02. Gold Play Button

1.1K 151 25
                                    

"Udah lo catetin semuanya kan?" gue masih berdiri di dalam studio, lagi ngenalin alat-alat siaran ke Zalya.

Gue berasa lagi buka kursus belajar radio, tapi muridnya cuma satu. Zalya yang duduk lesehan di pojokan samping tripod kamera itu lagi sibuk nulis, gak tau nulis apaan. Hampir 20 menit gue ada di sini, program acara gue udah jalan memasuki segmen kedua. Sekarang masih iklan, jadi ada waktu senggang sambil ngenalin semuanya ke dia.

"Mas, mau nanya."

"Kalo misalkan kita siaran selain di sini, bisa gak Mas?"

Gue balik ke kursi menghadap dua layar PC yang masing-masing berukuran 24 inch itu mulai menarik perhatian lagi. Iklannya udah mau abis.

"Gue siaran dulu."

Dia cuma mengangguk pelan nungguin gue sambil duduk di kursi yang berada di balik PC radio.

Seusai acara, Yayan yang baru dateng ke studio langsung meminta gue untuk tuker tempat.

"Gimana Zal? Udah beres ngenalin alat-alatnya?"

"Hmm, gimana ya?"

Lah ngapa dah nih bocah. Perasaan udah gue kasih tau semua tadi.

"Kalo minta kenalin lagi sama Mas Yayan, boleh gak?"

"Catetan lo mana?" gue melirik benda berbentuk buku berukuran sedang yang masih ada di tangannya.

"Tadi Mas Jen kecepetan ngejelasinnya. Jadi gak semuanya yang ketulis." ungkapnya di depan kami berdua.

Astaga. Kenapa gak bilang aja dari tadi sih kalo emang masih kurang catatannya?

"Lo kalo ngasih tau pelan-pelan Jen. Kebiasaan lo mah."

Gue cuma menghela napas sesaat dengerin tegurannya Yayan.

"Emang yang belum jelas yang mana Zal?"

Sementara matanya gak berhenti ngeliatin Yayan.

"Zal?" panggilnya dua kali.

"Eh, iya Mas."

"Yang belom jelas bagian yang mana?"

Belum sempat dia balas pertanyaan Yayan, gue langsung memotong pembicaraan mereka.

"Oh iya, soal pertanyaan lo tadi. Radio bisa dipindah ke mana aja. I mean, gak harus di sini. Yang penting ada sinyal internet, website radio sama aplikasinya."

"Oh, gitu... Makasih Mas Jen udah mau jawab."

"Yan, balik gue ke atas."

"Iya. Zalya masih mau di sini?" tanya Yayan.

"Hmm, ikut ke atas aja deh."

"Tadi kata lo belom ngerti, numpung pembimbing lo di sini nih. Mau siaran juga dia, jadi lo bisa nanya banyak." cibir gue di depannya.

Di dalam lift, gue yang harusnya sendirian malah jadi berdua karena Zalya milih ikut naik ke atas. Setelah pintu lift terbuka, dia mengekor sambil berjalan pelan kayak anak kecil.

"Pak Jen! Ini tadi ada paket dateng." panggil satpam jaga yang berdiri setelah melihat wujud gue keluar lift

"Ah iya?" satu buah kotak kardus berukuran besar gue terima darinya. Senyum-senyum sendiri gue ngeliatin barang yang udah tau siapa pengirimnya.

"Tumbenan banget ngirim paket ke sini, Pak Jen? Biasanya yang sering Pak Sandi."

"Hehe. Iya Pak. Kalo dikirim ke rumah, bisa-bisa saya langsung diangkat jadi Pak Lurah." alasan gue terdengar lelucon baginya sampe ketawa ngakak.

[3] BETWEEN THE DOOR - The Announcers Series ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang