41. Laporan

640 114 53
                                    

"Zalya, apa kabar???" antusias anak-anak radio saat didatangi Zalya yang membawa ransel besar di punggung beserta satu totebag di tangan kanannya. Rambutnya dicepol, mengenakan baju formal hitam putih. Ia mengaku baru aja abis dari kampus. Wajar sih kalo dia ke sini juga sekitar jam 2 siang.

Ia terduduk di sofa, "Baik, Mas San. Hehe. Semuanya sehat?" ramahnya menyapa dan disambut anggukan.

"Dari kampus, Zal?" tanya Medina yang lagi mampir.

"Iya, Zalya abis sidang magang tadi pagi, Mbak." lalu dia membuka resleting ranselnya, dikeluarkannya satu bundel dilapisi softcover berwarna biru muda. Hasil laporan magang tertulis nama Zalya Lirania tertera di sana. "Ini laporan buat radio, udah lengkap semuanya."

Kok dia sidang gak bilang-bilang, sih?

"Kelar, Zal? Wih.... Selamat, selamat!" seru Yayan dengan muka bangga terhadap anak bimbingannya.

"Hehe. Kelar dong! Ini Zalya cepet-cepetan ngerjainnya, batas akhir sidang tinggal hari ini aja. Ya udah gue kebutin deh." riangnya.

"Selamat, Zal! Tinggal skripsi berarti ya?" Zalya mengiyakan.

Yayan menoleh ke arah meja gue, "Jen, lo diem aja. Selametin juga dong!" ujarnya nyengir dengan mengangkat kedua alis.

"Selamat ya, Zal. Semoga ilmunya bermanfaat."

"Wih pasti bermanfaat lah, kelebihan malah manfaatnya." Yayan emang minta digebuk perutnya biar diam.

"Hehe. Sama-sama Mas Jen!" terlihat sorot matanya yang berbinar. Gemas.

Dewan yang baru balik siaran juga terperangah dengan kedatangan Zalya, "Zal! Udah berapa minggu nih gak ke sini?" sumringahnya ia mengambil tempat duduk persis di sebelahnya, mana mepet-mepet lagi. Gue berdehem sambil menatap Dewan serius, namun tak dihiraukannya.

"Hmm, sebulan lebih deh kayaknya. Ini juga baru beberapa hari habis dari nikahannya Mas Sandi. Hehe. Mas Dewan apa kabar?"

"Baik, Zal. Kan diurus baik sama Medina." yeu bucin. Jawabannya mengundang sorakan dari semua yang ada di sini, dia tergelak tawa.

"YANG LDR CAN'T RELATE!"

"Kalo diurus dengan baik mah ya jangan lama-lama lah!" sarkas Sandi sontak membuat pasangan yang dijuluki "Bakmi Couple" tersedak kompak.

"Iya deh iya yang udah ngerasain. Hmm yang udah honeymoon sampe delapan hari. Pantes makin hari makin subur aja nih Bapak~" goda Dewan mencolek dagu Sandi namun langsung ditepis. "Genit lo Dew, ah!"

"Pokoknya, LDR CAN'T RELATE!"

"Apa sih, Mbul? Berisik tau gak!" protes gue dari tadi template mulu ucapannya.

"Kenapa lo? Takut keganggu ya????" wajah menyebalkannya itu muncul lagi. "Dewan lo jangan di situ, kasihan." suruh Yayan pada Dewan untuk segera pindah. Seakan paling mengerti apa yang gue pikirkan.

"Siapa yang kasihan?"

"Ya kasihan... Medina noh! Lo biasanya kan duduk di samping dia..."

"Enggak, ah. Gue biasa aja tuh," kata cewek yang tengah menyisir rambutnya pake tangan.

"Kenapa sih? Ribet banget kayaknya gue gak boleh duduk samping Zalya? Padahal kan kita deket ya Zal? Main domikado lagi yuk! Siniin tangannya."

Gue terkesiap melihat tangan Zalya tiba-tiba udah ditarik aja. Yayan melirik ke arah gue dan langsung beraksi menepis tangan keduanya. "Bukan muhrim! Bukan muhrim! Lepas! Lepas!"

Merasa kesal, "Rempong amat sih, Mas? Main ginian doang ih!"

"Itu pacarnya ngeliat!" tutur pria berbadan gempal itu keceplosan.

[3] BETWEEN THE DOOR - The Announcers Series ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang