Happy reading!
Thank you for support with vote + comment! ❤️-----------------------------------------------------------
"Jen!" ada seseorang yang mengintip dari luar pintu ruangan. Seorang cewek dengan dandanan rambutnya yang terurai sepanjang bawah leher. Wajahnya berseri banget kayak mau ngasih sesuatu.
"Iy—eh elo, Me. Sini masuk, nyariin siapa?"
Pacarnya Dew—Medina sering banget main ke sini kalo misalnya lagi gak ada kerjaan. Selain sering makan bareng Dewan di sini, palingan sih numpang nonton drama Korea. Soalnya kalo nonton di tempat kerjanya sendiri katanya gak ada sekat di setiap meja, jadi suka ketahuan sama temen kerjanya.
"Gue mau nganterin makanan kalian buat ntar siang. Dewan lagi siaran ya?" lalu masuk dengan membawa tentengan nasi kotak di kedua tangannya.
"Lo sama Dewan gak ada bedanya dah. Ada aja makanan yang dibawa."
Pemasok makanan terbesar di kantor radio urutannya kira-kira begini :
1. Dewan
2. Medina
3. Sandi + Wardah
4. JenJangan tanyain Yayan. Dia mah jadi tim ngabisin aja.
Tapi sekalinya ngasih makanan, hampir satu lantai kebagian semuanya. Kayak sewaktu dia bawa nasi kotak ke taman pas anak-anak mau perform dulu.
Kalo gue se-mood-nya aja, paling sering juga beliinnya minuman boba. Jarang ngasih makanan berat.
Dia senyum malu-malu, "Nanti malam nyokap mau ngadain pengajian, terus dianterin ke sini duluan nasi kotaknya. Gue numpang taruh sini sekalian biar gak penuh di meja gue." lalu menatanya di meja bundar pelan dengan dibuka ikatan talinya yang tersimpul dua kali.
"Yang lain pada ke mana btw?" lanjut bertanya.
Gue berdiri berniat membantunya, "Sandi ke lantai 2, Yayan ke kantin..."
"Beli makan?" potongnya.
"Bukan, katanya sih nuker duit. Gak tau buat apaan."
"Terus yang anak magang, dia ke mana, Jen?"
"Ngikutin pembimbingnya." sahut gue.
Dia hanya mengangguk kecil, lalu menarik kursi dan duduk di hadapan makanan yang tadi ditatanya.
"Lo gabut banget apa, Me?"
"Hehe. Males aja gue balik lagi, nungguin Dewan abis siaran aja lah."
"Kenapa gak lo susulin aja ke bawah sih?" sarkas gue memberikan pencerahan lain.
"Gak ah, nanti ketemu atasan gue lagi." enggannya.
Gue jadi ikut duduk di seberangnya, saking gak ada kerjaan.
"Jen, Yayan kalo gue liat, kayaknya deket banget ya sama anak magang?" malah gelar gibah nih cewek.
"Lo mikirnya gitu, Me?"
"Apa karena gue baru liat mereka lagi barengan dua kali apa ya? Arina kabarnya gimana dah?"
"Mungkin, nanya kabar Arina mah ke pacarnya lah, jangan ke gue."
"Tapi baik-baik kan? Maksud gue, lo gak liat tanda-tanda mereka lagi berantem kan, Jen?" timbul dugaan-dugaannya yang jadi pertanyaan.
"Gue gak tau, Me. Yang gue tau mah mereka fine-fine aja. Arina jam kerjanya kan gak nentu, gue rasa Yayan udah ngerti sama kerjaan ceweknya." tetap berpikir positif.
"Tapi Zalya tau kalo Yayan udah punya pacar?" lanjutnya.
Iya juga ya, kenapa gue juga gak terpikirkan soal ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
[3] BETWEEN THE DOOR - The Announcers Series ✔
Ficción General[COMPLETE] "Halo, Pak....Jenderal?" sapanya pelan melambai-lambaikan tangan. "Panggil Jen aja, Mas Jen." sahut gue kemudian. Dua tahun bekerja sebagai editor di The Announcers Radio, Jen dikenal sebagai sosok mak comblang salah satu rekan kerjanya...