biasa, jangan selalu pikirkan egomu tapi pikirkan juga tentang kebutuhan suamimu, selama ini kau belum pernah melihatnya marah karena kecerobohamu kan? Itu karena Naruto selalu memilih untuk mengalah tapi Hinata semua laki-laki itu sebelum dan sesudah menikah akan berbeda, tidak ada jaminan dia akan terus mengalah dan mengikuti egomu, seorang kepala rumah tangga harus tegas dan Naruto pasti sangat memahami itu, nah sekarang giliranmu lah menurunkan egomu dan mulailah berpikir dari sudut pandang suamimu" penjelasan Kurenai panjang lebar.
"kau memang benar, tapi aku harus bagaimana? Masa iya aku yang menawarkan diri"
"hahahaha... membayangkannya saja membuatku geli" Kurenai justru terkekeh "kau tidak perlu melakukannya, dia bilang akan menunggu sampai kau siap kan? Nah manfaatkan waktu itu untuk mempersiapkan dirimu jika sewaktu-waktu dia meminta apa yang memang sudah menjadi 'Haknya' maka berikan itu" saran Kurenai "ohiya minggu depan kalian akan pergi bulan madu kan? Wah wah wah... persiapkan dirimu Hinata! Hahahaha"
"eeeeeh?!" Hinata terkejut lalu menelan ludahnya sendiri "tapi kau benar aku tidak boleh terus menerus seperti ini, sekarang aku juga harus memikirkan tentang suamiku" lanjutnya.
Setelah mendapatkan pencerahan dari sang guru, Hinata sudah membuat keputusannya sendiri, dia tak boleh egois dan melupakan kewajibannya sebagai seorang istri dia harus memikirkan tentang perasaan Naruto.
NEXT PART..
Maaf jika banyak kesalahan dalam penulisan karena author penulis amatiran, jangan dibully ya..
Jangan lupa vote dan komen ya! Terimakasih, sampai berjumpa di part selanjutnya...
KAMU SEDANG MEMBACA
PERJALANAN MENEMUKAN CINTA (NARUHINA FANFICTION) ✔
RomanceFANFICTION (Uzumaki Naruto x Hyuga Hinata) Disclaimer: Masashi Kishimoto Pair:All character of Naruto Shippuden and Boruto In the village of Konoha After PDS4, Before and After The Last Naruto The Movie Menceritakan tentang perasaan serta kisah N...